Felicia memutuskan untuk keluar dari pusat perbelanjaan itu dan pergi menikmati keindahan kota dengan berjalan kaki.
Semilir angin yang berhembus menembus kulitnya dan membelai manja rambutnya membuat perasaan sedikit lebih tenang. Ini merupakan kali pertamanya untuk beberapa tahun belakangan ini, ia dapat merasakan angin yang begitu sejuk hingga membuatnya terkadang harus menutup matanya agar dapat merasakan angin itu lebih dalam lagi.
Ia membuka matanya, melihat ke sekelilingnya. Tidak terlalu banyak orang disini. Hanya satu dua mobil saja yang berlalu lalang dan orang-orang yang berjalan di trotoar cukup membuat pikirannya jauh lebih jernih di bandingkan tadi.
Karena ia tidak ingin terlalu lelah, ia memilih untuk pergi ke taman yang berada tidak jauh dari tempat ia berdiri. Ia berjalan ke arah sebuah pohon rindang yang di bawahnya terdapat sebuah kursi panjang.
Felicia menghela nafasnya perlahan, ia melihat sekeliling taman tersebut. Ada banyak anak kecil yang sedang bermain dan dari kejauhan orangtua mereka mengawasinya. Dan ada juga beberapa orang yang diprediksi oleh Felicia bahwa mereka adalah mahasiswa yang sedang bercanda ria antara satu sama lain. Dan yang paling menjadi pusat perhatian Felicia adalah pasangan yang sedang bergandengan tangan, menyusuri taman tersebut dengan mesranya. Terkadang mereka berhadapan atau terkadang si lelaki menjahili si wanita. Hal itu membuat Felicia mengulas sedikit senyumnya.
Ia mengeluarkan ponselnya dari saku coat yang ia kenakan. Lalu ia menekan tombol daya dan ponsel pun menyala. Di layar depan ponselnya, Felicia dapat melihat foto seorang lelaki dengan dirinya yang sedang tersenyum bahagia. Seketika saja Felicia tersenyum tipis melihat foto tersebut. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke dedaunan yang berada di atasnya.
Meskipun kini yang tersisa hanya bayang-bayang dan kenanganmu tetapi itu sudah lebih cukup untuk menikmati setiap hariku yang sendiri tanpa adanya ragamu di sampingku.
------
"Ini aku lagi di jalan ma sedang mencarinya. Tenanglah, pasti aku akan menemukan dia secepatnya. Kalau begitu aku tutup dulu ya ma." Lelaki itu langsung mematikan sambungan ponselnya. Ia kembali fokus ke jalan dan melihat ke sekeliling apakah seseorang yang di carinya ada atau tidak.
"Dimana kau? Untuk kali ini jangan membuatku lebih menyalahkan diriku sendiri karena tidak menjagamu." Ucap lelaki yang berada di dalam mobil tersebut.
Ia menepikan mobilnya di dekat sebuah taman. Ia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi orang yang sedang ia cari. Tetapi orang tersebut tidak mengangkatnya. Ia mencoba lagi menghubungi tetapi tetap saja hasilnya nihil.
Lelaki itu kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket miliknya. Ia memutuskan untuk pergi mencari lagi. Tetapi ketika ia ingin hendak pergi ia dapat melihat seorang wanita dengan coat berwarna coklat muda sedang tertidur pulas di bangku taman.
Dengan cepat lelaki itu langsung turun dari mobil dan mendekati bangku taman tersebut. Ia dapat melihat wajah adiknya yang sangat tenang ketika tertidur. Ia mencoba membangunkannya tetapi ia tidak bangun. Lelaki itu berpikir mungkin adiknya terlalu lelah, jadinya ia tertidur pulas di bangku taman.
Lelaki itu menyelipkan satu tangannya di bawah leher dan satu tangannya lagi di bawah lutut adiknya. Ia mencoba mengangkat adiknya dengan penuh kehati-hatian dan ia juga meletakkan adiknya dengan perlahan agar wanita itu tidak terbangun.
Ketika lelaki itu hendak menghidupkan mobil, tiba-tiba sebuah tangan memegang lengan kanannya.
"Kau mau membawaku kemana?" Tanya wanita yang berada di sampingnya.
Lelaki itu menatap ke arah bola mata wanita itu. Tidak ada lagi cahaya kebahagiaan yang terpancar dari bola mata tersebut. Lalu lelaki itu menghembuskan nafasnya pelan dan memegang tangan wanita tersebut.
"Mama mengkhawatirkanmu. Jadi mama menyuruhku untuk mencarimu, temanmu mengatakan bahwa kau pergi begitu saja. Apa ada masalah?" Tanya lelaki itu.
Wanita itu menarik tangannya dengan cepat. "Tidak perlu ada yang mengkhawatirkanku." Ketika wanita hendak itu turun dari mobil, lelaki itu langsung mencegahnya.
"Untuk kali ini Felicia, tolong jangan bersikap seperti ini padaku. Aku tahu sebagai kakak, aku sangat bersalah. Tapi untuk kali ini, biarkan aku menebus kesalahanku." Ucap lelaki itu.
"Omong kosong apalagi yang akan kau buat Kelvin?" Tanya Felicia dengan wajah yang tidak bisa diartikan oleh Kelvin.
Ketika Kelvin mendengarkan Felicia tidak lagi memanggilnya dengan sebutan 'kakak', pada saat itu pula Kelvin merasa Felicia tidak memerlukan dirinya lagi.
Ia telah mengepal salah satu tangannya dengan sangat kuat. Tetapi meskipun begitu, ia harus bisa mengendalikan emosinya didepan Felicia.
"Kau boleh memanggilku hanya dengan namaku Felicia. Tetapi izinkan aku sebagai kakakmu untuk membawamu pergi hari ini my little sister." Kelvin memberikan senyuman tulus kepada Felicia dan kemudian Kelvin menghidupkan mobilnya lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Entah apa yang terjadi dengan Felicia, setelah ia melihat senyuman tulus yang diberikan Kelvin dan sebutan my little sister untuknya, Felicia hanya diam seribu bahasa tanpa melakukan perlawanan sedikitpun.
------
"Ayo turun. Kita sudah sampai." Ucap Kelvin sembari melepaskan sabuk pengamannya.
Felicia menuruti apa yang dikatakan oleh kakaknya. Ia melihat ke sekeliling. Ia dapat melihat banyak bunga dengan beraneka ragam dan beraneka bentuk. Melihat semua bunga tersebut hati Felicia sangatlah bahagia. Karena ini merupakan salah satu taman bunga yang sangat ingin ia kunjungi yaitu Royal Botanic Gardens
Royal Botanic Gardens adalah salah satu taman bunga yang ada di Sydney. Di taman bunga ini ada banyak ragam tanaman langka yang terancam punah hingga kebun mawar yang romantis.
Tanpa Felicia sadari, ia telah melangkahkan kakinya menuju taman bunga tersebut. Dari arah belakang Kelvin mengikuti adiknya seray mengirim pesan kepada ibunya bahwa Felicia sudah ada bersama dirinya.
Felicia terus berjalan menikmati pemandangan bunga-bunga yang berada disana. Kelvin yang mengikuti dari arah belakang sangat senang melihat adiknya. Alasan Kelvin membawa Felicia ke tempat ini, karena dulu Felicia pernah memintanya untuk pergi ke taman ini tetapi pada saat itu Kelvin banyak urusan dan tidak bisa menuruti apa yang diinginkan adiknya tersebut.
Kelvin mendekat ke arah Felicia yang sedang berhenti melihat kebun mawar romantis. "Mau ku ambilkan foto?"
Felicia hanya diam, dan terus berjalan. Ia terus berjalan menyusuri taman dengan sesekali memegangin bunga yang ada disana. Kelvin pun mengikuti adiknya dari belakang. Kelvin yang merasa senang karena adiknya mau pergi bersamanya tiba-tiba saja menghentikan langkahnya ketika ia melihat Felicia berdiam diam diri memandangi mawar putih.
Kelvin pun mendekatinya. "Are you okay?" Ucap Kelvin pelan.
Felicia hanya diam dan tiba-tiba saja tak terasa air mata telah mengalir membasahi pipinya. Kenangan tentang mawar putih dan pria yang ia cintai teringat kembali.
"Kau tahu, dia selalu memberikan mawar putih. Karena, dia katakan putih itu indah seperti aku." Ucap Felicia sembari menyeka air matanya.
"Kalau kau mau, aku bisa memberikannya untukmu." Tambah Kelvin.
"Tidak, tidak perlu. Aku ingin pulang." Felicia berbalik arah melewati Kelvin. Dan Kelvin pun menatap punggung itu menjauh perlahan meninggalnya dirinya. Kelvin menghela nafasnya perlahan, menatap sebentar mawar putih itu. Kemudian berbalik arah mengikuti Felicia.
Selama di dalam mobil, tidak ada percakapan yang terjalin antara keduanya. Felicia yang duduk di kursi belakang hanya sibuk memandangi ke arah luar. Sedangkan Kelvin yang sedang mengemudi selalu memperhatikan adiknya melalui kaca.
Maafkan aku yang belum.bisa menjadi kakak yanh baik dalam hidupmu, tapi percayalah aku sangat menyanyangimu Fel. Ucap Kelvin dalam hati