[37] True Ending

1.8K 71 28
                                    

Recommend for hearing 👆🏻

| | | | | | | | |

6 Tahun Kemudian.
Jerman, 05.32 PM.

       Dari kejauhan, gaun pendek wanita itu tertiup angin, wajahnya tengah menatap cahaya keorenan di sore hari. Sehingga tampak dari sini, siluet wanita yang kesepian itu.

       "Kita harus segera pulang."

       "Tunggu dulu. Biarkan dia sendiri disana."

      "Tapi hari akan segera malam."

      "Sebentar."

       Kepala wanita itu tertunduk, di tangannya terbuka beberapa lembar kertas kusam dan kusut berwarna merah hati. Karena surat itu sudah terbenam dalam tumpukan kertas yang lain selama 6 tahun. Itu adalah tulisan orang yang ia sayangi. Curahan hati dan ungkapan yang sesungguhnya.

       Surat itu, baru ia buka sesuai dengan permintaannya yaitu setelah hari kepergiannya.


       "Dear, my wish.
Saat ini aku berusia 18 tahun. 18 tahun adalah masa yang paling indah dari usia yang lainnya. Bukan karena aku bangga, aku sudah dewasa. Tapi di usia itu aku menemukan diri ku yang sebenarnya.

       Aku adalah manusia lemah, saat pertama kali aku mendengar, bahwa aku didiagnosa mengidap HIV, saat itu juga aku memvonis diriku sebagai manusia lemah, hidupku hancur seketika. Keinginan dan mimpi hanya sebatas angan-angan. Tidak dapat aku raih.

      Aku mengutuk diriku sendiri, bagaimana aku tidak tahu malu kepada kertas putih, menulis harapan yang sekedar angan itu disana. Mungkin kertas yang kutorehkan tinta tertawa terpingkal-pingkal melihat begitu lemahnya dan pesimisnya diri ini, 'kau hanya berani menulis harapan kosong di sini, tapi kau tidak bergerak untuk menggapainya. Itu percuma'.

       Tapi ia tidak tahu, setelah aku berhadapan dengan gadis itu, aku menjadi kuat. Hanya dengan melihatnya dan menganggunya. Dia ku buat tertawa, dan saat itu aku semakin kuat, percaya kembali kepada harapan dan mimpi ku selama ini. Aku memiliki banyak harapan yang harus aku gapai. Jadi, tidak ada waktu lagi untuk bermain-main. Harapan ku adalah hidup bersamanya. Bukan berarti aku ingin hidup selamanya. Suatu saat nanti aku pasti pergi, karena penderita AIDS hanya hidup dengan dorongan dan penyemangat. Belum ada obat yang sepenuhnya menyembuhkan AIDS.

       Aku mengidap HIV dari ibuku. Tapi ia sudah pergi lebih dulu dari ku. Tepatnya sebelum aku pulang ke Indonesia. Dan harapanku, jika nanti aku menyusulnya, ku mohon, letakkan jasad ku tidak jauh dari ibuku. Karena aku yakin, aku tidak akan kesepian dan di saat para malaikat menghampiriku, aku harap kalian disana terus mendoakan ku untuk dapat berhadapan dengan-Nya.

       Aku harap, kalian yang kutinggalkan dapat bahagia. Dad... maafkan Aku dan Mom. Kami meninggalkan mu sendirian. Tapi yakinlah, kau sosok laki-laki yang kuat. Buktinya saja, aku yang lemah dapat hidup selama 18 tahun. Hahaha.

       Dan teman-teman, maafkan aku. Aku meninggalkan sekolah, sehingga membuat kalian bertanya-tanya. Tapi, ku rasa, pertanyaan kalian sudah terjawab. Hei, kalian pasti akan merindukanku.

      Dan untukmu..."

      Tak dapat di tahan oleh wanita itu, air matanya mengalir cepat membasahi lembar pertama surat itu. Tidak perduli! Tidak perduli malam mulai menjemput. Dia ingin membaca seluruhnya di samping orang yang menulis surat itu.

For You, NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang