#5

3.1K 121 0
                                    

-

Sydney memasang kedua headset ke dalam telinganya. Memutar musik dalam ponselnya dan membuka pemberitahuan grup yang sudah ada sejak tadi malam. Dengan santai ia membalas pesan.

LINE.

Sydney: im fine. Wutz up?

Alfa menatap jalanan yang mulai ramai. Tersentak kaget saat beberapa anak sekolahan dengan ugal-ugalan berada di depan mobilnya.

Ia membunyikan klakson.

Dari balik kaca mobil, Sydney melihat beberapa anak kecil jalanan sedang bercanda ria dengan sang ibu. Mereka nampak tidak memiliki apa-apa. Harta, atau pun uang. Tapi, mereka tetap terlihat bahagia. Bercanda ria antara satu dan yang lainnya.

Sang Ibu terlihat mencium kening anak-anaknya. Tergambar ketulusan betapa ibu sangat menyayanginya.

Sydney terenyuh. Seketika, pandangannya hampa, pikirannya kosong. Seperti ada bagian dari dirinya yang hilang.

Alfa menggenggam tangan gadis itu. Membuat Sydney menoleh cepat.

"Hei, bayi gede. I'm here," ujarnya menenangkan sang adik. Ia tahu persis bagaimana perasaan sang adik sekarang.

Sydney mengembangkan senyumnya. Berusaha meredam perasaannya yang kian memuncak.

"Cengeng." Jitak Alfa.

"Ouch." Sydney mengelus pelan kepalanya. "Biarin."

"Hahaha yang begini jadi pentolan kampus. Cengeng."

"Bodo."

"Yang begini jadi anak bandel."

"Ah, gue turun sini aja deh. Lo berisik."

"Uwww adik aku yang gemesin ini ngambek, ya. Bayi gede utuk-utuk-utuk." Alfa mencubit pipi Sydney dengan pelan seraya terus menggodanya.

"Ih." Sydney melepaskan tangan Alfa. "Gak usah sok imut lo, ah."

"Dih, galak."

"Hmm."

Sydney melemparkan pandangannya ke luar kaca mobil. Sesampainya di lingkungan kampus, ia terdiam kala pasang matanya menangkap sosok Shabian yang sedang bermain dengan kameranya.

"Should i?" gumam Sydney.

"Ha? Apa, Syd? Somay? Lo mau somay? "

Sydney menoleh ke arah Alfa,"Apasih? Siapa juga yang ngomong sama lo."

"Gue mau turun disini aja ah," lanjut Sydney.

Alfa menghentikan laju mobil di parkiran mobil dekat gerbang. Sebelum Sydney melangkah keluar, Alfa memegang tangan sang adik.

"Takecare, Syd. Jangan bertingkah bodoh. You are the only one sister i have."

"Hm? Iya, iya. Udah ah. Sok mellow. Dasar badan hulk hati minion."

Sydney melangkahkan kakinya menuju gerbang kampusnya. Melihat mobil milik sang Kakak menjauh dan pergi. Ia terlihat beberapa kali merapikan rambutnya.

"Hai, Syd."

"Look so pretty, Syd."

Begitulah sapaan beberapa orang yang berlalu lalang. Sydney hanya membalasnya dengan senyuman.

"Syd, lo gapapa?"

Dengan tiba-tiba, Zahra berlari ke arah Sydney.

"Hah? Emang gue kenapa?"

"Alfa gak cerita?"

Sydney termenung, bingung. Ia menggeleng.

"Oh, gapapa. Semalem lo kebanyakan minum," jawab Zahra dengan berbohong.

Disusul anggukkan kepala Sydney.

Beberapa kali Zahra mengelus dadanya lega. Dan, teringat akan sesuatu.

"Syd?"

"Hm."

"Shabian."

"Hmmmm.."

Sydney menghempaskan nafasnya berat sesaat setelah mendengar nama itu.

"You've been dared. Remember?"

"Iya iya," jawab Sydney malas.

Sydney melangkahkan kakinya, menuju ke arah anak laki-laki yang sibuk mempotret beberapa orang yang berlalu lalang.

Sesaat sebelumnya, Sydney mencoba untuk mengatur nafasnya. Dari kejauhan, Zahra merekam.

Perlahan tapi pasti, Sydney memberanikan diri melangkah.

Cekrek.

Tepat saat tombol dipencet, wajah Sydney berada dalam frame kamera.

"Hai, Shab."

Shabian melihat seorang gadis dari balik kameranya. Ia menurunkan kamera dari pandangan matanya dan menatap heran Sydney.

Sydney melemparkan cengiran kuda. "Lagi apa?"

Shabian menoleh ke arah lain, mengarahkan kameranya pada seorang gadis yang sedang membaca di bangku taman.

Merasa dirinya diacuhkan, Sydney pun geram.

Sydney muncul lagi dalam frame kamera Shabian, tepat saat ia memencet tombol klik.

Dan, lagi. Ia melemparkan senyum kudanya. Kali ini, ditambah lambaian tangan.

Shabian masih tak menghiraukannya. Ia memasukkan kamera poketnya, lalu pergi meninggalkan Sydney.

Tanpa kata.

"Whaaat?" geram Sydney.

Shabian terus melangkah. Tak memperdulikan Sydney yang berusaha mengejarnya.

"Wait."

Sydney menarik pundak Shabian sampai tubuh laki-laki itu berbalik ke arahnya.

"Hai, nama gue Sydney. Gue anak jurusan hubungan internasional. Biasa anak-anak manggil gue pretty. Oh ya, FYI, gue anak populer paling cantik di Gemilang. Gue single. Gue cantik. Keahlian gue adalah memikat hati para cowok-cowok. So, how lucky you are bisa diajak kenalan sama gue," ujar Sydney panjang lebar, seraya menjulurkan tangan untuk berjabat.

"Oh," balas Shabian singkat, tanpa menghiraukan.

Shabian kembali berbalik. Lalu, bergegas pergi meninggalkan Sydney.

Sydney berdiri mematung. Bahkan, setelah laki-laki itu pergi dan meninggalkan dirinya. Sydney masih tak bergeming.

"Shit."


CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang