Chapter 13

2.2K 134 2
                                        

Arnold'PoV
Hari ini aku akan mengajaknya bermain perang denganku. Aku membawa dua pedang yang untukku dan untuk Rysilla.

"Rysilla...apa kau mau berlatih perang denganku?"
Tidak ada jawaban. Aku mengetuk pintunya, tapi tetap tidak ada jawaban. Saat aku akan mendorong pintu terbuka seseorang menepuk pundakku.

"Kau mencariku sipu?" Aku menoleh kebelakang dan mendapatkan Rysilla tersenyum simpul. Sipu? Apa itu?

"Sipu?" Tanyaku sambil mengikutinya masuk kamar. Ia memakai cincin garnetanya sambil berkata, "sipu itu julukan untukmu"

Rysilla melenggang pergi menuju lantai bawah. Aku masih mengikutinya.
"Apa artinya sipu?"
Rysilla tertawa kecil lalu berlari.
"Si pucat haha...."
Rysilla berlari dengan kencang sambil tertawa. Tapi tiba...

"Gubrakk..."

Arnold terbelalak bergegas menghampiri Rysilla yang jatuh tersungkur karena batu.

"Rysilla kau...mbbhhahaha" tawaku pecah melihat Rysilla cemberut. Wajahnya lucu sekali.

"Sipu! Awas ketawa...aku ini vampire! Aku masih kuat!" Rysilla mencoba berdiri sedang aku masih menertawakannya. Pipinya merah menahan malu.

"Dasar pirah!" Aku memakinya. Dia menatapku galak.
"Apa itu?apa ituuu!!!" Tawaku makin keras. Perutku merasa sakit sekali menahan tawa.

"Pirah...pipi merah..huahaha"
Pipi Rysilla langsung memerah malu dan marah.
"Tuh kan merah...haha"
Rysilla langsung pergi bersungut sungut meninggalkanku yang masih memegang perut yang kaku karena banyak ketawa.

Aku mengikutinya yang masih bersungut sungut. Aku mencoba menahan tawa lagi melihat wajahnya yang lucu sekali. Tapi tawaku tidak bisa dibendung lagi dan...
"Mbbbbhhhhhuahahahaha..."
Rysilla menatapku marah dan malu, aku benar benar tidak bisa menghentikan ini.

"Hei kau ini kenapa huh? Menertawaiku Dasar SIPU"
dia berlari pergi meninggalkanku, aku buru buru menyusulnya.

Avery'PoV
"Enak saja ia menyebutku pirah...dasar sipu!" Gerutuku terus menerus.
"Memangnya dia siapa memanggilku seenaknya...dia belum tahu tonjokkanku-"

"Rysilla...?" Aku menoleh. John datang dan di depan pintu kamarku menunggu sesuatu.
"Masuklah..." jawabku malas. Selalu john datang disaat kekesalanku memuncak.

"Kau berbicara kepada si-"
"Aku tidak berbicara sendiri! Aku berbicara dengan hatiku..."
Potongku langsung. John tersenyum tipis.

"Kau tidak tahu john dia itu bawel..."
Seseorang datang lagi. Aku dan john menoleh bersamaan. Arnold.
Aku mendengus kesal mengalihkan pandangan.

"Hei pirah..kau masih ngambek huh? Lihatlah bibirmu sudah seperti ikan haha"

Aku menahan malu. Beraninya dia mengejekku.
"Sipuu!! Keluar atau aku akan menonjok wajahmu sampai matamu mencuatt!!" Aku melempar bantalku sambil menahan malu.
Tapi dimana? Dimana John? Kenapa dia tiba tiba tidak ada disini?"

John'PoV
Aku muak mendengar pertengkaran konyol mereka. Pirah? Sipu? Apa apaan itu...
Aku melempar batu ke danau.

"Menyebalkan...Arnold..huh" gerutuku terus menerus. Inikah yang dinamakan berbicara kepada hati seperti Rysilla?

"Seandainya aku yang menemukanmu pertama kali, pasti kau akan dekat denganku. Bukan dengan orang yang kau panggil Sipu itu..." aku mendengus kesal dan melempar batu paling besar. Percikan airnya mengenaiku lumayan banyak. Sial!

"Hei John..." panggil seseorang. Bukankah itu suara Rysilla? Ahh..tidak mungkin, jangan berkhayal john, sadarlah! Aku menggeleng gelengkan wajahku.

"Kau ini kenapa?" Aku melonjak kaget melihat Rysilla disampingku. Baru pertama ini Rysilla menemuiku, biasanya aku yang menemuinya.

"Kenapa kau pergi?" Tanyanya sambil ikutan melempar kerikil kecil kedanau.

"Ehm...agar kau lebih leluasa dengan kakakku"
Rysilla tertawa kecil. Aku memandangnya penuh tanda tanya.

"Apa maksudmu John?" Tanyanya balik memandangku.
"Apa kau menyukai kakakku Rysilla?" Aku tahu pertanyaan itu koyol sekali, tapi Bibirku sudah mengatakannya.

"Aku belum mau membuka hatiku untuk siapapun untu saat ini" jawabnya yang kini wajah riangnya lenyap dan digantikan wajah sendu. Aku ingin tahu lebih banyak darinya, kenapa ia tidak mau membuka hatinya.

"Kenapa?" Tanyaku. Dalam hati aku berharap ia menjawabnya., karena aku ingin menjadi orang pertama yang tahu tentangnya.

"Lupakan..."aku kesal sekali ini bukan seperti bayanganku. Rysilla akan bercerita dan aku menenangkannya. Hatinya seperti batu. Sulit diluluhkan.

Tak kusangka Rysilla pergi begitu saja meninggalkanku.
Aku menepuk jidat, seharusnya aku tidak bertanya..mungkin jika aku tidak bertanya Rysilla lebih lama duduk bersamaku.

"Kau melewatkan kesempatan tadi john! Bodoh!" Aku mengacak rambutku depresi.

Vampire BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang