Brum brum brum
Kinan menatap sekelilingnya tidak nyaman. Dua kali ia datang ke tempat ini, masih dengan perasaan yang sama, sama sekali tidak nyaman, namun dengan orang yang berbeda. Tidak begitu saja Kinan langsung mau untuk pergi ke tempat ini, dan bukan paksaan siapapun juga sebenarnya ia datang ke tempat ini.
"Land, lo yakin mau ngelanjutin? Lagian si Kinan juga udah tau." Kinan mengangguk mengiyakan ucapan Arya.
"Udah, santai aja. Gue nggak bakal kenapa-napa, kok," jawab Arland. Ia berbalik menghampiri Vano, beberapa teman Vano yang melihat Arland mendekat memberi kode pada Vano. Vano berbalik menatap Arland dengan seringainya.
"So, lo udah siap, eh?" Tanya Vano.
"Lebih cepat lebih baik," jawab Arland.
"Ok, lo mau mobil dari kita atau lo bawa mobil sendiri?" Tanya Vano lagi.
"Gue ke sini naik motor, pakai mobil temen-teman lo aja." Vano mengangguk dan memanggil salah satu temannya meminjam mobil. Kinan khawatir melihat Vano memberikan kunci mobil pada Arland. Bagaimana jika Vano sudah merencanakan ini dan sudah mengotak-atik mobil itu? Zidan menepuk punggung Kinan pelan.
"Jangan khawatir, Arland tau apa yang mesti dilakuin. Lo santai aja, dia udah pro heheh," ujar Zidan berusaha menghibur. Kinan memaksakan senyumannya yang bahan terlihat seperti meringis tidak yakin.
Kinan, Arya, Zidan dan Bang Kevan berjalan ke depan dimana dua mobil yang dikendarai Arland dan Vano sudah berbaris. Kinan memberikan semangat pada Arland dari luar mobil dengan mengepalkan tangannya. Dan,
Bruuuuum
Kedua mobil itu melaju dengan sangat kencang. Kedua tangan Kinan saling bertautan sambil menggumamkan sesuatu. Wajahnya menatap dimana kedua mobil itu mulai hilang dari pandangannya dan yang lain. Sementara di jalanan Arland sempat terkejut mengetahui tidak ada yang tidak beres pada mobilnya.
"Sportif," batinnya. Ia segera menginjak gasnya lebih kencang dan segera mengakhiri semua ini. Mobil Arland langsung menyalip mobil Vano. Sedangkan Vano hampir saja oleng ketika Arland menyalipnya tepat di tikungan. Ia juga tidak mau kalah dan menginjak gasnya lebih kencang.
Kinan terus-terusan menarik ujung kaos Kevan khawatir, sudah lima belas menit tapi mobil Arland belum terlihat juga. "Jangan khawatir, Nan. Sebentar lagi juga-" ucapan Arya terputus melihat mobil Arland melaju kencang ke arah mereka dengan mobil Vano di belakangnya.
Seorang wanita dengan pakaian minim berjalan ke tengah-tengah jalan sambil membawa slayer ungu dan siap untuk mengibarkannya ke atas.
Bruuuum
Mobil Arland sampai lebih dahulu disusul mobil Vino. Semua orang di sana mulai bersorak. Kinan bernafas lega melihat mobil Arland berhenti dengan baik-baik saja. Arya dan Zidan memegang dada mereka masing-masing lega. Walaupun terlihat tenang tapi sebenarnya mereka sama khawatirnya dengan Kinan.
Arland keluar dari mobil dan langsung dihampiri Arya, Zidan, dan Kevan. "Gila, gue deg-degan setengah mati," ujar Zidan berlebihan sambil memberi pelukan selamat pada Arland. Arya dan Kevan juga ikut memberi pelukan selamat.
"Mati beneran aja gue nggak peduli," balas Arland bercanda.
"Sialan lo! Udah dikhawatirin juga, harusnya bersyukur lo punya temen kayak gue," ujar Zidan tidak terima. Arland memutar bola matanya sambil terkekeh, ia menghampiri Kinan yang tetap berdiri di tempatnya tadi sementara yang lain menghampiri Arland.
"Iiiiiiih," gemas Kinan mencubit lengan Arland.
"Eh eh, sakti kali, Nan," keluh Arland mengusap lengannya yang merah bekas cubitan Kinan.
"Kalau ada apa-apa bilang sama Kinan kan bisa sih, kak? Kan nggak bakalan ada acara kayak ginian jadinya. Katanya sayang tapi nggak mau terbuka," cecar Kinan.
"Iya-iya, nggak lagi-lagi, deh. Maaf," ujar Arland merasa bersalah.
Kinan menarik lengan Arland yang ia cubit tadi dan memijatnya pelan berusaha menghilangkan rasa sakit cubitannya tadi. Arland memperhatikan Kinan sambil tersenyum. Sedikit demi sedikit Kinan sudah mulai tidak malu-malu lagi pada Arland, bahkan lihat saja tadi, Kinan sudah berani memarahi Arland. Tapi, hal itu tidak membuatnya kesal melainkan semakin sayang.
"Pacaran aja terus yang lain dianggurin." Kinan langsung melepaskan lengan Arland dan memalingkan wajahnya yang memerah karena malu dipergoki oleh abangnya sendiri.
"Arland." Arland berbalik mendapati Vano sudah berdiri di belakangnya. Kinan menatap Arland dan Vano takut, bukan takut dengan kedua orang itu, melainkan takut mereka berdua akan bertengkar.
Diluar dugaan semua orang, Vano mengulurkan tangannya. Arland diam menatap uluran tangan Vano bingung. Vano menghela nafasnya malas dan menarik tangan Arland untuk berjabat dengannya. "Gue cuman mau ngucapin selamat kali," ujarnya melepas tangan Arland.
"Lo?" Ujar Arland bingung.
"Apa? Lo kira gue bakal ngajak lo berantem gara-gara nggak terima? Gue bukan Vano yang childish kayak dulu tau. Yah, walaupun cara gue nantang lo kekanak-kanakan banget pakek ngelibatin Kinan," ujar Vano santai.
"Jadi, lo? Kinan? Maksud gue, lo nggak bener-bener naksir Kinan?" Ceplos Zidan.
"Ya enggaklah. Mau dia kalah atau enggak, Kinan ya bakalan jadi Kinannya dia kali. Selera gue bukan cewek baik-baik kayak dia," ujar Vano bercanda. Kinan menunduk sambil menggaruk dahinya malu.
"Yaudah, kalau gitu gue balik ke temen-temen gue dulu. Bye," pamit Vano.
"Ah, oh ya, bye," balas Arland sadar.
"Temen kalian, kalau emang cuman pure minta balapan di arena race beneran kan bisa, nggak liar kayak gini, bawa-bawa taruhan cewek lagi, bikin emosi aja," keluh Kevan menarik Kinan pergi.
"Eh-eh, kak? Kinannya-"
"Santai, gue cuman mau ngajak Kinan jemput bonyok di bandara," ujar Kevan membuat Arland menggaruk belakangnya kepalanya malu. Karena Kevan yang harus balik ke rumah dulu mengambil mobil, Arland, Arya, dan Zidan memutuskan untuk ikut dan mengambil mobil terlebih dahulu.
###
"Aduh, makasih ya anak-anak, jadi ngerepotin," ujar mama Kinan melihat Arya, Arland, dan Zidan mengangkut koper-koper berisi belanjaannya ke dalam mobil.
"Nggak ngerepotin kok, Tan. Asal dapet kecripatan oleh-olehnya gitu," gurau Zidan.
"Yeeee, dasar lo. Nggak usah didengerin, Tan. Emang gitu si Zidan. Tapi....kalau emang dikasih saya nerima dengan senang hati kok, Tan," timpal Arya.
"Sama aja lo berdua. Nggak ikhlas nih ceritanya?" Sindir Kevan.
"Ikhlas-ikhlas kok, bang," jawab kedua ya bersamaan.
"Tenang aja. Tante kalian itu udah beliin kalian satu-satu, kok," ujar papa Kinan yang disambut wajah sumringah Arya dan Zidan.
"Wih, makasih ya, om."
"Iya, sama-sama." Mereka semakin semangat membantu orangtua Kinan dan tidak memperhatikan sekitar sama sekali. Kinan yang diam saja sambil memperhatikan, menyadari kehadiran sosok itu dan sempat menunjuknya karena terkejut sekaligus senang. Namun, sosok itu mengisyaratkan Kinan untuk tetap diam.
"HALO, KAKAK-KAKAK.." Semua menoleh ke arah sumber suara sementara Kinan hanya tersenyum.
"Rania?!"
#####
Hae-hae......
KAMU SEDANG MEMBACA
Enough [END]
Teen FictionKinan si pemalu, dan Arland si pujaan. Sama-sama tidak pernah mengenal kata cinta. Saat mereka dipertemukan dan baru memperlajari apa itu cinta, halangan datang berusaha memisahkan mereka berdua.