[17] Sixth Suspension

870 49 0
                                    

[17] Sixth Suspension : Fancy From Your Gaze.

***

     Aku melakukan apa yang diperintahkan Nathan : duduk dibangku yang berada di bawah pohon besar. Aku menatap nanar sepeda tua berwarna biru ini, terparkir di depanku.

      Tiba-tiba pandanganku gelap, karena sebuah tangan menutupi mataku. "Tan, kuno amat sih lo." Ujar ku. Aku tahu, itu Nathan.

      "Ketahuan ya?"

      Tuh kan memang benar Nathan. "Yak iyalah, gaya lama itu mah."

     Nathan tersenyum lalu duduk disampingku. Ia menyodorkanku sebotol air mineral "Nih, minum." Ujarnya. Aku tersenyum, lalu meneguk air mineral itu.

      Aku melihat ke arah Nathan yang juga sedang minum. Keringat Nathan bercucuran, dari pelipisnya meluncur ke leher. Karena dia berlari sendirian, sedangkan gue berjalan sambil mendorong sepeda. Nathan mah, cuma di awal doang bantuin gue. Ujung-ujungnya gue juga yang dorong. Sendirian.

      Aku mengambil sapu tangan yang aku bawa dari rumah. Untuk apa? Untuk apa lagi, tangan gue mau ngelap keringat Nathan.

      Tapi tangan gue malah berhenti, Nathan melihat ke arah gue. Gue langsung aja pura-pura ngelap keringat gue sendiri. Sambil nyengir.

      Ternyata gerak-gerik gue terbaca oleh dia. "Apa lo?" Tanya Nathan sinis.

      "Gak liat?" Tangan gue ngelap kasar wajah gue. "Keringat nih"

      "Oh, keringat..." Nathan tersenyum. "Lari juga enggak" Ejeknya.

      "Bodo ah. Suka-suka gue." Tukas ku ketus.

      "Sini, hapus keringat diwajah gue" Nathan memajukan wajahnya sambil menutup matanya. Sontak gue terkejut. Gue menoyor kepala Nathan.

      "Hapus sendiri!" Ujarku kesal.

       "Sama Nadith aja" Rengek Nathan.

       "Gak!" Jawab gue singkat, dan tegas. Nathan memajukan wajahnya lagi. "Gak! Apaan sih lo?" Tanpa dijawab. Nathan memajukan wajahnya. Kepala gue, gue mundurin.

       "Ayo dong!" Rengek Nathan. Gue mencebik kesal. "Eh, lo gak denger. Gue bilang gak, ya enggak. Perlu gue congkelin tuh telinga, eh? Ada-ada aja lo jadi cowo"

       Nathan menjauhkan wajahnya, matanya kembali menatap ke depan, sambil meneguk air mineral.

       Ekspresinya datar. Gue memperhatikan Nathan lagi. Kenapa gue ngerasa bersalah ya.

        Oke. Gue berdiri. Lalu berjalan dan berhenti dihadapan Nathan.

       "Angkat wajah lo" Perintah gue. Karena Nathan posisinya duduk,dan gue berdiri. "Cepetan."

      Nathan mendongakkan wajahnya ke atas. Gue menghela nafas, kemudian tangan gue yang memegang sapu tangan, mulai menyusuri wajah Nathan. Dengan pelan dan tenang.

      Gue bisa rasakan. Mata Nathan yang terbuka lebar itu, sedang menatap gue.

       Jujur. Gue mau setatap-tatapan kayak gitu. Kayak di pilem. Lalu pakek slow motion, dan waktu serasa berhenti. Kami bersama, melakukan apa saja yang diinginkan. Dan dunia serasa milik berdua. Rumput bergoyang mulai berkomentar. berhentilah berkhayal.

      Nathan yang juga tampak seperti berimajinasi akan sesuatu. Saat bahagiaku, duduk berdua denganmu. Hanyalah dirimu. Lo benar Nadith, sekarang ini dunia serasa milik berdua. Dan kita melakukan hal yang terindah yang pernah ada, bersama selamanya. Dan aku akan memanggilmu dengan panggilan yang dibanggakan oleh setiap wanita..

For You, NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang