Chapter 17

1.7K 113 2
                                    

3 hari kemudian, aku terus menunggunya bangun. Sesekali Arnold datang, ia ingin menunggu Rysilla bangun juga tapi, Ayah menyuruh Arnold mengurus kerajaan karena ada sesuatu yang menimbulkan sedikit gemparan. Para werewolf menyerang para Vampire dan membunuhnya. Ayah, Arnold, Theodore, Theobald, dan Fitzgerald mencoba menghentikan teror dan ancaman ini. Maka dari itu hanya aku yang menganggur dan ditugaskan menunggu Rysilla.

Tiba tiba aku melihat kelopak mata Rysilla mengerjap. Aku tersenyum bahagia melihatnya sadar.
"Arnold..."

Sial!
Arnold lagi!
Tidakkah kau tahu Rysilla, akulah yang menunggumu setiap saat. Tapi kenapa nama pertama yang kau panggil adalah Arnold!!

Aku mendengus kesal menatap Rysilla yang hampir membuka mata sepenuhnya. Ia hendak berbicara sesuatu aku langsung memotongnya.

"Arnold baik baik saja, sekarang ia dan pasukan ayah sedang mengurus kerajaan yang sedang diteror oleh para werewolf. Kau tenang saja aku disini untukmu"

Ia menganggul mengerti, aku tersenyum kepadanya.
"Kau mau minum?"
Rysilla mengangguk mantap. Aku hendak keluar kamar tapi Rysilla memanggilku.
"Ada apa?"
"Bawakan aku 3 gelas..."

Aku tertawa mendengarnya. Sehaus itukah ia sampai ingin meminta 3 gelas darah? Tapi aku hanya membawakannya 2 gelas karena dilarang meminum terlalu banyak darah karena bisa menjadi Vampire gila. Rysilla mengangguk lemas dan kecewa karena aku hanya membawa 3 gelas. Dia langsung meminumnya sampai habis dalam waktu 7 detik? Keren kan? Rekor!! Keajaiban dunia yang ke 8!!! Bahkan aku saja meminum 1 gelas menghabiskan waktu 5 detik. Tapi ia 2 gelas 7 detik...
Mohon tepuk tangannya para pembaca!! Plok... plok... plokk...
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:128 tahun kemudian...

Rysilla'PoV
128 tahun sudah aku dikerajaan Arnold. Mempelajari banyak hal di kastil sekolahku, dan bagaimana menjadi seorang putri bangsawan...tentu saja kepribadian yang baik. Kau tahu aku paling benci kelas kepribadian! Menuangkan teh dicangkir sangatlah sulit, memegang pisau dengan benar juga sulit, membawa buku dengan tubuh tegak dan ideal, cara nada berbicara, dan cara berjalan, duduk, dan lain lain. Aku benci! Tapi itu semua nantinya pasti ada gunanya. Sedangkan jika pelajaran taktik, rumit! Yang ini lah, yang itu lah, yang sebelah kiri, sebelah kanan, atas bawah menyerang, dan aku selalu mengingat perkataan Mr. Broeen, guru tak tikku. Ehm...
"Kalau kalian ingin menang! Buatlah tak tik sendiri! Pakai otak kalian! Jangan hanya dibiarkan kepanasan! Mengerti?"
Baik mr... kami mengerti...

Dan kalimat itu sudah diucapkan Mr.Broeen melebihi banyaknya pohon di dunia ini. Saaaaangat banyak!
Dan jika waktu latihan perang, Mr.Enoch selalu memarahiku karena ceroboh. Asal menyerang dan tidak berpikir sebelum bertindak. Tapi sekarang...itu bukan masalah bagiku. Aku sudah tidak ceroboh lagi, dan aku akan memperhitungkan tindakanku dulu. Perang saaangat dekat.
Dan hubunganku dengan Arnold semakin dekat. Sebenarnya aku tidak tahu apa yang kurasakan saat berdekatan dengan Arnold.
Aku terus meyakinkan diriku bahwa aku tidak sedang jatuh cinta.

Aku dan John menjadi teman baik sekarang. Kadang kami bercanda bersama. Aku sudah menyiapkan diriku melawan Ribuan Werewolf saat perang nantinya. Perang kurang 1 minggu lagi. Latihan disekolah lebih ditekankan dan menghabiskan banyak waktu.
:
:
:
Aku memakai drees selutut berwarna putih dengan renda renda cantik. Aku pergi kebawah dan menuju taman kerajaan.
Aku duduk di batu pinggir danau. Pemandangan indah ini membuatku tenang. Sampai aku mendengar suara dibalik rimbunan pohon dan rumput.

Kresekk...
Kresekk...

Aku menoleh lalu berdiri untuk jaga jaga. Beberapa detik kemudian...

"Grrr..." seorang manusia Werewolf datang menggerang kepadaku. Bodohnya aku tidak membawa senjata apapun. Aku tidak tahu Werewolf apa itu. Dia bukan Vulgar kepercayaan Bartimeus.
"Siapa kau...?" Tanyaku lantang. Laki laki itu hanya tersenyum licik.
"Aku Werewolf terkuat simpanan Raja Bartimeus...diutus untuk membunuhmu!! Kebetulan sekali kau tidak membawa senjata apapun. Lagian pakaianmu terlalu keperempuanan, mungkin aku berhasil untuk MEMBUNUHMUU"

Laki laki itu menerjangku yang belum siap. Untungnya aku berhasil menghindar dari serangannya. Yang dikatakan pria itu benar, bajuku membuatku sulit melakukan gerakkan. Pria itu terus menyerangku bertubi tubi, tapi aku selalu berhasil menghindar dengan gesit.

"Rysilla..."
Aku menoleh mencari suara itu. Arnold memanggilku dari kejauhan, karena aku sedang memperhatikan Arnold pria itu berhasil menusukkan pisau kecilnya diperutku.

Akhhh...
Dress putihku kini penuh warna merah dibagian perut. Perlahan lahan penglihatanku kabur lalu aku ambruk.

Vampire BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang