[16] Fifth Suspension

816 44 0
                                    

[16] Fifth Suspension : You Or Me?!

***

      "Nadith!" Teriak Nathan yang sudah berdiri didepan rumahku. Aku memasangkan earphone ditelingaku, agar suara Nathan tidak tedengar olehku. Aku duduk didepan meja belajar. Mengambil setumpukan buku yang kuharap dapat mengalihkan kekesalanku sementara.

     Kemarin itu keterlaluan.

     "Nadith!" Bunyi bel dan suara Nathan bersatu untuk merusak gendang telingaku. Dan untungnya, ayah tidak ada dirumah. Kalau dia ada, aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Dorris kepada Nathan.

      Aku menghela nafas, suara Nathan sudah tidak terdengar ditelingaku.

     Sialan. Elsa yang sudah buat gue di skorsing, nama baik gue hancur didepan bapak kepala sekolah dan guru-guru. Dia datang tiba tiba ngerusak hubungan baik gue dengan Nathan. Jadi tukang bully disekolah yang sudah bersih dari kata bully. Dan yang jadi korbannya adalah cewe yang suka sama Nathan. Pake acara ngancam-ngancam juga. Apa Nathan tahu dengan kelakuan si El?

     Jadi, gue ambil kesimpulan. Lo suka sama Nathan, tapi gak mau pake sportif bersaing dengan cewe lain. Berhubungan gue yang paling deket sama Nathan, dan lo juga tahu, hubungan gua dan dia gak bakal bisa dihancurin. Jadi cara lo satu-satunya adalah menyakiti hati gue. Wait. Apa gue sakit hati? Sebenarnya, iya. Hati wanita itukan lemah. Jadi lo serang hati gue. Biar gue nyerah terhadap Nathan. Iya kan?

     Abaikan. Gue gak paham apa yang gue bilang barusan*ngeror.

     "Nadith!! " Suara itu lagi. Tapi sepertinya ini di tempat yang lebih dekat. Suaranya cukup jelas. Aku membuka earphoneku, dan mencari sumber suara.

      "Nadith." Suara itu berbisik. Itu suara Nathan. Aku terduduk di kursi. Memijit dahiku.

      "Nadithh!!" Ctarr. Aku tersentak kebelakang, pantatku mendarat tepat di lantai kamarku. Nathan timbul dari jendelaku,

      "Heh, gila lo ya. Ngapain lo di situ!" Teriakku.

      "Buka jendela!" Ujar Nathan sembari menggedor jendelaku. Aku bangkit, "Gue gak mau! Pergi sana." Ucap ku ketus.

     "Nadith, gue mohon."

     "Mau ngapain lagi lo manggil-manggil gue?!"

      "Gue mau lo denger penjelasan gue!"

      "Ya ampun. Penjelasan apaan?"

      "Soal kemarin!"

       Aku menggeleng, "Itu sudah jelas."

      "Itu belum jelas, gue bakal jelasin, gue tunggu diperkarangan rumah lo." Nathan turun melewati tangga tegak yang ia gunakan untuk mencapai jendelaku.

        Aku menduduki kursi ku kembali dengan kesal. Dan memasang Earphone ditelingaku. "Terserah lo, Nathan"

      Nathan berdiri diperkarangan rumahku, satu jam, dua jam, tiga jam. "Akhirnya selesai.." Aku menutup buku tugasku yang ku buat. Bangun dari kursi lalu merebahkan tubuhku di atas kasur, aku mencoba menutup mata. Namun kembali terbuka. Aku memiringkan posisi tidurku. "Ck!" Desahku. Hujan turun secara perlahan. Membuat aku tambah gelisah.

      "Nathan." Aku duduk dipinggiran kasurku.

      Aku tidak memperdulikan pria itu. "Emang gue percaya lo nunggu didepan? Ngerjai gue yang ada"

      Aku berjalan menuju jendela dan melihat pria berkaos putih itu masih berdiri dengan gagah walaupun hujan menyerbu dirinya.

      "Nathan!" Aku turun dengan cepat kelantai bawah dan membuka pintu.

For You, NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang