Chap 9

858 269 56
                                    

"Kinan-Kinan! Lo beneran udah jadian sama ka Arland?"

"Kinan! Lo kok bisa jadian sama kak Arland?"

"Kinan! Lo kapan jadiannya sama kak Arland?"

"Kinan!"

"Kinan!"

"Kinan!"

Dan masih banyak Kinan lagi. Kinan meringis melihat teman sekelasnya heboh menanyainya ini itu. Kinan tidak menyangka jika berita tentang dirinya dan Arland akan menyebar secepat ini. Dan yang lebih membuat Kinan bingung adalah siapa yang menyebarkan berita ini?

Bel masuk berbunyi, Kinan menarik nafas lega karena teman-temannya satu persatu meninggalkan dirinya dan kembali ke meja masing-masing.

Hampir tujuh belas tahun ia bersekolah, baru kali ini masapah pribadi Kinan menjadi hal yang sangat penting. Ah, Kinan tau. Ini karena dirinya berhubungan dengan Arland yang merupakan salah satu anak famous di sekolahnya.

Brak

Kinan, Vero, dan Rania melihat ke arah pintu kelas dimana sumber suara berasal. Disana, empat orang siswi berpakaian ketat ssrta dandanan menor  berdiri sambip memelototi setiap murid di kelas Kinan. Kinan sendiri menatap mereka bingung. Bingung menebak-nebak apakah mereka murid di sekolahnya atau tidak. Dari cara berpenampilan mereka, mereka bukan murid di sekolahnya. Tapi dari badge sekolah dan tingkatan kelasnya, mereka kakak kelas Kinan di sekolah ini.

"Lo yang namanya Kinan?" Kinan mengerjapkan matanya. Sejak kapan kakak kelasnya itu ada di sampingnya?

"Iya, kak," jawab Kinan sopan.

Kakak kelas itu memperhatikan Kinan dari atas samai bawah hingga berkali-kali.

"Manis, cantik juga," celetuk salah satu dari mereka yang langsung mendapat pelototan dari kakak tadi yang bertanya ke Kinan. "Tapi, tetep cantikan lo kok, Je. Hehe," tambah gadis tadi cengengesan.

"Jenny, Claris, Tasya, Firdi, Rika! Apa yang kalian lakukan disini?!" Para kakak kelas itu melihat ke arah pintu. Guru mapel Kinan sudah datang. Yang dipanggil Je tadi menatap Kinan tajam sekilas lalu pergi diikuti teman-temannya yang lain.

Setelah kelima gadis tadi pergi, guru mapel Kinan berjalan ke mejanya dan memulai pelajaran. Rania memajukan badannya dan berbisik pada Vero dan Kinan. "Lima cewek tadi siapa?" Tanya Rania. Kinan mengedikkan bahu tanda ia tidak tahu. Mereka berdua menoleh ke Vero.

"Tadi itu Jenny ama kurcaci-kurcacinya," jawab Vero malas. Tapi tiba-tiba ia langsung menoleh ke Kinan dan Rania cepat. "Astaga, gue inget! Anjir, kenapa gue bisa lupa, sih? Nih, ya, pokoknya lo berdua kudu ati-ati. Jadi ceritanya, Jenny itu fansnya kak Arland, kak Arya, sama kak Zidan. Tapi dia lebih ngebet ke kak Arland. Oh, iya, mungkin dia udah denger berita lo jadian sama kak Arland makanya dia nyariin lo. Aduh, gimana ya?”lanjut Vero bingung.

“Apanya yang gimana? Yaudah biarin aja sih, Ver,” timpal Rania santai.

“Enggak, masalahnya gini, Jenny itu bisa ngelakuin apa aja buat dapetin cowok yang dia mau. Yah, walaupun sampai sekarang nggak ada hasilnya. Tapi kan, sebelum-sebelumnya dia nggak ada saingan dan anak-anak cewek disini itu pasti mikir dua kali kalau mau saingan sama dia. Letta aja pernah hampir dilabrak waktu dia pulang sekolah. Untungnya kak Arya dateng, jadi Jenny nggak berani ngelabrak.”

“Kamu tau darimana semua itu, Ver?” Tanya Kinan.

“Semua anak Bima Jaya tau, Nan. Tapi, kalau masalah Letta yang mau dilabrak iitu gue liat pakek mata kepala gue sendiri. Kebetulan gue waktu itu ada di sekolah Letta. Gue lagi nyamperin temen SMP gue yang sesekolah sama dia,” jawab Vero. Rania mengangkat alisnya lalu mengedikka bahu cuek.

Enough [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang