Chapter 20

1.6K 108 0
                                    

Aku membuka pintu ruang perawatan. Sangat muak lama lama mencium aroma obat obatan didalam.

Hanya ingin mencari udara segar, lagian aku sudah sembuh.

Aku menatap seorang pria berdiri membelakangiku. Ia menatap air danau yang tenang.

Aku menghampirinya,
"Oh hai, anda siapa?" Tanyaku. Ia menoleh lalu tersenyum simpul.

"Kau sudah sembuh, syukurlah"
Ujarnya.

"Memangnya kau tahu dari mana?"

"Aku mendonorkan darahku untukmu....putri Phalosa"

Aku tertegun, jadi dia yang menyelamatkanku. Aku segera memasang senyum untuknya.

"Jadi kamu? Terimakasih ya. Kalau boleh tahu siapa namamu?"

"Morgan tuan putri"

Aku tertawa kecil, tuan putri?

"Haha, jangan terlalu formal, aku membencinya!"
Morgan tertawa lalu mengangguk.

"Lalu? Aku memanggil apa?"

"Rysilla saja..."

Morgan mengangguk, lalu menatapku.

"Baiklah, Rusilla..."
Aku membelalak, apa ada kesalahan dalam pengucapan namaku sendiri?

"Tidak! Tidak! Rysilla, R-Y-S-I-L-L-A. Rysilla!"

Aku mengeja nama panggilanku, Morgan tertawa keras. Tidak lucu_-

"Lebih bagus Rusilla haha..."
Aku mengerucutkan bibir, duasarr!

"Baiklah, aku pulang dulu. Selamat tinggal Rusilla..."

Morgan pergi berbalik, tapi aku segera menahan tangannya.

"Mau kemana? Kenapa terburu buru?"

Morgan berbalik menatapku kembali,
"Maaf Rusilla, tapi aku harua pergi..."

Aku menunduk, entah kenapa ada rasa kehilangan saat ia mengatakan itu.

"Apa aku bisa bertemu denganmu lagi nantinya?" Tanyaku menatapnya intens.

"Entahlah, tapi Kuharap kita akan bertemu lagi..."

Keheningan tercipta, terhanyut dalam pikiran masing masing.

"Ekhm...baiklah. Aku pergi dulu. Selamat tinggal"

:
:
:
:
"Arnold!!" Panggilku padanya. Tapi ia tak segera menoleh, mana ada vampire tuli?

Aku mengejarnya dengan kecepatan vampireku.
Dan langsung mencengkal lengannya,

"Arnold hey! Apa kau vampire pertama yang kehilangan pendengaranmu hah? Aku memanggilmu berkali kali, apa kau tak mendengarnya?"

Arnold terdiam, eh? Apa ada yang salah.

"Arnold!!" Bentakku. Dia menatapku dengan wajah datar. Apa dia kerasukan jiwa?

"Arnold kau kenapa? Ayo antar aku ke taman belakang..."

Aku menarik tangannya, tapi ia segera menepisnya.

"Pergilah sendiri..."
Ucapnya lirih hampir tak terdengar.

"Apa aku berbuat kesalahan padamu? Kenapa kau menjadi dingin seperti itu hah?"

"Pikir sendiri..."
Arnold berbalik dan segera melangkah pergi meninggalkanku. Kenapa sih? Aneh!

Aku hendak melangkah mengikuti Arnold tapi John tiba tiba datang disebelahku.

"Biarkan dia sendiri....ayo! Aku yang akan mengantarmu ke taman kerajaan"

John menarik tanganku, aku mengikutinya saja, mencerna setiap kalimat lirih dari Arnold. Apa salahku padanya?
●●●
"Rysilla, kau tahu tidak-"

"Tidak tahu!" Potongku. John menatapku kesal.

"Aku belum memberi tahumu!" Katanya. Aku tertawa.

"Maka dari itu aku tidak tahu!" John menatapku kesal kedua kalinya. Aku masih memasang wajah datarku, menahan tawa.

"Kau ini dasar!!!"

Kami tertawa bersamaan. John memang teman yang bisa mengerti perasaanku.

"Baiklah, apa yang ingin kau katakan?" Tanyaku.

"Lupakan!"

Aku menatapnya menyelidik,
"Dasar tukang ngambek, blah begitu saja ngambek!"

"Hey! Aku tidak ngambek! Aku hanya malas"
Aku kembali tertawa, John memutar bola matanya malas.

"Apa kau tahu-"

"Tidak tahu!" Potongku lagi. Johm mencubit pipiku kasar hingga merah.

"Aku belum memberi tahu mu Rysilla Arghhhh..." John mengacak rambutnya kesal. Aku meringis menahan sakit dipipiku.

"DENGARKAN AKU! INI TENTANG KAU DAN ARNOLD!"

Aku terdiam. Aku dan Arnold! Memangnya kenapa?

"B-baiklah maafkan aku..."
John mengalihkan pandangannya geram.

"Ada apa memangnya?" Tanyaku.

"Pikir saja sendiri!" John melangkah meninggalkanku sendiri ditaman. Aku menatapnya tak percaya.

"DASARR TUKANG NGAMBEK!"
Teriakku.

Vampire BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang