#21

1.7K 88 0
                                    

***

"Hallo, Shab."

"Apa?"

"Gue mau ketemu. Urgent."

"Soal?"

"Sydney."

-

Sydney berada di sebuah rumah besar. Bernuansa putih nan megah. Dikelilingi oleh banyaknya bunga yang bermekaran. Sudah tentu yang punya rumah adalah orang yang menyukai keindahan.

Ia memencet tombol bel yang ada di pintu rumah.

Sampai akhirnya, sosok laki-laki membuka pintu dan berdiri di hadapannya.

"Shabian.."

Senyumnya mengembang.

Shabian hanya diam, tatapannya tak pernah sedingin dulu. Ia menarik bibirnya untuk tersenyum.

"Masuk."

Sydney berjalan di belakang laki-laki yang bertubuh tinggi itu. Ia sempat menghentikan langkah kakinya secara mendadak saat Shabian membalikkan badannya.

"Wo...slow bro," ujarnya seraya terkejut.

Shabian pun tak kalah terkejutnya, sambil menahan tawa melihat ekspresi wajah Sydney yang menggemaskan.

Namun, ia berusaha untuk tetap tenang.

"Mau minum apa?" tanya Shabian pelan.

"Apa aja deh. Kalo bisa beer," jawab Sydney asal. "Hehe bercanda," lanjutnya, setelah melihat ekspresi wajah Shabian yang berubah menjadi sedikit galak mendengar permintaannya.

"Yaudah, duduk dulu."

Sydney duduk di sebuah sofa panjang. Matanya berpendar. Ia merasa heran, tidak ada satu pun foto yang terpampang di ruang tamu yang berukuran cukup luas itu.

Sampai, derap langkah kaki Shabian mengejutkannya.

"Shab, kok gak ada foto lo sih? Kan lo suka fotografi, masa gak ada foto yang dipajang," celetuk Sydney.

Shabian tak membalas ucapan gadis itu, ia hanya duduk di samping Sydney. Dan, diam. Tidak seperti sebelumnya yang banyak bicara. Belum ada sepatah kata pun yang ia ucapkan sejak pertemuannya dengan Sydney beberapa menit lalu.

"Lo mau apa kesini?" tanyanya ketus.

Sydney menoleh kea rah Shabian. Mencari posisi duduk yang pas untuk bicara.

"Hm, Shab." Ia menelan ludahnya dan menarik nafas sebelum bicara.

"Gue mau minta maaf."

"Kan –"

"I mean, really really sorry," potongnya. "Gue bener-bener gak ada maksud buat mainin lo. Dan, ya emang awalnya lo adalah target keisengan gue sama anak-anak. Tapi, semua berubah aja."

"Berubah gimana? Berubah jadi power ranger apa ninja hatori?" tanyanya dingin.

"Ya, berubah aja. Gue gak nyangka kalo lo udah mendem perasaan lama banget ke gue. Tapi, gue gak pernah tau."

Shabian terdiam.

Sydney kembali menarik nafasnya panjang,"Gue minta maaf, soal semua dare konyol yang gue lakuin sama temen-temen gue."

Kini, gantian. Shabian yang menarik panjang nafasnya.

"Ada hal yang perlu lo tau."

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang