Fisika. Salah satu mata pelajaran yang palung dibenci semua siswa di dunia ini. Tentu saja terkecuali mereka yang memang IQ-nya di atas rata-rata. Dan bisa juga, bagi mereka yang terlalu lama menjomblo hingga akhirnya lebih memilih Fisika daripada nggak ada yang bisa mereka cintai, kasihan.
Tapi untuk Kinan, sepertinya opini pertamalah yang tepat untuknya. Eh, Kinan sekarang juga jomblo. Walaupun belum lama sih. Tapi ingat, sebelum bertemu Arland dia juga sudah menyukai Fisika.
Vero menatap Kinan putus asa sambil menggelengkan kepalanya menyerah. Kinan sangat terlihat tidak terbebani seperti dirinya atau teman-temannya yang lain ketika menyimak apa yang diterangkan guru di depan. Vero membenturkan dahinya ke meja dan memilih menutup wajahnya dengan buku.
Untuk kali ini, Kinan mengerutkan dahinya sedikit lama. Ia tidak bisa mencerna di bagian baris ke lima yang ditulis guru Fisikanya di papan. Ingat! Sedikit lama. Mulutnya mulai membentuk huruf O disertai kepalanya mengangguk pelan tanda ia sudah kembali menguasai apa yang sedang diterangkan.
Kinan menghela nafas panjang, menoeh ke samping dan melihat Vero yang sudah tertidur sejak tadi saat pembelajaran berlangsung. Kinan menatap Vero lalu menatap ke depan bergantian. "Vero, Vero, Vero! Vero, gurunya kesini!"
"Nggak, bu. Saya nggak tidur!" Kinan menahan tawanya sambil menunduk. Vero yang langsung berdiri saat terbangun tadi menatap sekelilingnya bingung.
"Lo nggak papa, Ver?" Vero semakin bingung menatap Adisti yang masa bodo dan memilih membereskan bukunya. Vero kini menatap teman-temannya yang lain, kebanyakan dari mereka banyak yang sedang membereskan buku, bahkan ada yang sudah keluar kelas.
Vero menatap Kinan kesal. Kinan akhirnya menyemburkan tawanya sambil menggelengka kepala. "Astaga hahaha."
"Lo ngerjain gue ternyata?!" tanya Vero kesal. Kinan mencoba mengatur tawanya dan mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
"Apa yang lo lakuin ke gue itu jahat," ujar Vero keluar kelas. Kinan langsung membuntuti Vero dari belakang.
"Vero ngambek?" Tanya Kinan pura-pura tidak tahu.
"Tau!" Balas Vero jutek.
"Yah, Vero. Tadi aku cuma bercanda. Maafin yaya?" Bujuk Kinan. Vero mendengus lalu memutar bola matanya sebelum mengangguk.
"Mau pesen apa?" Tanya Kinan.
"Lo nih yang pesen?" Tanya balik Vero.
"Iya, sekali-sekali aku yang pesen masa kamu terus," jawab Kinan memutar bola matanya.
"Oke, deh. Kalau gitu gue mau gado-gado aja deh sama es jeruk." Kinan mengangguk lalu pergi ke salah satu stand di kantin.
"Bu, gado-gado dua sama es jeruknya juga dua ya," ujar Kinan sedikit teriak. Sambil menunggu, Kinan mengamati suasana kantin yang semakin lama semakin ramai. Tidak sengaja matanya bertemu dengan mata seseorang yang sangat ia kenal.
Kinan sangat ingin mengalihkan pandangannya, ia tidak ingin sampai jatuh pada tatapan orang itu. Begitu juga orang yang menatap balik Kinan itu. Arland.
Ia sangat ingin mengalihkan pandangannya, tapi ia juga sangat ingin menatap Kinan. Ia sangat merindukan gadis itu. Mengulangi masa-masa dimana mereka masih bersama. Melihat Kinan tersipu karenannya. Masa-masa yang Arland tidak tahu apa bisa terulang kembali atau tidak.
"Mbak gado-gadonya!" Kinan bernafas lega ketika ia bisa mengalihkan pandangannya. Setelah membayar dan mengambil pesanannya, Kinan sempat sedikit melirik ke arah Arland yang masih betah menatapnya sementara Jenny yang sudah sadar arah tatapan Arland berusaha mencari perhatian Arland sambil menggerutu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enough [END]
Teen FictionKinan si pemalu, dan Arland si pujaan. Sama-sama tidak pernah mengenal kata cinta. Saat mereka dipertemukan dan baru memperlajari apa itu cinta, halangan datang berusaha memisahkan mereka berdua.