Felicia langsung melangkahkan kakinya dengan cepat diikuti Jack disampingnya. Terkadang dia berlari untuk cepat sampai ke ruangan kakaknya. Setibanya di ruangan kakaknya dia langsung membuka pintu, perasaan khawatir kini sangat menyelimuti dirinya tat kala melihat kakaknya yang terbaring lemah di tempat tidur dengan perban yang membalut dadanya serta terdapat perban lain di bagian tubuhnya.
"Apakah anda keluarga dari tuan Waston?" Tanya dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan kakaknya.
"Iya dok, saya adiknya. Bagaimana keadaan kakak saya?"
"Keadaanya sudah pulih. Meskipun dia belum diperbolehkan banyak bergerak, dikarenakan tulang rusuk sebelah kirinya patah dan banyak luka lebam di sekitaran tubuhnya."
"Terima kasih dokter." Ucap Felicia seraya menjabat tangan dokter tersebut.
Dokter itu meninggalkan ruangan diikuti Jack dari belakangnya. Sedangkan Felicia berjalan ke arah tempat tidur kakaknya dan duduk di sampingnya.
"Hay kak. Maaf ya aku gak tau kalau kakak masuk rumah sakit." Air matanya kini perlahan secara perlahan.
"Semalam aku udah hubungi kakak berulang kali. Tapi gak ada satupun jawaban dari kakak."
Felicia menyeka air matanya dan memegang tangan kakaknya.
"Feli tau Feli salah cuman bisa diam di apartemen tapi gak ada usaha untuk nyari kakak. Feli jahat bangetkan jadi adik?"
Kelvin tak kunjung membuka matanya. Felicia hanya bisa menatap Kelvin dengan tatapan yang sangat menyedihkan.
Karna terlalu sedih, air mata Felicia tak bisa dibendung lagi. Air matanya tumpah, dia menangis sejadi-jadinya. Dia bukanlah seorang adik yang baik, bahkan dia baru mengetahui kakaknya karna George yang memberitahukan dirinya.
Jack yang baru saja kembali dikejutkan dengan suara tangisan kekasihnya . yang sangat menyedihkan.
"Hey kenapa? Kelvin akan baik-baik saja sebentar lagi dia akan dipindahkan ke ruangan VIP. Tenanglah." Jack memeluk Felicia yang masih tertunduk di pinggir tempat tidur.
Jack mengambil posisi berjongkok dan mengelus punggung kekasihnya itu.
"Kita sudah mengetahui keadaannya. Dan sekarang kita sudah berada disini bersamanya, dia sudah tidak sendiri lagi."
Felicia mengangkat kepalanya dan menatap Jack dengan mata yang memerah.
"Jack tapi ini salahku. A-aku sangat menyesal Jack."
Jack memegang tangan Felicia dan mengusap punggung tanganya secara lembut. "Bukan kau yang bersalah disini sayang. Orang yang melakukan perbuatan inilah yang bersalah. Kau tidak mengetahui apapun dan jangan menyalahkan dirimu sendiri lagi."
"Sebagai seorang adik seharusnya akulah orang pertama yang harua mengetahui keadaan dirinya Jack, tetapi lihatlah. Jika tidak diberi tahu George maka aku tidak akan tau."
Jack mendekatkan jari telunjuknya ke bibir Felicia. Kemudian dia menyeka air mata kekasihnya dengan penuh kelembutan, lalu Jack mencium kening Felicia kemudia mencium kedua mata gadis itu dan terakhir mencium punggung tangannya.
"Everything is gonna be okay."
Seketika sebuah senyuman tipis tercetak di bibir Felicia. Hal itu membuat Jack spontan juga mengukir senyuman tulus di bibirnya.
Jack tau Felicia sangat menyayangi Kelvin tetapi Jack tidak suka kalau Felicia menyalahkan dirinya sendiri sedangkan Felicia tidak melakukan apapun.
Crek
Dua orang suster telah masuk ke dalam ruangan Kelvin membawa sebuah berkas.
"Permisi, silahkan tanda tangan di surat ini maka kami akan memindahkan pasien ke ruang VIP sekarang."
Jack langsung bangkit dan mengambil berkas itu. Setalah selesai menandatangani Kelvin langsung di bawa oleh kedua suster tersebut untuk dipindahkan.
"Fel ayo kita ikut mengantar kakakmu."
Felicia mengangguk setuju dan pergi meninggalkan ruangan itu.
Dret...dret...dret...
Ponsel Felicia kini bergetar lagi.
"Halo George, aku sudah di rumah sakit sekarang. Sebelumnya terima kasih sudah memberi tahukan kakakku ada disini."
"....."
"Kau bergurau George?"
"....."
"Aku akan mengatakan pada Jack nanti. Mungkin aku tidak bisa ikut dengan kau. Maafkan aku."
"......"
Felicia memutuskan sambungannya, diliriknya Jack yang sudah menatapnya bingung.
"Mandy ditangkap polisi."
--
George baru saja sampai di meja kerjanya, pada saat ia ingin duduk ponselnya berdering dan id caller yang tertera di layar ponselnya tidak dikenali oleh George.
"Hallo. Siapa ini?"
"George ini aku Mandy, tolong aku George aku sekarang di kantor polisi. Nanti aku akan menjelaskannya padamu."
"Bagaimana bisa? Oke baiklah aku akan segera kesana tunggu aku."
Sekarang Geoege sedang dalam perjalanan, hatinya masih terus bertanya-tanya bagaimana bisa Mandy berurusan dengan polisi. Sikap Mandy yang tomboy bahkan tidak pernah membawanya ke dalam masalah yang sangat serius. Tetapi sekarang apa yang dilakukan gadis itu.
Sebekum bertemu Mandy, George terlebih dahulu harus menemui seorang pengacara. Pengacara itu adalah pengacara pribadi Jack.
George tak habis pikir mengapa semua ini bisa terjadi begitu saja pada hari ini.
--
Dilain tempat Rio tengah menelpon seseorang di balkon kamarnya.
Crek
Pintu kamar Rio terbuka.
"Kerjamu bagus Bella." Ucap Rio
"Kau sudah tau bahwa itu aku yang masuk? Good. Jadi kapan rencanamu akan kau lakukan?" Bella berjalan menghampiri kakaknya di balkon.
"Secepatnya. Tenanglah, kau tak sabar menunggu ya?"
"Of course." Jawab Bella santai.
"Beberapa hari lagi. Kita akan melihat kehancuran mereka, dan untuk Felicia aku sudah tidak ingin menginginkan dia. Yang aku inginkan hanyalah melihat kehancurannya. Bagiku kehancuran mereka adalah kemenangan bagiku, kebahagian mereka adalah kekalahan bagiku. Ya mungkin dulu aku tak seperti ini. Tetapi sekarang aku sudah berubah saat lelaki bajingan itu menghancurkan keluarga kita. Membuat kita kehilangan kedua orangtua kita. Dan aku juga hampir saja kehilanganmu. Tidak ada kata ampun bagi mereka semua Bel. Dan kau juga Bella, jika kau berkhianat kalimat yang baru saja aku ucapkan itu akan berlaku juga kepadamu."
Setelah selesai berbicara Bella melirik Rio yang mencengkram besi penghalang dengan amat kuat sehingga urat-urat di tangannya tercetak dengan jelas. Bella rela melakukan apapun jika seseorang berani mendekati orang yang dia cintai.
Bagaimana bisa Bella menerima disaat dia sangat mencintai seorang lelaki tetapi lelaki itu malah memilih perempuan lain dibanding dirinya yang selalu ada untuk pria itu.
Tidak ada rasa sakit yang lebih menyakitkan disaat kehilangan seseorang yang kau cintai dan melihatnya pergi bersama orang lain yang dicintainya.
------