"elo ngapain di sini ?" tanya sisil dengan nada ketus.
diego menatap mata sisil dalam dalam , entah mengapa hatinya terasa sesak saat sisil yang biasanya berbicara gugup dan lembut padanya saat ini malah berbicara ketus dan dingin.
------------------
***
"menurut lo ?" digo menatap sisil yang menatapnya sambil mengerutkan keningnya,"ini ituh taman kampus ! semua orang berhak kesini" jelasnya tak kalah acuh.
sisil menghela nafasnya ia memilih diam kemudian menutup bukunya , jujur saja saat ini dia sangat tidak ingin bertemu diego setelah ia tahu bahwa diego adalah seseorang yang dicari sisil selama ini.
"gue ngelakuin hal itu ke lo karena emang gak ada pilihan, lagi pula gue gak mungkin ngebiarin seseorang mati di kolam renang gue dan masuk headline di seluruh majalah ! jadi..bersikap lah seperti biasanya" ucap diego beranjak bangun dari kursinya dan melangkah pergi namun suara sisil menghentikan langkahnya.
"T-terima kasih" hanya itu , diego kembali melangkahkan kakinya dan sisil menatap kepergian diego , sayangnya sisil tidak melihat ada senyum tipis terpatri di wajah diego saat sisil mengucapkan kata itu.
"bukan masalah itunya! tapi masalah hati gue yang makin aneh saat gue tau itu elo dieg.. ada apa dengan hati gue sih" bathin sisil.
------------------
hari sudah semakin sore , sinar matahari mulai meredup dan jangan tanya kini dia dimana , sekarang sisil justru duduk termenung di parkiran lebih tepatnya di bawah pohon sih, sampai akhirnya suara cempreng yang di kenalnya memanggil namanya. "Sisil" teriak seseorang, ya siapa lagi kalau bukan marissa yang menuju kearahnya di ikuti oleh jessie dan willo.
sisil memutar bola matanya melihat rissa, "lo di cariin yah malah nongol disini, gimana sih ? kata mau nyusul ke kantin." omel rissa, sedangkan sisil hanya menatapnya jengah.
"lo kenapa sih ? sikap lo aneh tau gak seharian ini ?" tanya willo penuh penasaran , sedangkan dua sahabatnya yang lain menunggu jawaban sisil, berharap ia akan mengatakan sejujurnya.
"gue cuma ngerasa risih sama kejadian di basecamp devil" ucap sisil walaupun ia agak berbohong tapi jujur saja saat ini sisil belum mau mengatakan hal sebenarnya kepada para sahabatnya , bukan karena tidak percaya sih.
ketiga sahabatnya saling memandang satu sama lain," jadi gara gara kiss itu ?" tanya rissa to the point. dan di balas dengan anggukan sisil.
"yaelah sil, harusnya lo bersyukur kali , seorang diego nyium loe hahaha lebih tepatnya kasih pernafasan buatan ajasih yah walaupun gue gamau di posisi lo" ucap marissa panjang lebar dan alhasil mendapat jitakan kecil dari jessie."awww..jess lu tega amat sih" omel rissa mengaduh kesakitan.
"abisnya omongan lo tuh bikin gue gedek banget" sedangkan marissa mulai memasang wajah cemberutnya. willo dan sisil yang melihat tingkah dua sahabatnya itu terkekeh geli.
"udah udah , daripada kalian berantem mulu kaya kucing mending cabut ke rumah gue sekarang ?" ajak willo.
"bener tuh wil, kebanyakan berantem lo berdua .. jodoh loh " ledek sisil.
"najong" ucap rissa dan jessie bersamaan , yang membuat sisil dan willo tertawa terbahak bahak , mereka pun segera menuju mobil dan meninggalkan area parkir kampus s.u.i.
--------------
mobil sport pink menulusuri jalan malam kota jakarta , marissa yang sibuk menyetir sambil sesekali bernyanyi mengikuti alunan music yang berdentum di dalam mobilnya, dan tiba tiba saja berhenti di ruas jalan yang sunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I GOT YOU [Completed]
Fanfiction[PRIVATE RANDOM] silahkan follow untuk melihat ✌ Bagaimana jika kebencian itu terkikis oleh sebuah rasa yang bahkan mereka abaikan . Akankah mereka mengabaikan faktanya ataukah menerima rasa itu hadir di kehidupan mereka. Bukankah benci dan cint...