[1] Best Student

4.7K 122 2
                                    

||||||||||||||

Whoop.

Aku membenarkan tali sepatuku yang terus saja melambai-lambai menghambat laju jalanku ke lapangan untuk segera upacara bendera. Menguncir rambut ku dengan pita putih dan merapikan dasi.

Satu setengah jam upacara berlangsung, dan sekarang pemberitahuan pengumuman. Yang dibacakan oleh Pak Samsul; sebut saja dia, Pak Sem.

Oke, Pak Sem dengan semangat membacakan satu- persatu pengumuman. Biasanya nya hanya pengumuman hari libur dan murid yang mendapatkan prestasi.

What guess!

Siapa itu murid prestasi? Hihi, aku maju kedepan saat nama Nadith Oliver dari kelas XII IPA 3, disebut oleh Pak Sem, aku diberi beberapa hadiah dan penghargaan: juara satu, dalam acara Queen Of School yang diikuti sekolah-sekolah favorit yang lain. Kedua, meraih mendali Gold dalam lomba lari dua minggu lalu.

Dan yang terakhir, yang kusangka tidak akan diketahui oleh siapapun kecuali Nathan Jems itu, di sebut oleh Pak Sem dengan sangat jelas yaitu juara satu lomba adu panco yang di adakan di warung makan kemarin, sekali lagi, dengan sangat jelas.

Sehingga guru-guru yang ikut berbaris menggelengkan kepalanya dan mata para siswa sekarang focus ke aku, tidak lain pasti Nathan, yang sengaja memberitahu Pak Sem untuk di umumkan.

Teman-teman ku sekarang bersorak namaku sampai ke kelas, mereka menyebut ku 'Nadith Si Wanita Sukses'.

Oh, of course. Eh, kalian, kalau gue seperti ini aja, elo puji-puji gue, giliran gue sekarat- berkarat, gue diacuhkan.

Bel berkicau, mengelilingi sekolah, bertanda untuk segera masuk ke kelas, tapi tidak untuk telinga Nathan yang sudah tertutupi; logam berlapis baja yang membuat ia tidak mendengar suara apapun. Mom Kelly sekarang sudah masuk, namun bangku disebelah ku masih saja kosong.

"Kemana sih lo, Nathan!" Gerutuku.

Karena kekosongan tempat duduk, yang hanya ada tas tapi tidak ada manusianya, bertanya lah Mom Kelly kepadaku.

"Kemana Nathan?" Aku menggeleng. Akhirnya Mom Kelly menyuruhku untuk mencari dia, aku keluar dari kelas dan mulai berfikir dimana anak itu.

"Awas lo ya, seperti nya lo perlu di beri pencerahan hati dan renungan jiwa." Aku berkeliling sekolah dan memeriksa setiap kelas, karena dia sering masuk ke kelas lain untuk menghindar dari pelajaran yang tidak ia sukai.

Sekarang aku menuju kelas XII IPS 2, satu-satunya kelas yang belum ku periksa, didepan pintu ada segerombolan anak cowok sedang bernyanyi-nyanyi sambil bermain gitar, membuat jalanku terhambat.

Namun aktifitas itu berhenti sejenak. Dengan kehadiran ku disana. Mereka menertawai ku "Bhakk, murid prestasi numpang lewat."

Aku berdecak kesal. "Gak usah ngejek kalian ya."

"Eh, eneng. Galak amat sih, senyum dikit neng. Biar ada manis-manisnya gitu, haha."

Aku menatap mereka dengan tatapan se-tajam laser yang sudah siap digunakan untuk mencincang satu persatu dari mereka. Shit!

"Ampyun neng, takut abang haha." Aku diam, itu saja, sambil menunggu mereka enyah dari jalan menuju pintu kelas itu.

"Ngapain dia disini?"

"Cari twiner nya satu lagi lah, buat apa lagi. Tau mereka kayak magnet, gak mau lepas." Aku melirik kearah anak cowok yang mengatakan itu, kalau gak salah itu namanya, Rigo.

"Neng, sini sama abang dong," Ujar Fandy namanya. Oke, tetap diam itu saja. Ignorant.

"Sayang tuh di anggurin, ajak gabung aja, sekalian gue mau kenalan." Bisikan mereka sampai ke telingaku.

"Gak usah, dia kan wondergirl." Well.

"Wondergirl gitu, lumayan cantiknya, buat gue aja dah." Kini Desvan berdiri dan mendekatiku yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka, dia bertanya: nama, kelas, alamat rumah, hobi, cita-cita, dan nomor ponselku.

Bola mataku memutar. "Gue cuma mau nyari Nathan, males banget nge-jawab pertanyaan elo." Tukas ku ketus sembari melipat kedua tanganku dan berlalu dari hadapan Desvan.

Aku menerobos diantara kumpulan anak cowok itu, tiba-tiba, tali sepatuku tanpa aku sadari, melambai-lambai dan,

Beugh!

Aku terjatuh, dan menimpa mereka yang merupakan kumpulan anak cowok, membuat aku terombang- ambing di antara mereka, sialnya mereka hanya berteriak;

"Tolong aku, help me! Aw, kau menyentuhku! Oh tidak, help me! Aww."

Tapi, tidak menolongku untuk bangun. INI BENAR BENAR KEJADIAN YANG MEMALUKAN BAGI MURID PRESTASI SEPERTI GUE.

Seketika wajahku memerah. "Emang dasar keparat anak cowok." Umpat ku kecil.

Aku bangun dan menemui Nathan tidur dengan kaki berselonjoran di sudut kelas. Lagi-lagi, bau rokok tercium. "Hei. Bangun." Jari telunjukku menoel pipinya. Tepatnya di lubang lesung pipinya, aku memain-mainkan wajahnya tapi tetap saja tidak bangun. Cowok ini kalau urusan tidur, sudah seperti kerbau.

"Yaah. Enggak bangun juga." Aku mulai memperhatikan wajahnya. "Manis juga ya." Ujarku tersenyum. Baru kali ini aku sadar kalo Nathan itu manis. Kemana saja yang. selama lima tahun ini ya? Hahaha.

Aku mengeluarkan android dari saku bajuku dan memoto wajah Nathan, sehingga menimbulkan bunyi 'ckrek'.

Tiba-tiba dia terbangun. Dan biasa, dia selalu mengancam. "I will kiss you, Nad." Nathan selalu saja mengatakan kalimat itu. Tapi aku selalu menghiraukannya. Bodoh amat.

"Bego lo ya, bangun cepetan." Aku menarik baju lengan Nathan dan membawanya keluar, melewati anak cowok tadi yang masih berkumpul di pintu keluar.

"Wiiis, geser dikit bro." Ejek Fandy. Aku mengabaikannya. Dan segera membawa Nathan ke kelas. Menuntunnya ke tempat duduk, dan di tempat duduknya pun dia melanjutkan tidurnya yang menghadap kearahku.

"Kenapa?" Tanyaku jutek.

"Oh iya, gue punya ini buat lo." Nathan berbicara dengan mata yang masih terpejam, lengannya merogoh saku celananya. Namun, dia kembali diam dan tertidur.

"Aneh."

Nadith And Nathan
First Publish: 01/01/2017.

For You, NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang