***
"Hei, bayi gede." Alfa mengucapkan salam melalui sebuah panggilan video call.
Terlihat Alfa yang sedang duduk di sofa dari balik layar kamera.
Sydney hanya berdecak kesal. "Ck, ah."
Ia masih terus menghabiskan batang rokoknya.
"Ngerokok mulu. Mati lo."
Sydney memicingkan matanya ke arah layar ponselnya. "Ih, do'ain adenya mati. Kakak macem apa lo."
Alfa terkikik pelan.
"Gimana kuliah lo hari ini?" tanya Alfa.
"Baik."
"Are you sure? Or, something happened?"
Sydney menghentakkan nafasnya.
"Kayaknya gue udah ngancurin hidup anak orang deh, Fa." Sydney menundukkan kepalanya, menyesal.
Dari sebrang layar, Alfa menatap sang adik dengan pelan.
"No more tears."
"Tapi –"
"Apapun yang lo lakuin ke orang lain, itu bukan salah lo. Oke? Just please i dont want to seeing you cry anymore."
Sydney masih terdiam.
"Say sorry.."
"Udah. Tapi, dia.."
"Lagi."
"But, how?"
"Calling?"
"B-b..." Sydney menundukkan wajahnya.
"Kalo lo udah coba bilang maaf. Then, you can fix it."
Alfa mendekatkan wajahnya pada layar. "Gak ada kesalahan di dunia ini yang gak bisa diperbaiki. Tuhan gak menciptakan masalah tanpa jalan keluar."
Alfa terlihat tersenyum. Membuat airmata gadis itu menetes.
"I wish you were here. Please, come home," ujarnya lirih.
Alfa tersenyum.
"I love you. I really really love you no matter what," lanjut Sydney.
"I love you, too, bayi gede."