Seperti pasar sungguhan, suasana kantin Bima Raya saat ini sangat ramai dan sesak. Murid berdesakkan di sana-sini. Penjual kantin maupun siswa-siswi saling berteriak satu sama lain.
Tiga pemuda yang baru saja datang itupun terlihat bingung. Melihat kondisi kantin yang seperti ini membuat mereka malas masuk ke dalam sana. Tapi, jika mereka tidak masuk, bagaimana dengan nasib perut mereka yang sudah berdemo sejak tadi?
"Kayaknya udah nggak ada bangku kosong," celetuk Zidan. Arya mengedarkan mata dan medapati Kinan sedang mengobrol dengan satu orang temannya, dan kebetulan masih ada tersisa tiga kursi kosong di meja mereka.
Arya menyenggol lengan Zidan dan mengedikkan dagunya ke arah dimana Kinan dan temannya dengan senyum jahil. Seperti paham dengan pemikiran Arya, Zidan ikut menampakkan cengirannya.
"Eh, itu ada tiga kursi kosong. Gabung mereka aja, yuk! Daripada gak dapet tempat, udah laper banget ini gue." Arland melihat ke arah meja yang di maksud Zidan. Tahu siapa yang menempati meja itu membuat Arland hampir saja meneriaki Arya dan Zidan.
Mampus! Bisa di olok-olok mulu gue ama mereka berdua.
Baru saja Arland mau memanggil Arya dan Zidan sudah duduk semeja dengan Kinan. Mau tidak mau Arland akhirnya memilih menghampiri saudara kembar dan sahabatnya itu.
"Nah, ini dia anaknya. Darimana aja lo, hah?" Tanya Zidan saat Arland sudah berada di dekat meja itu. Arland melihat satu-satunya kursi yang kosong di meja itu. Sialan! Dasar duo kampret!
Mau tidak mau akhirnya Arland duduk di sebelah Kinan. Arland melirik Kinan yang sedang makan.
"Oh, ya, lo pasti Kinan, kan?" Kinan mengangguk, Arland melihat Arya bingung. Setaunya, saudara kembarnya itu tidak tahu nama gadis di sampingnya ini.
Baru saja Arland hendak bicara, mas-mas kantin datang dengan pesanan mereka bertiga karena Kinan dan Vero sudah pesan sebelumnya. "Arland cerita banyak tentang lo. Mulai dari waktu kalian berdua tabrakan dia kepo banget sama lo. Dia sampai diem sambil ngelamun mikirin lo," ujar Arya. Arland hampir saja menyemburkan minumannya mendengar ucapan Arya.
"Hei! Kapan gu-"
"Iya! Terus dia juga cerita yang waktu pertandingan basket, lo ngelihatin dia. Te-"
"Stop! Gue gak-"
"Ah, ya, ini temennya Kinan namanya siapa?" Vero yang sedari tadi menahan tawa melihat wajah Arland dan Kinan yang memerah merasa terpanggil dan melihat ke Zidan.
"Gue Vero," jawab Vero.
"Oh, Vero. Oh, ya, Ver, Kinan nggak pernah cerita-cerita gitu atau tanya-tanya tentang Arland?" Tanya Arya dengan muka dibuat polos sepolos-polosnya.
Vero melirik Kinan yangkini tengah memberinya tatapan peringatan. "Iya, kak. Waktu mereka berdua tabrakan, terus kak Arland di ajak pergi kak Zidan, Kinan tanya-tanya namanya siapa. Terus dia juga cerita waktu dianterin kak Arland ke ruang TU-"
"Vero!"
"Wih, seorang Arland? Tumben lo mau nganterin paling-paling ngasih tau jalannya aja," ujar Arya melirik Arland jahil.
"Iya, terus waktu gue bilang kalau kak Arland cuek banget apalagi sama cewek dia ngotot kalau kak Arland itu-"
"Vero, stop!"
"Terus sebelum nonton pertandingan basket kak Arland, dia juga tanya-tanya sampai tanya kak Arland punya kembarang nggak, te-"
"Vero, kapan aku tanya itu, kan, kamu yang-"
"Buahahahaha," Zidan tertawa kencang hingga membuat hampir seluruh kantin melihat ke arahnya. Tawanya benar-benar tidak bisa ditahan lagi ketika melihat wajah sahabat karibnya yang satu ini sangat merah. Seorang Arland, bisa blushing seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Enough [END]
Teen FictionKinan si pemalu, dan Arland si pujaan. Sama-sama tidak pernah mengenal kata cinta. Saat mereka dipertemukan dan baru memperlajari apa itu cinta, halangan datang berusaha memisahkan mereka berdua.