[30] Oliver's Family 2

685 47 1
                                    

     Apakah pesan ku sudah tersampaikan kepadanya? Jika sudah, apakah aku pantas untuk mendapatkan balasannya?

***

     "Hai, Papa." Nadith menyorot kedua orang tuanya. Dengan kamera yang ia pegang.

     Setelah itu ia kembali menyorot dirinya sendiri. "Hai, aku tidak tahu seperti apa liburan kami kali ini, sekarang musim panas, aku tidak mengerti kenapa aku merasakan hawa dingin. Oke itu tidak penting, saat ini kami akan menuju ke LA Entertainment. Kau tahu? Tempatnya para artis, yuhuuu. Wait! Untuk apa kami kesana?" Nadith mematikan kameranya.

     "Ayah, Untuk apa kita ke sana?"

     "Kakakmu berada disana"

     "Maksud ayah, Angela seorang artis?" Tanya Nadith histeris.

     "Dia model, sayang"

     Segera mulutku membentuk O. "Waw. Dia seorang model, sejak kapan dia seorang model?"

     "Kita akan tahu jika menemui nya." Jawab Naura.

     Kling. Kling. Kling. Nadith meronggoh saku jaketnya. Mendengar nada panggilan dari ponsel nya. "Siapa?" Dahi Nadith berkerut, disana tidak tertera nama si penelepon.

     "Nadith! Cepatlah!" Teriak Doris. Nadith berlari kecil menuju ayahnya. Ponsel yang ia genggam sudah di letakkan nya di telinga nya. "Tunggu ayah"

     "Hell--aww," Tanpa sengaja Nadith menumbur seorang turis yang sedang mengabadikan moment kebersamaan dengan teman-temannya. "Oh, im sorry" Ujar Nadith, dan berlalu dari mereka.

     "Halo? Siapa? Hal--" Sekarang Nadith menatap jengkel ke arah layar ponsel nya. Setelah mendengar nada tut-tut-tut. "Dasar." Umpat Nadith. Matanya tidak lepas dari layar ponselnya. Kali ini ia merasa, ada yang mengganjal di hati nya.

Siapa tadi? Pikirnya.

***

     Mobil keluarga Oliver berhenti di sebuah parkiran didepan gedung yang tak kalah mewah dengan gedung pencakar langit di disekitarnya. "Waw." Tanpa aba-aba, Nadith keluar dari mobil. Matanya mengelilingi lingkungan yang berbeda disekitarnya.

     Seketika, matanya terfokus ke arah kerumunan, dan itu-- wartawan. Wartawan yang sedang mengelilingi seseorang. "ANGELA!!!" Teriak Nadith. Kaki nya segera berlari ke arah kerumunan itu. Sosok wanita itu, mematung sesaat.

     Doris dan Naura-pun melambaikan tangannya ke arah Angela. Angela tidak merespon apapun, ia membanting wajahnya dan sebisa mungkin berjalan lebih cepat.

     "Angela?" Panggil Nadith. Melihat respon yang diberikan kakak perempuannya itu, hatinya terasa sakit. Kepala Nadith melihat ke arah orang tua nya, yang tak jauh beda dengan dirinya.

     "Baiklah," Nadith mengejar sosok Angela yang sedang menuju ke sebuah mobil. Para wartawan sudah berhenti mengikutinya, karena dari gedung itu keluar seorang model cantik yang lain.

     "Angela!" Cegat Nadith. "Ini aku, Nadith"

     Angela berbicara ke seorang pria botak dengan dandanan yang sangat tidak layak untuk seorang pria. Cukup lama, sampai akhirnya Angela memisahkan diri dari pria itu.

     "Nadith?" Panggil Angela. "Kenapa dia ada disini?"

     Ekspresi itu. Ekspresi kebencian. "Kenapa Nadith?"

     "Kak, dia merindukan mu," Jelas Nadith sebisa mungkin meyakinkan kakak nya, bahwa dulu sudah berbeda dari sekarang. "Dia hanya merindukan mu, itu saja." Ujar Nadith sehalus mungkin.

     "Tidak, dek. Aku hanya merindukan mu dan Ayah." Angela menarik tubuh adiknya ke pelukan nya. "Rasanya semuanya, seperti terulang kembali."

     "Semua sudah berubah kak. Aku mencoba menerima nya. Begitupun dengan Ayah."

     "Baiklah. Apa kamu bahagia disana?" Tanya Angela. Mengusap pelan pipi Nadith.

     Dengan anggukan pasti Nadith menjawab. "Sangat."

     "Bagus." Angela tersenyum haru melihat wajah adiknya yang sudah besar. Tetap sama, hangat dan terang menyinari setiap sudut gelap di hatinya.

     "Kak, ayo pulang. Kita akan mengadakan sebuah pesta untuk keluarga kita."

     Angela menghela nafas. "Kakak, akan pulang setelah urusan kakak selesai. Maaf ya, aku tidak bisa pulang sesuai keinginan kalian." Ujar Angela lembut. Tetap sama, saat ia berbicara ke Nadith yang berusia 11 tahun.

     "Angela.." Panggil Doris.

     "Ayah." Angela memeluk Doris erat. "Aku sangat merindukan mu." Disana, tampak dimata Angela, wajah Naura yang sudah menua, tersenyum pelan ke arahnya.

     Tetap sama. Angela tetap tidak menyukainya. Melihat nya, dia merasakan pedih itu lagi.

     "An-angel?" Panggil Naura getir. "Angela sayang?"

     Percuma. Angela mengabaikannya. Meskipun sosok wanita itu sudah rentan, dan berbeda dari saat itu. Ia tidak perduli. "Ayah, Nadith. Aku bisa menjadi pemandu kalian di L.A"

      Kak, dia ibu kita, meskipun kesalahan besar yang ia perbuat di masa lalu, dia tetap wanita yang melahirkan kita, dan menjadikan pria itu, seorang ayah. Batin Nadith.


***

For You, NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang