"Aaaaaeeeeem...."
"Sekarang gantian kamu yang aku suapin. Aaaaeeeeem...." Arya, Arland, dan Vero menatap sepasang kekasih di hadapan mereka dengan jengah. Sementara Kinan memakan makan siangnya sambil membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan.
"Lo berdua kalau pacaran nggak malu-maluin bisa nggak, sih?" nyinyir Arya. Zidan dan Rania hanya melirik Arya sinis lalu melanjutkan acara suap-suapan mereka.
"Tau! Gue yang ngelihat sampai geli," timpal Vero. Sama seperti Arya, Vero hanya mendapatkan lirikan sinis dari pasangan itu.
"Lo berdua kenal sama mereka? Ckckck." Arland menggelengkan kepalanya. "Gue mah ogah kenal ama mereka. Malu-maluin." Arya dan Vero terbahak, sementara Zidan dan Rania melirik Arland kesal. Arland terkekeh lalu melihat Kinan yang masih tidak menghiraukan mereka.
"Emang itu buku lebih menarik ya daripada gue?" Kinan mengerjap lalu melihat Arland.
"Kenapa, Kak?" Tanya Kinan. Arland tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Matanya tertuju pada sudut bibir Kinan. Ia mengambil tisu lalu membersihkan bagian itu.
"Aish, satu pasangan alay lagi muncul," gerutu Arya.
"Kalo gini ceritanya, mendingan tadi gue nggak usah ke kantin daripada ujung-ujungnya jadi kambing congek," timpal Vero.
"Alah, bilang aja lo berdua sirik. Lo berduakan taken berasa jomblo." Tawa Zidan dan Rania langsung menyembur, melihat wajah Arya dan Vero yang kesal adalah kesenangan tersendiri bagi mereka. Seolah dendam mereka telah terbayar. Kinan mau tidak mau ikut tertawa.
"Oh, ternyata itu alasannya kenapa dari tadi berisik mulu. Sabar bro, sis! Gue ikut prihatin, ya," ujar Zidan sambil menahan tawa dan menepuk-nepuk pundak Arya.
"Enak aja lo ngomong! Coba Letta sekolah di sini gue bakal lebih mesra dari lo berdua," balas Arya tidak terima, menyingkirkan tangan Zidan dari pundaknya.
"Iya! Coba aja Bang Kevan disini, Kita berdua bakal jadi pasangan paling sweet se-Bima Raya," ujar Vero ikut-ikutan. Mereka kembali menyantap makanan mereka sambil bercanda atau saling meledek.
Tapi, ada sesuatu aneh yang Kinan rasakan. Seperti ada yang tengah memperhatikan dirinya. Dengan gerakan refleks Kinan menoleh ke belakang dan mendapati Jenny dan teman-temannya menatap Kinan sinis. Merasa tidak ingin mencari masalah, Kinan memutar kembali kepalanya.
###
Arya duduk di jok belakang motor Arland. Sebenarnya, tadi ia bawa mobil ke sekolah, tapi mobilnya itu sekarang dibawa Letta yang Mau pergi bersama Rania, Vero, dan Kinan. Awalnya, Arya dan Arland ngotot mau ikut, tapi si Zidan bilang untuk membiarkan saja para gadis itu pergi. Akhirnya, Arya dan Arland terpaksa pulang bersama.
Sampai di rumah, Arland dan Arya mendengar bisik-bisik dari ruang keluarga.
"Kok bisa sampai kayak gini, Pa? Tabungan kita emang nggak cukup buat bayar utang-utangnya?" Itu suara Mama mereka berdua.
"Sebenarnya ada yang nyabot perusahaan Papa sampai ruginya cukup besar. Dan uang-uang itu dipakai buat nutupin kerugiannya, Ma. Tapi masih ada hutang di bank dan gaji karyawan yang belum dibayar. Untung semua itu nggak sampai nyangkut rumah dan fasilitas punya kita," ujar Papa mereka.
"Bukan gitu, Pa. Emang Papa nggak sayang sama perusahaan itu kalau disita?"
"Tenang aja. Perusahaan bisa kita tebus, walau butuh waktu." Arland dan Arya melirik satu sama lain.
"Assalamualaikum," salam mereka berbarengan.
"Wa-waalaikumsalam," balas Mama mereka gelagapan.
"Waalaikumsalam," balas Papa mereka sedikit tenang, walau masih terlihat sedikit gugup.
"Eh, tumben kalian udah pulang? Biasanya jalan dulu," Tanya Mama mereka.
"Nggak ada yang diajak jalan," jawab Arland pura-pura melas.
"Loh, Kinan?" Gantian Papanya yang bertanya.
"Kinan lagi jalan sama Letta, Rania, sama Vero," jawab Arland. "Yaudah, Ma, Pa, Arland mau naik ke atas dulu," lanjutnya. Arya melihat Arland yang susah duluan naik tangga.
"Arya juga naik ke kamar ya, Ma, Pa," ujar Arya mengikuti Arland.
Arya terus mengikuti Arland bahkan saat Arland masuk ke kamarnya dan berbaring di atas tempat tidur. "Lo kelihatannya shok banget, Land," ujar Arya ikut berbaring.
"Gimana nggak shok, Ya? Bokap bangkrut," balas Arland.
"Iya, gue tahu. Tapi, rumah ama fasilitas kita kan nggak disita, santai aja kali, Land."
"Nggak gitu, Ya. Bokap pingin nebus perusahaan dan buat nebusnya itu perlu duit banyak. Pastilah bokap bakal ngejual beberapa yang kita punya atau bahkan rumah ini. Kalau misalkan bokap mau ngejual motor atau mobil gue, gue nggakpapa. Gue cuman takut rumah ini bakal dijual. Bukan berarti gue nggak mau tinggal di rumah yang lebih kecil, cuman emang lo nggak sayang kenangan kita dari bayi sampai segede ini hilang gitu aja di rumah ini?"
"Iya juga, sih. Bahkan kita masih di dalem kandungan udah ada di sini. Atau mungkin lagi orang tua kita ngebuat kita di sini juga. Eh, ngomong-ngomong lo bisa ngebayangin nggak sih orangtua kita ngebuat kita di sini?" Arland diam begitu juga Arya. Sekelebat bayangan cahaya remang-remang muncul di pikiran mereka.
Arland terduduk. Ia melihat Arya yang berbaring di sebelahnya seperti sedang membayangkan sesuatu. "Arya sialan! Lo mau ngebuat gue jadi otak mesum, hah?!" Teriak Arland sambil menimpuki Arya dengan bantal.
"Aduh, apaan sih lo?!" Teriak Arya tidak terima.
"Lo yang apaan nyuruh gue bayangan orang tua kita? Astaghfirullah, ampuni Arland Ya Allah." Arya melihat Arland bingung.
"Astaghfirullah!" Arland menoleh ke Arya.
"Baru sadar lo?" Tanya Arland sinis.
"Ya Allah ampuni Arya, Ya Allah. Mama, Papa, maafin anakmu yang paling ganteng ini karena udah lancang bayangan kalian lagi-"
"Stoooop! Udah jangan diterusin! Lo mending keluar dari kamar gue sekarang!" Potong Arland sambil menarik Arya keluar dari kamarnya dan mengunci pintu.
"Salah apa gue punya saudara kembar begitu," ujar Arland menggelengkan kepalanya.
#####
Akhirnya
Sorry lama banget ya gue update ya, maklum persiapan UN. Tapi karena sekarang dah kelar UN nya jadi gue bisa update De
Jangan lupa vomment cuy
KAMU SEDANG MEMBACA
Enough [END]
Teen FictionKinan si pemalu, dan Arland si pujaan. Sama-sama tidak pernah mengenal kata cinta. Saat mereka dipertemukan dan baru memperlajari apa itu cinta, halangan datang berusaha memisahkan mereka berdua.