#1

7.8K 177 0
                                    

***

"Who's next?" Gadis berambut pirang itu duduk diatas meja cafetaria sambil meneguk segelas beer ditangannya.

"Menurut lo siapa?" saut anak gadis yang lain yang juga sedang meneguk beer.

"Alex? Damian? Stefan?"

"Lo mau yang mana, Syd?"

Sydney asik memainkan gadget yang ada ditangannya. Membalas komentar-komentar yang masuk ke dalam akun instagramnya.

Tak jarang ia tersenyum sendiri melihat komentar-komentar pada kolomnya.

"Rey? Reynaldi. Dia bagus juga kalo buat kita jadiin target. Tajir, ganteng, dan yang terpenting adalah calon pewaris tunggal di keluarganya."

"Wow, can you imagine that? How rich he is..."

Sydney masih tak menghiraukan perkataan teman-temannya.

"Atau..."

Sepintas kemudian, seorang laki-laki manis berpakaian rapi lewat di depan meja antara Sydney, Zahra, dan Qisha.

Zahra dan Qisha sontak saling beradu pandang. Menyunggingkan sudut bibir mereka.

"Shabian?"

Mendengar nama yang barusan didengar, Sydney menoleh. Ke arah laki-laki yang membawa tas ransel dan sepatu adidasnya. Tak lupa, kamera poket yang menggantung di lehernya. Terlihat sangat rapi, tapi tidak cukup menarik bagi Sydney.

"Who?" tanya Sydney. "Shabian? That's guy?" lanjutnya meyakinkan, seraya mengacungkan jari telunjuk ke arah laki-laki itu.

Zahra segera menepis tangan Sydney yang masih terjulur. "Jangan nunjuk-nunjuk," bentaknya pelan, setengah berbisik.

Sydney memalingkan wajahnya ke arah kedua temannya yang masih menunggu jawaban.

"No. I wont," jawabnya sambil menggelengkan kepalanya yakin.

"Lo takut?"

Sydney meletakkan ponselnya ke atas meja dengan kasar. "Come on, seorang Sydney gak mungkin takut kalo soal kayak beginian. I always be the winner. Remember?"

Zahra dan Qisha saling bertatap, menaikkan kedua alis mereka dengan diiringi senyuman licik.

"Deal?"

"Tapi, kenapa harus dia? Shabian? Are you gotta be kidding to me?"

"Deal or not?"

"Choose one, Syd."

Sydney terhenyak, melihat kembali ke arah laki-laki yang masih berdiri dekat kasir. Lalu, memutar kembali ke arah kedua temannya. Menghentakkan nafasnya kasar.

"Whatever."

"Yes. Challenge accepted."

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang