Chap 23

471 122 10
                                    

Kinan keluar rumah dengan sumringah seperti dugaannya, didepan pagar rumahnya seseorang sudah menunggu keluarnya ia dari rumah. "Kak," panggil Kinan.

"Hei! Berangkat sekarang?" Tanya Arland. Kinan mengangguk sebagai jawaban. Kinan menerima helm yang diberikan Arland. Saat ia hendak naik, suara mobil datang dari arah berlawanan.

"Kak Vano," gumam Kinan pelan.

"Mau apa dia?" Tanya Arland lebih seperti ke dirinya sendiri namun di jawab gelengan oleh Kinan.

"Hai, Kinan! Oh, ada lo juga, Land. Udah baikan ceritanya?" ujar Vano.

"Hm," balas Arland malas. Vano mengangguk paham.

"Oh, lo berangkat bareng gue kan, Nan? Yaudah, yuk! Ntar lo telat." Kinan menggaruk pelipisnya bingung, pasalnya dari awal ia akan berangkat dengan Arland bukan Vano.

"Uhm, ak-"

"Kinan berangkat sama gue. Mendingan lo pergi deh sekarang!" ujar Arland malas. Kinan menyenggol lengkan Arland pelan menggunakan helm.

"Siapa lo sok-sokan berhak ngatur Kinan berangkat sama siapa?" Balas Vano tidak terima.

"Gue cowoknya Kinan, kurang jelas?" Tekan Arland. Vano mengangkat satu alisnya tidak percaya.

"Oh? Balikan juga?" Tanya Vano mengejek. Pagar rumah Kinan terbuka dan Kevan muncul dengan helmnya juga.

"Kok lo belum berangkat,  dek?" Tanya Kevan.

"Eung, ini bang...." Kevan menatap Arland dan Vano lalu mengangguk paham.

"Gini aja, deh. Sekarang udah siang, nih. Mending Kinan bareng Arland aja, dia naik motor bisa nyelip-nyelipkan? Kalau naik mobil, ntar takutnya macet dia malah telat jadinya," ujar Kevan menengahi. Arland tersenyum puas pada Vano sementara Kinan langsung memakai helm dan naik motor Arland. Vano terlihat sangat kesal, Kevan memilih untuk tidak perduli dan ikut mengeluarkan motornya lalu berangkat kuliah.

Sementara itu di jalan, Arland memegang tangan Kinan agar berpegangan pada pinggangnya. "Apaan sih, kak?" Ujar Kinan menarik tangannya malu. Arland terkekeh menarik tangan Kinan lagi. Kinan memilih mengalah sembari berusaha menyembunyikan wajahnya yang bersemu di punggung Arland.

Sudah lama rasanya mereka tidak merasakan momen-momen seperti ini, Arland sangat bersyukur momen ini bisa terulang lagi, Kinan sendiri mau tidak mau harus mengakui bahwa dirinya memang masih sayang pada Arland.

Tin tin

"Jangan pacaran di tengah jalan, woy!" Kinan terkejut dan langsung menarik diri dari Arland. Arland langsung menoleh pada seseorang yang mengganggu dirinya dan Kinan.

"Eh, kak?" Celetuk Arland malu. Kinan memelototi abangnya itu sementara Arland menggaruk helmnya tidak sadar. Kevan tertawa sambil terus melajukan motornya pelan.

"Jangan kenceng-kenceng bawa motornya! Away sampai adek gue lecet! Btw, itu kepala lo apa helm lo yang gatel, hahaha," ujar Kevan danlangsung melajukan motornya kencang. Arland sekali lagi menggaruk helmnya tidak sadar, dan saat ingat uncapan Kevan, ia segera menarik tangannya malu. Kinan menggelengkan kepalanya kesal.

"Sok-sokan nasehatin orang dia sendiri naik motornya kebut-kebutan, dasar!" Gerutu Kinan kesal.

Sampai di sekolah, setelah sekian lama akhirnya mereka berdua kembali menjadi pusat perhatian. Ah, atau lebih tepatnya sudah lama Kinan tidak menjadi pusat perhatian. Dan Arland, ia memang selalu menjadi pusat perhatian bukan?

Enough [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang