[31] Love And Hope

799 55 2
                                    


Kau buat sirna
Sudahlah, harapan ku
Hidup bersamamu

Ada satu hal yang tak bisa dihindarkan
Walau hati tak rela untuk menangis
Semua takkan ada yang kekal

Kau buat sirna
Sudahlah
Harapan ku hidup bersamamu

Dulu dirimu, diriku..
Kita menyatu tak lepas oleh waktu..

Ada janji yang pernah kita utarakan
Dulu, tak ingin tinggal, tak ingin hilang
Semua, tak akan ada yang kekal

Thirty One :


--Love and Hope--

     "Yaa, gue gak tahu pasti sih. Menurut gue Nadith lagi liburan kali. Atau pergi kesuatu tempat, mengingat cita-cita dia kan jadi agen rahasia gitu. Haha. Oh ya... Emang ini siapa-- ya?"

Tut. Tut. Tut.

     "Ih siapa sih, udah gak ada nama. Main matiin aja. Gak jelas!" Umpatan kesal dari Rachel. Tidak ingin terlalu terlarut dalam kekesalan nya. Ia kembali melanjutkan mendengar kan dosen nya.

***

     "Dad?"

     Pria yang sedari tadi menunggu di sofa itu berjalan cepat ke arah ranjang, yang diatasnya tergeletak lemas seorang pria. "Ada apa?" Tanya cemas.

     "Aku terlalu yakin, bahwa dia akan menemani ku, di saat seperti ini, dad. Ternyata, dia tidak menungguku sama sekali." Tangannya terkulai lemas memberikan sebuah ponsel ke ayahnya.

    "Nadith akan datang" Pasti Ayahnya.

     "Tidak dad. Sekarang aku benar-benar terpuruk, aku tidak memiliki kepercayaan diri lagi. Aku-- aku tidak tahu harus bagaimana lagi." Buliran bening jatuh dari mata nya.

     "Hei, Nathan. Itu tidak benar. Kau masih memiliki aku. Aku sangat menyayangi mu, aku akan selalu menjaga mu, Nak." Jems memeluk tubuh anaknya yang terkulai lemas. Perlahan, penyakit itu menguras tubuh ideal nya.

     "Dad, pria seperti apa aku ini. Aku memiliki janji terhadap nya. Tapi sampai sekarang aku tidak menepatinya. Aku tidak bisa menepati janji itu terhadap wanita yang aku cintai." Ungkap Nathan. Suara nya terdengar parau dan haru. Energi nya ikut terkuras. Karena penyakit itu.

     "Kau hanya perlu percaya, semua nya pasti baik-baik saja. Asalkan kau kuat, Putraku." Tangannya mengelus pelan rambut Nathan.

     "Sampai kapan, dad?"

    
***

For You, NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang