Chap 8

881 306 57
                                    

Seorang gadis berseragam sekolah lain masuk ke dalam kelas 11 IPA 3. Semua siswa yang melihat gadis itu mulai berbisik-bisik tak terkecuali Vero yang berbisik ke Kinan mempertanyakan siapa gadis itu. Tapi Kinan sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan Vero, ia sibuk memperhatikan gadis itu. Kinan mengenal gadis itu, ia baru saja bertemu dengannya kemarin. Mata mereka berdua sempat bertemu. Gadis itu tersenyum lebar dan melambaikan tangannya ke Kinan. Kinan hanya bisa senyum terpaksa membalas gadis itu.

"Anak-anak, perkenalkan ini Rania. Dia murid dari program pertukaran pelajar. Dia akan belajar bersama kalian untuk satu minggu ke depan. Rania, you can-"

"Uhm, bicara Bahasa Indonesia aja, bu. Kebetulan saya asli Indonesia," sela Kinan.

"Oh, baiklah. Kamu bisa duduk di kursi yang kosong." Rania tersenyum lalu mengangguk.

"Lo kenal ama tuh cewek, Nan?" Kinan menoleh ke Vero sejenak lalu mengangguk.

"Iya. Kita baru ketemu kemarin. Dia pacarnya kak Arland," jawab Kinan.

"YANG BENER AJA?!" Kinan melototi Vero. Semua teman sekelasnya, wali kelasnya, bahkan Rania yang sudah sampai di sisi meja mereka menatap Vero penasaran.

"Ada yang salah, Vero?" Tanya wali kelasnya.

"Eh, eng-enggak, bu. Maaf tadi Vero eng, itu, anu...."

"Yasudah-yasudah, setelah ini jangan ada yang ribut lagi. Ibu tinggal dulu, ibu harus ngajar di kelas dua belas." Bersamaan dengan wali kelasnya yang keluar Vero menatap seluruh teman sekelasnya cengengesan minta maaf. Dan Rania beranjak duduk ke bangku di belakang Kinan dan Vero.

"Boong banget lo. Kak Arland nggak punya cewek. Satu-satunya cewek yang deket sama dia kecuali keluarganya cuman lo, Nan." Kinan menghela nafas panjang.

"Vero, kehidupan kak Arland nggak cuman di sekolah. Mungkin iya di sekolah dia nggak deket sama siapapun, tapi kita nggak tahu kehidupan dia di luar sekolah gimana," ujar Kinan berat.

Vero menatap sahabatnya itu prihatin. "Tapi, Nan, terus lo sekarang ama Kak Arland gimana?" Tanya Vero hati-hati.

Kinan tersenyum lemah lalu berkata, "emang aku sama kak Arland ada apa? Kita nggak ada apa-apa. Yaudah, tetep temenan."

"Walaupun gue belum lama kenal sama lo, tapi gue tahu lo paling nggak bisa nutupin perasaan lo. Mungkin selama ini lo ketemu kak Araland biasa-biasa aja, malu-malu biasa. Tapi dari tatapan mata lo gue bisa lihat, kalau lo udah mulai suka sama kak Arland. Atau mungkin lebih, cuman lo yang tahu." Kinan menghela nafas lelah. Sebenarnya, tadi malam ia juga memikirkan hal ini. Tapi...

"Udahlah, Ver. Hal ini nggak penting buat dibahas. Mau aku suka atau enggak, toh, kak Arlandnya juga udah punya pacar," ujar Kinan pura-pura tidak perduli.

Sementara itu, seseorang menguping pembicaraan mereka dari belakang. Orang itu menyuruh teman sebangkunya tutup mulut selama ia menguping. Senyum puas tercetak di wajahnya. Ia menyenderkan punggung pada kursi dan mengambil ponselnya mengirimkan pesan pada seseorang.

Fix, dia bener-bener ada rasa. Persiapan udah selesai?

Udah siap!

Ia tersenyum lagi lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku dan mengedipkan mata pada teman sebangkunya yang tengah menatapnya tidak percaya.

###

Kriiiingggg....

Seluruh siswa langsung berlomba-lomba untuk keluar dari kelas lebih dulu. Buku dan barang-barang mereka, mereka biarkan bergeletakkan di atas meja begitu saja. Bahkan ada yang sampai jatuh ke lantai. Begitu juga dengan Vero, tangannya gatal ingin menarik Kinan ke kantin. Tapi Kinan tidak menghiraukan dirinya yang dari tadi mengeluh dan tetap fokus menyalin catatan dari papan.

Enough [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang