Chap 16

550 170 15
                                    

"Assalamualikum." Tidak ada jawaban. Arya mengerutkan dahinya bingung. Ia menuju ke dapur, tidak ada mamanya. Arya naik ke atas dan mendapati pintu kamar Arland terbuka. Arya masuk ke dalam kamar Arland.

"Nyokap kemana?" Arland berbalik dan melihat Arya berdiri di tengah-tengah kamar dan menatap ke arahnya datar.

"Pergi sama bokap. Katanya ada acara gitu," jawab Arland santai. Arya tersenyum sinis dalam hati, masih bisa santai ya ternyata dia.

"Bagus deh," ujar Arya akhirnya. Arland mrngerutkan dahinya. Ia bangkit dan berdiri di hadapan Arya sambil menatap Arya bingung.

"Lo kenapa?" Tanya Arland dan tersadar ada memar di pipi Arya.

"Gak papa," jawab Arya singkat. Arland mengangkat satu alisnya lalu terkekeh.

"Yaelah, Ya-ya. Lo sok-sokan banget mau boongin gue. Gue kenal lo sejak bayi, malah sejak kita masih dalam kandungan noh," ujar Arland bercanda.

"Tapi gue udah nggak kenal sama lo." Senyum di wajah Arland hilang. Ia melihat Arya bingung.

"Ya, serius deh. Lo kenapa sih? Itu lebam di pipi lo kenapa juga?" Tanya Arland mulai serius.

"Lo yang kenapa," balas Arya dingin.

"Lo ngomong apa sih? Emang gue kenapa?"

"Nggak usah pura-pura nggak tahu!"

Bugh

Satu tonjokan mendarat di pipi Arland. Bahkan ia sampai tersungkur karena tidak siap dengan apa yang Arya lakukan barusan. Ia bangkit dan melihat Arya marah.

"Lo apa-apaan sih?! Sakit lo, hah?!"

Bugh

Satu tonjokan lagi Arland terima. "Ya!" Belum sempat Arland bicara lebih banyak, Arya kembali menonjok Arland.

Arland yang tidak terima balas menonjok Arya. Akibatnya mereka saling adu jotos sekarang. Tidak ada satupun dari mereka yang terlihat ingin mengalah. Wajah mereka mulai penuh dengan lebam. Bahkan mereka kini sampai guling-guling.

"Arya! Arland! Apa-apaan kalian ini?!" Papa mereka langsung memisahkan mereka berdua dan menarik mereka berdiri.

"Udah pada gede juga masih aja berantem kayak anak kecil! Nggak bisa diomongin baik-baik apa?! Emang semuanya bisa diselesain sama adu jotos kayak gini?!" Murka papa mereka.

"Dia yang mulai!" Seru Arland membela diri. Arya menatap Arland sinis.

"Gue nggak bakal mulai kalau lo nggak mulai duluan," balas Arya dingin.

"Gue mulai darimana?! Lo tuh yang mulai duluan, dasar sakit!"

"Lo brengsek!"

"DIAM!" Punggung Arland menabrak dinding cukup keras, sementara punggung Arya menabrak lemari. Mereka sama-sama meringis kesakitan sambil memegangi dada masing-masing.

"Ada apa sih, pa? Kok daritadi teriak-teriak terus?" ujar mama mereka yang baru naik dan menghampiri ketiga lelaki itu.

"Tanya aja sama anak-anak kamu, tuh. Nggak bisa diatur banget," ujar papa mereka keluar dari kamar Arland. Mama mereka menatap si papa bingung dan beralih masuk ke dalam kamar Arland.

"Yaampun, kenapa kalian bisa babak belur gini? Kalian habis ngapain?" Tanya mama mereka khawatir. Tidak ada dari Arya maupun Arland yang menjawab.

"Jawab Arya! Arland!" perintah mama mereka tegas.

"Gak tau, dia tuh nggak jelas. Tanya aja sama dia," jawab Arland tidak mau menyebut nama Arya.

"Gue yang harusnya tanya sama lo!" ujar Arya tidak mau kalah.

Enough [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang