[18] Seventh Suspension

952 52 0
                                    

[18] Seventh Suspension : Nervous?

***

05:50 A.M.

Jeans+kemeja
Dress+legging

       Jam weker dinakas sudah berbunyi 30 menit sebelumnya. Hingga 30 menit sesudahnya otak dan mata gue masih mencari baju yang cocok yang entah untuk apa.

       Sampai akhirnya. Gue sedikit frustasi, perasaan gue mengatakan baju di lemari gue gak ada yang cocok. "Oh, apa lo serius Nathan? Tidak, bukan itu pertanyaannya. Apa lo serius Nadith? Maksudnya, bisa saja kan itu cuma akal-akalan Nathan.." Cukup lama perasaan gue mengatakan bahwa baju-baju gue enggak ada yang cocok.

       Sampai gue kembali ke kenyataan.

       Ditanganku sekarang ada dua stelan yang cukup bagus.

      "Aish! Kenapa gue harus di hadapkan oleh baju-baju seperti ini?" Bayangan gue dicermin tampak sangat  berantakan, sambil memegang 2 hanger baju.

       Sama halnya pikiran gue. Sebelumnya ini tidak pernah terjadi. Karena sebelumnya juga, Nathan enggak pernah menyuruh gue buat ikutan acara ritual romantis dengan agenda : launch, dinner.


       Ahh. Helaan nafas kasar terdengar. "Cap cip cup kembang kuncup pilih yang mana yang cocok sama gue!" Nyanyian ketika dilanda kebingungan. Dan berhenti di gaun berwarna baby blue selutut, berlengan panjang dan legging hitam.

       "Inikah?" Arrhg. Gue masuk ke kamar mandi membawa kedua stelan ini.

***

       Nathan duduk dalam diam dipinggiran kasur yang langsung menghadap ke lemari dengan pintu kaca selebar dua meter. Nathan yang rapi walaupun hanya menggunakan kaos putih dan celana jeans. Poninya yang menutupi dahi itu membingkai dengan apik wajah manis Nathan.

      Dia bukan bocah berusia 18 tahun yang gila akan hari libur, sehingga memintanya terang-terangan didepan kepala sekolah. Ada satu alasan : dia ingin bersama gadis yang menjadi tetangganya itu.

       Nathan tersenyum simpul. "Huuh.." Ini adalah hari yang penting untuknya, meskipun masih banyak hari-hari lain yang bisa di anggap penting olehnya. Tapi entah kenapa, hari ini sangat cocok untuk dijadikan hari penting dan istimewa. Karena Nadith? Tidak. Setiap hari Nadith bersamanya. Jadi apa? Nathan tidak tahu.

       Ia mendongak melihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul 07:14.

      "Cepat sekali..." Gumamnya. Matanya kembali fokus kebayangannya yang berada di cermin. Tubuhnya mulai menunjukan hal yang berbeda dari hari-hari sebelumnya.

      Matanya sayu melihat bayangan nya di kaca. Bibirnya pucat. "Jadi begini yah, rasanya nervous?" Tanya Nathan sendiri sambil terkekeh pelan. "Woy, jawab pertanyaan gue, Jems." pinta Nathan, berharap dia di cermin menjawabnya.

      "Nathan, bagaimana menurutmu jika aku pergi saja?" Nathan bertanya dengan ekspresi datar. Tangan nya mengambil sesuatu di laci meja. Kemudian kembali ke hadapan cermin.

      "Ya, gue tahu. Lo gak bakal ngizinin. He. Terus, jika itu sebuah keharusan?" Tanyanya menaikan alis sebelah kirinya. Tangannya memain-mainkan sebatang rokok. Bimbang apakah dia bakar atau tidak.

For You, NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang