Chap 2

1.6K 574 212
                                    

Kinan melihat lorong di depannya bingung. Belok kanan? Atau lurus? Seharusnya ia menerima tawaran Vero untuk menemaninya tadi. Ia harus pergi ke ruang TU karena ada beberapa berkas tentang kepindahannya yang harus ia selesaikan. Tapi, ia lupa jika ia belum benar-benar mengenal seluk beluk sekolah barunya ini.

Akhirnya, Kinan memilih untuk berjalan lurus. Baru saja ia berjalan beberapa meter, deretan loker para siswa menyambut kedatangannya. Sudah bisa dipastikan bahwa saat ini ia salah jalan.

Bukannya berbalik, Kinan malah terus berjalan lurus ke depan. Akhirnya, ia menemui sebuah taman. Ia semakin bingung harus pergi kemana. Matanya mulai mencari jalan keluar dari tempat itu.

Bukannya menemukan jalan keluar, Kinan mendapati seorang siswa sedang tidur di salah satu bangku yang ada di taman situ dengan buku menutupi wajahnya.

"Aku bangunin nggak, ya? Kalau dibangunin ntar orangnya marah. Tapi, kalau nggak dibangunin, ini aku musti kemana?" Karena sibuk debat dengan dirinya sendiri, Kinan tidak sadar bahwa siswa yang tidur tadi sudah tidak ada di tempatnya dan kini tengah berdiri di hadapannya.

"Bangunin aj- Lah, orangnya mana?" Kinan mulai mencari di sekitar bangku tadi hingga ia melihat lurus di depannya.

"Kak Arland?" Gumamnya sangat pelan.

"Nyariin gue?" Tanya Arland sambil mengulum senyum.

"Eh, eng, itu..."

"Nama lo Kinan, kan? Anak baru, ya? Ngapain kesini?" Tanya Arland berturut-turut.

Eh, kok dia tau nama aku? "I-iya, kak. Uhm, ini aku mau itu, eng, cari ruang TU. Tapi, malah nyasar kesini," jawab Kinan gugup.

"Yaudah, ayo! Gue anterin," ujar Arland. Mereka berdua segera pergi dari sana. Sembari berjalan ke ruang TU, Kinan memerhatikan sekitarnya untuk diingatnya agar tidak tersesat lagi.

"Btw, gue tau nama lo. Lo belum tau nama gue, kan?" Tanya Arland. Kinan menoleh ke arah Arland sekilas lalu sedikit menunduk untuk menutupi pipinya yang mulai memerah.

"Tau, kak. Kak Arland, kan?" Jawab Kinan ragu. Arland melihat Kinan sambil mengangkat kedua alisnya.

"Kok lo bisa tau?" Tanya Arland bingung.

"Kakak juga tau namaku darimana?" Tanya balik Kinan.

"Kemarin ada temen lo yang manggil lo Kinan, kan?" Kinan mengangguk. "Jadi, lo?"

"Temen aku yang kemarin juga yang ngasih tau, kak," jawab Kinan.

"Ngasih tau? Lo kali yang tanya-tanya tentang gue?" Goda Arland. Ingin rasanya ia mencubit pipi Kinan. Saat ini, Kinan menoleh ke arah Arland dengan pipinya yang memerah serta matanya yang melebar.

"Hah, eng-enggak, kok, kak. Kemarin itu... Eng, itu, uhm-"

"Hahaha, selow aja kali, Nan. Gue cuma bercanda. Yaudah, udah nyampek, nih. Mau gue tungguin atau-"

"Enggak, nggak usah, kak! Eh, uhm, maaf. Eng, tapi aku bisa balik ke kelas sendiri, kok, kak." Arland menaikkan satu alisnya.

"Bener?" Kinan mengangguk yakin. "Yaudah, kalau gitu gue balik dulu," pamit Arland. Ia tersenyum ke Kinan lalu berbalik pergi.

###

"Ecie yang abis dianterin sama kak Arland," sorak Vero.

"Ssst, apaan sih, orang cuma dianterin ke ruang TU, doang. Baperan kamu, mah." Kinan melirik keadaan kelas berharap tidak ada yang mendengarkan ucapan Vero.

"Nih, ya, gue beritahu sama lo. Arland itu nggak pernah seperhatian itu sama cewek," ujar Vero.

"Gini, ya, Vero. Menunjukkan ruang TU itu bukan perhatian, tapi pertolongan," balas Kinan.

Enough [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang