"Lo nggak apa-apa?" tanya Hayoung khawatir.
Akhirnya Joy keluar setelah kemarin mengurung dirinya di kamar seharian. Lega sekali rasanya Hayoung melihat wajah Joy hari itu.
Meski Joy masih terlihat tidak baik-baik saja.
"Lo mau ke kampus?" tanya Hayoung lagi. Kurang yakin karena Joy masih terlihat murung.
Bahkan terlihat seperti orang sedang berkabung.
"Kita ada kuis kan hari ini?"
Tentu Joy tidak mau melewatkan itu. Padahal aslinya dia masih ingin terus mendekam dalam kamar entah sampai kapan. Masih ingin bersembunyi entah sampai kapan. Masih tidak ingin bertemu orang entah sampai kapan.
Lebih tepatnya tidak ingin bertemu Taehyung.
"Tunggu, gue ambil tas dulu." ucap Hayoung.
Sempat dia heran dengan penampilan Joy hari itu. Joy berpakaian sangat tertutup di hari sepanas ini?
Hayoung tidak tahu, Joy melakukan itu untuk menutupi hasil perbuatan Taehyung kemarin.
Merah-merah di lehernya belum hilang. Bagaimana kalau orang melihat? Muak sekali Joy mengingatnya.
"Lo beneran baik-baik aja?" ulang Hayoung lagi. Untuk ke sekian kalinya.
Dan anggukan Joy cukup membuatnya lega.
"Lo nggak mau cerita lo kenapa?" tanya Hayoung hati-hati. Karena Joy terlihat tidak dalam mood yang bagus.
"Lagi nggak pengin ngomongin itu."
"Taehyung..."
"Lagi nggak pengin ngomongin dia." potong Joy cepat.
Ucapan Hayoung bahkan masih menggantung di udara.
"Kalau ada apa-apa cerita ke kita. Tau nggak? Nahyun jadi ikut uring-uringan nggak jelas." Hayoung tertawa kecil. Berharap Joy juga akan menertawai tingkah Nahyun yang dia ceritakan itu. Tapi nyatanya tidak.
"Nahyun mana?"
"Udah ke kampus sejak pagi."
"Oh."
Dan hanya itu. Ingin Hayoung bicara banyak lagi tapi urung dia lakukan. Joy pagi ini dingin lebih dingin dari dosen paling killer di fakultas psikologi.
"Kamu sakit?" Lay dengan senyum manisnya menyambut Joy begitu menginjakkan kakinya di kampus.
Dan Joy tidak menjawab sama sekali. Dia sedang malas bicara termasuk sekedar basa-basi.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Lay lagi. Malah mengekor langkah Joy.
"Jangan ganggu bisa nggak sih kak?" sentak Hayoung. Lama-lama dia yang emosi.
Sedikit kaget Lay dengan sikap Hayoung itu. Tapi kemudian dia mundur juga.
"Dia berantem dengan pacarnya ya?" masih sempat dia berbisik pada Hayoung.
"Kepo kak." sahut Hayoung cepat.
Secepat dia yang mengikuti langkah Joy. Miris Hayoung melihatnya. Joy tampak seperti mayat hidup sekarang. Dia jadi penasaran apa yang dilakukan Taehyung hingga membuat Joy seperti itu.
Bahkan ajakan Bobby dan Nahyun untuk bertemu di kantin, Joy tolak. Alasannya hanya satu, sedang tidak ingin.
Akhirnya Bobby yang menghampiri ke fakultas psikologi. Nahyun tidak ikut karena ada kelas.
"Wah begini rasanya jadi anak psikologi. Adem bener, menyejukkan hati." Bobby celingukan sendiri. Lalu ikut duduk bersama Joy dan Hayoung.
Kelas baru saja usai. Hanya tinggal beberapa orang yang tertinggal disana.
"Calon-calon psikolog emang beda auranya." Bobby terus saja mengoceh sendiri.
"Kalau aura anak hukum gimana Bob?" timpal Hayoung.
"Panas penuh berdebatan."
"Kalau ekonomi?"
"Aura mata duitan kayak Nahyun." Bobby lalu tertawa setelahnya.
Hayoung juga, tapi Joy tidak. Dia masih asik menunduk dengan tatapan kosong.
"Kalau aura anak teknik gimana ya?" Bobby kembali bergumam sendiri. Sambil melirik Joy tapi tidak ada reaksi.
"Aura pria-pria kesepian gitu kayaknya. Gersang kaum hawa." dan dijawabnya sendiri pertanyaannya tadi.
Lagi-lagi Hayoung tertawa dan Joy tetap tidak.
Bobby berdehem sejenak. Kali ini menatap Joy serius.
"Dia udah pindah satu kost sama Taeyong." ucapnya pelan.
Dan itu berhasil membuat Joy mendongak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say Goodbye | VJOY #3✔
Fiksi Penggemar"Sejauh apapun gue berlari baliknya ke lo juga." A sequel to Move On