Pagi ini Felicia terbangun lebih awal karena ponselnya berdering berulang kali dan itu mengharuskan Felicia untuk membuka matanya.
Ia melihat ke layar ponselnya ternyata Kelvin sedang menghubungi dirinya. Ia menatap ke layar ponselnya dengan wajah yang malas, kemudian ia memutuskan sambungan sepihak tanpa mengangkatnya.
Felicia mengusap wajahnya gusar, ia melihat ada satu buah email masuk. Ia membukanya, ia baca perlahan-lahan.
From : MasteredGroup@gmail.com
To : FeliciaCW@gmail.comSelamat pagi Felicia Clarisa Waston.
Setelah kami pertimbangkan dan kami telaah lebih lanjut, kami menerima anda menjadi salah satu karyawan di perusahaan kami, Mastered Group. Perusahaan kami terletak di Chicago, seluruh biaya akomodasi anda kami tanggung. Anda dapat datang dalam satu minggu ke depan. Terima kasihFelicia bingung setelah melihat e-mail tersebut, karena dia tidak pernah mengirim lamaran pekerjaan ke perusahaan manapun. Ia kemudia keluar kamar dan menuruni satu per satu anak tangga. Hingga ia dapat melihat pemandangan yang sangat ia hindari setiap harinya, pemandangan sarapan bersama keluarganya. Felicia melihat ke arah ibunya yang sedang berdiri dekat Kelvin.
"Felicia ayo kemari sayang, kita sarapan bersama." Ucap Lily dengan lembut dan tidak lupa dengan sebuah senyuman yang merekah di bibirnya.
Felicia mengalihkan pandangannya ke arah Kelvin. Dan melihat tajam ke arah kakaknya.
Ia berjalan mendekati meja makan dan memberikan ponselnya ke arah Kelvin.
"Bisa kau jelaskan kenapa email ini bisa masuk ke dalam ponselku?"
Kelvin menatap adiknya dan mengambil ponsel yang ada di tangan Felicia. Ia membaca email itu dan tiba-tiba saja sebuah senyuman terukir jelas di wajahnya.
Kelvin menatap ke arah ibunya dengan wajah yang penuh kebahagiaan. "Felicia diterima bekerja di perusahaan terbesar tahun ini, Mastered Group."
Lily kembali merekahkan senyumannya, siapapun yang melihatnya kali ini pasti akan ikut bahagia melihat seorang ibu yang sudah lama tidak merekahkan senyuman kebahagiaan kini merekahkannya kembali.
"Kapan kau akan pergi sayang?" Tanya Lily
Felicia masih melihat tajam ke arah Kelvin. "Aku tidak akan pergi, tolong beritahukan kepada mereka bahwa aku tidak mau. Aku tahu aku adalah seorang pengangguran, tidak bisa mengerjakan apapun. Tetapi kau tidak berhak untuk terlalu mencampuri kehidupan seseorang Kelvin. Paham!"
Seketika saja wajah bahagia Lily dan Kelvin langsung luntur begitu saja.
"Apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti." Ucap Kelvin.
"Kau itu bodoh atau kau sengaja membuat dirimu bodoh. Kau ingin menunjukkan padaku bahwa kau adalah seorang kakak yang paling baik di dunia ini. Pasti kau yang mendaftarkan aku ke perusahaan itu. Oh ayolah, aku tidak butuh belas kasihanmu."
Kelvin telah mengepal satu tangannya dengan erat, tetapi Lily langsung memegang pundak putranya dengan begitu lembut.
Sementara itu, setelah Felicia mengucapkan kata-kata tersebut, ia langsung pergi menuju kamarnya.
Kelvin dan Lily hanya bisa menatap punggung Felicia yang semakin lama semakin tidak terlihat. Dan kini Kelvin menghembuskan nafasnya pelan. Ia menundukkan kepalanya.
"Kenapa susah sekali untuk membuatku bisa dianggap seorang kakak oleh dirinya ma?"
Lily mengusap punggung putranya dengan sangat lembut.
"Lihat mama Kelvin."
Kelvin menegakkan kepalanya dan menatap ibunya dengan wajah sedih.
"Kau tahu, apa yang kita perbuat jika itu menimbulkan masalah kita harus hadapi resiko dari apa yang kita perbuat itu. Mama tidak menyalahkanmu tetapi bisakah kau lebih bersabar untuk semua ini. Percayalah, adikmu akan kembali. Mama nanti akan membicarakannya kepada papamu. Sekarang sebaiknya habiskan sarapanmu dahulu." Lily memberikan satu senyuman tulus kepada Kelvin kemudian ia pergi meninggalkan Kelvin sendirian di ruang makan. Lalu Lily menghela nafasnya pelan dan meletakkan satu tangannya di depan dada.
Kapan semua ini akan berakhir?
******
Satu hari penuh ini Felicia tidak ada keluar dari dalam kamarnya. Ia mengurung diri dan tidak ada menemui satu orang pun di rumah.
Tok tok tok
"Felicia, ini papa nak. Bisakah kau membukakan pintu untukku?"
"Pintunya tidak di kunci. Masuklah." Ucap Felicia dengan suara yang agak mengeras.
Carl masuk dengan memegang sebuah kantongan plastik di tangan sebelah kanannya.
"Papa belikan makanan favoritmu. Mama mengatakan bahwa kau belum ada makan satu hari ini. Jadi kuharap kau akan memakannya."
Felicia hanya diam dan melihat ke arah ke luar jendela. Carl menghembuskan nafasnya pelan lalu ia membuka kacamatanya dan memilih duduk di dekat Felicia.
"Fel, sebagai seorang papa, aku selalu memperhatikan apapun yang terjadi kepada anak-anakku meskipun aku sibuk dengan urusan pekerjaan. Kau tahu, kami semua tidak menyalahkanmu jika kau belum bisa berinteraksi seperti dahulu kepada kami, keluargamu. Kami sangat paham apa yang kau rasakan, aku telah mendengar apa yang terjadi tadi pagi dari mamamu."
Carl menarik nafasnya perlahan dan membuangnya dengan cepat.
"Kakakmu tidak bersalah dalam hal ini, dia hanya ingin menebus kesalahannya di masa lalu. Bukan berarti dia mengejekmu karena kau belum memiliki pekerjaan. Aku mengerti kalau kau belum bisa memaafkan Kelvin, tapi bisakah setidaknya kau berbicara dengannya meskipun hanya satu dua kata saja. Dia merindukan adik kecilnya, jadi bisakah kau memenuhi permintaan papa barusan?"
Felicia hanya diam dan masih menatap keluar jendela. Ia telah mengigit bibir bagian bawahnya untuk menahan air matanya agar tidak mengalir. Sementara itu Carl beranjak dari posisinya, ia kembali mengenakan kacamatanya dan kemudian ia mencium puncak kepala putrinya dengan penuh kasih sayang, setelah itu ia keluar dari kamar Felicia.
Setelah mendengar pintu kamarnya benar-benar tertutup, air mata Felicia mengalir dengan derasnya. Seketika pikirannya memutar balik bagaimana sikap Felicia dengan keluarganya selama akhir-akhir ini. Ia mengacak-acak rambutnya dan membuang bantal ke sembarang arah sehingga menyebabkan beberapa barang menjadi jatuh.
Felicia tahu bahwa ia telah kejam memperlakukan keluarganya dengan cara seperti itu. Tetapi ia tidak dapat berbuat apapun. Meskipun kejadian 'itu' menimpa dirinya beberapa tahun silam tetapi Felicia tidak bisa mengendalikan ataupun menentukan bagaimana ia harus memiliki sikap setelah kejadian 'itu'. Karena akibat kejadian 'itu' semua yang ada di dalamnya hidupnya telah hancur. Bahkan ia harus kehilangan orang yang sangat ia cintai.
Felicia mengusap air mata yang membasahi pipinya. Ia menarik napas perlahan dan membuangnya dengan perlahan juga. Lalu ia menutup kedua matanya sejenak lalu ia membukanya lagi. Dan setelah melakukan itu Felicia tampak terlihat lebih tenang dibandingkan beberapa menit yang lalu, karena ia tahu harus melakukan apa untuk sekarang dan kedepannya.
******
Happy reading readers 😊
Jangan lupa utk tinggalkan vote dan comment yaaaa.........
Maaf jika masih ada typo yang bertebaran, silahkan di comment di bagian typonya 😉😉