***
"Come on, Syd. I'm running a bit late," teriak anak laki-laki itu sambil terus mengetuk pintu kamar bertuliskan 'Knock first, biatch.'
Sementara itu, di dalam kamarnya yang bernuansa putih itu, seorang anak gadis sedang sibuk duduk di depan meja riasnya.
Sibuk untuk memberi sentuhan make-up pada wajahnya. Namun, tetap meninggalkan kesan natural. Dengan sentuhan lipstick berwarna nude, ia semakin nampak mempesona.
Mengganti baju tidurnya dengan t-shirt berwarna biru dongker, celana ripped jeans, dan sepatu boots kesayangannya. Tak lupa, rambutnya yang berwarna cokelat itu digerai.
Gadis itu berjalan, meraih tasnya. Merogoh kantong kecil di dalam tasnya, membuka lock-screen pada layar ponselnya.
Berbagai notif dari instagram sudah memenuhi pop-up notif-nya.
Berbagai macam komentar, sampai ratusan like atas foto yang ia unggah semalam. Membuat bibir gadis itu menyunggingkan senyumnya.
"I won. As always," gumamnya.
Bagi seorang Sydney, cinta adalah permainan. Dia tidak akan berhenti untuk bermain, sampai dia dapat menyelesaikan permainannya di level teratas. Sampai tidak satu orang pun mampu mengalahkannya.
Sesampainya di meja makan, gadis itu duduk. Seperti biasa, ia hanya memakan sepiring kulit ayam goreng. Menu kesukaannya.
"Late again, huh?" terdengar suara cibiran dari seberang gadis itu duduk.
"I needed time to look so perfect, Bro."
"Di mata gue, dengan atau tanpa bedak lo itu, lo keliatan cantik, Syd."
Gadis yang dipanggil Syd itu menyunggingkan senyumnya. "I'm the greatest."
Setelah hening beberapa menit, anak laki-laki itu berbicara kembali. "Siapa lagi yang lo recokin kali ini?"
Tanpa menoleh, gadis itu menjawab,"No one."
"Gue denger lo bikin Lulu sama Dio putus," ujarnya dengan enteng.
"Hm.."
"It's true?"
"Hm.."
"Syd!"
Gadis itu menaikkan pandangannya, menatap kedua mata anak laki-laki yang sedang menatapnya juga. "I do nothing.."
"...i just kissed him," lanjutnya.
Alfa berdecak. Matanya terus memandang ke arah adik perempuannya. "Mau sampe kapan lo kayak gini? Gak capek apa mainin anak orang terus?"
Kini, gadis bernama Sydney itu menaikkan sebelah alisnya. "Sampe Tuhan bisa balikin apa yang udah ilang dihidup gue..."
"...Cinta."
Sydney menggeser bangkunya ke belakang, lalu menyambar tas dan bergegas pergi. Tanpa menoleh ke belakang.
"Do you ever been in love? Ah, nope. Lo gak ngerti apa-apa soal cinta ya, Fa. Mendingan lo diem aja," teriaknya.
"Yes, i do," jawab Alfa pelan tanpa terdengar Sydney yang sudah semakin menjauh.