Chap 14

567 217 13
                                    

--Jangan jadi siders, please. Kita juga butuh apresiasi kalian, minimal kasih vote, makasih.

Kinan melihat jam tangannya. Lagi. Jam sudah memunjukan pukul 06.15, biasanya sepuluh menit yang lalu Arland sudah siap di depan rumahnya. Tapi sekarang Arland belum datang-datang juga. Sepuluh menit lagi bel berbunyi. Kinan ingin menelfon Arland tapi ia tidak enak.

"Dek, lo nggak berangkat? Udah jam enam lebih seperempat loh." Kinan mendapati Kevan yang sudah siap untuk berangkat kuliah.

"Duh, nggak tahu, bang. Ini kak Arland belum juga dateng," keluh Kinan bingung. Melihat adiknya bingung, Kevan juga ikut bingung. Ia melihat arlojinya lalu melihat Kinan.

"Yaudah, lo bareng gue aja. Lo tetep nunggu Arland ntar malah telat." Kinan melihat Kevan dengan bimbang. Kinan menghela nafasnya dan menghampiri sang kakak.

"Yaudah ayo, bang. Ntar Kinan telat," ujar Kinan menaiki motor Kevan. Kevan mengangguk dan melajukan motornya. Kinan langsung memeluk abangnya dengan kuat. Kecepatan motornya sudah tidak bisa dikatakan normal. Umpatan-umpatan pengemudi lain sama sekali tidak ia hiraukan yang ada di kepalanya saat ini hanya bagaimana caranya ia mengantar Kinan sampai di sekolah dengan selamat dan tidak telat. Kinan sendiri seperti sudah menyerahkan hidupnya pada Kevan.

"Ya Allah semoga Kinan sama abang sampai sekolah selamat. Kinan nggak mau kenapa-kenapa dulu. Kinan belum ujian," rapal Kinan dalam hati.

"Akhirnya sampai." Kinan merasa motor Kevan sudah berhenti. Ia mengangkat kepalanya sedikit. Di kanan-kirinya banyak anak Bima Raya yang baru datang. Kinan turun dari motor dan menatap sanga pengemudi dengan lemas.

"Muka lo gitu banget, dek," ujar Kevan.

"Gimana nggak? Dibonceng abang bukannya ngerasa aman  malah kayak setor nyawa," balas Kinan kesal. Kevan tertawa kecil.

"Udah yang penting lo nggak telat. Masuk gih! Lima menit lagi bel, tuh." Kinan mengangguk. Ia menyalami Kevan dan masuk ke dalam sekolah.

Selama berjalan, jantung Kinan yang tadinya masih berdebar kencang mulai kembali relaks. Hampir sampai di koridor kelas sepuluh, Kinan tidak sengaja melihat ke arah lapangan depan parkiran. Ah, tidak-tidak. Lebih tepatnya Kinan melihat ke arah parkiran dimana satu motor baru saja datang dan parkir.

"Kak Arland? Dia sama siapa? Cewek it-" Arland sempat melihat Kinan, tapi ia langsung mengalihkan pandangannya lalu turun dari motor dan memperlihatkan gadis yang ia bonceng. Arland mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu turun. Gadis itu menyambut uluran tangan Arland dengan gembira. Dan mereka langsung berbalik pergi ke koridor kelas dua belas.

"Kak Jenny?"

###

"Nan, ngantin yuk!" Ajak Vero.

"Yuk! Aku juga udah laper," balas Kinan. Mereka berdua keluar kelas dan memilih melewati lapangan futsal sebelum ke kantin. Mereka sempat melambaikan tangan pada Arya dan Zidan yang sedang ada disana sebelum pandangan mereka jatuh pada Arland dan Jenny yang ada di salah satu sudut lapangan. Jenny mengelap keringat Arland dengan handuk kecil yang ia bawa.

"Nan, itu kak Arland sama kak Jenny, kan?" Tanya Vero masih tetap melihat dua orang itu.

"Iya kayaknya, Ver," jawab Kinan ragu.

"Ewh," celetuk Vero ketika melihat Jenny mengelap pipi Arland dan mengecupnya. Kinan sendiri mengernyit melihat pemandangan itu. "Kok lo diam aja sih, Nan?" Kinan melihat Vero bingung.

"Terus aku harus gimana?" Tanya Kinan balik.

"Astaga, Kinan. Lo emang nggak punya pengalaman sama cowok sama sekali apa? Ya lo labrak lah," jawab Vero geregetan.

"Aku nggak berani ah, Ver. Mereka lebih senior dari kita," ujar Kinan.

"Ya, tapi tetep kak Arland cowok lo. Lo ada hak lah buat marah-marah ke mereka berdua," ujar Vero tidak terima. Kinan melihat Vero tidak enak, ia tahu bahwa sahabatnya tidak terima tapi Kinan sendiri tidak seberani itu untuk menghampiri dua orang itu apalagi melabrak yang ada waktu disana nanti ia yang kena amuk. Dan juga, Kinan tidak mau cari masalah. Siapa tahu Arland cuman mau nyenengin fansnya. Iyakan, Jenny fansnya Arland? Dan satu lagi, Kinan percaya kok sama Arland. Lagipula memang benarkan kalau landasan satu hubungan itu saling percaya. Iya, Kinan harus percaya sama Arland. Kalau memang pemikiran Kinan salah, pasti ada alasan lainnya.

"Biarin aja dulu deh, Ver," ujar Kinan akhirnya. Vero melihat Kinan tidak percaya, dia sendiri saja rasanya sudah mau meledak dan sahabatnya satu ini hanya bilang biarkan? Yang benar saja.

"Astaga, gimana bisa dibiarin, Nan? Mereka-"

"Hei! Gue kira lo berdua pingin ke kantin. Kok daritadi gue perhatiin lo berdua malah berdiri mulu disini?" Kinan dan Vero menoleh ke arah Arya dan Zidan yang datang menghampiri mereka.

"Eh, iya, ini juga mau ke kantin kok, kak. Yuk, Ver!" Ujar Kinan langsung menarik lengan Vero. Tapi, sebelum beranjak pergi Vero sempat berkata pada Arya dan Zidan.

"Noh, liat saudara kembar sama temen kakak. Nyebelin banget jadi orang," ujar Vero lalu pergi. Wajah Kinan sempat sedih mendengar ucapan Vero namun ia langsung menghapusnya dengan pura-pura tidak peduli lalu pergi ke kantin.

Arya dan Zidan masih berdiri di sana melihat ke arah yang Vero tunjukkan tadi. Wajah mereka berubah bingung melihat Arland bersama Jenny.

"Ya, itu si Arland......sehat?" Arya menggelengkan kepalanya.

"Enggak." Zidan menatap Arya. "Enggak tahu maksud gue," lanjut Arya. Zidan mendengus lalu kembali melihat Arland dan Jenny.

#####

15 Juli 2017

Enough [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang