"Jadi? Jelasin sekarang juga!"
"Gila! Ini benerang adek lo, bang? Nggak nyangka dia bisa segalak itu. Gue kira polos-polos tai gitu."
"Sialan lo! Gitu-gitu adek gue, ye! Tapi, emang galak orangnya. Ini nggak seberapa, lo nggak tau yang lebih ganas. Bisa-bisa lo-"
"Abang! Vero!" Kinan melihat abang dan sahabatnya itu kesal. Bukannya menjawab pertanyaannya, mereka malah mengacanginya dan sibuk ngobrol sendiri. Yang dilihat kini hanya menampakkan cengirannya tanpa merasa bersalah.
"Jadi gini-" Kevan dan Vero saling tatap lalu melihat ke arah Kinan. Kinan menatap mereka berdua menunggu. Tapi Kevan dan Vero tidak kunjung bicara dan malah saling tatap lalu melihat Kinana. Saling tatap, melihat Kinan. Begitu seterusnya hingga Kinan jengah.
"Gitu aja terus!" Gerutu Kinan lalu duduk di sofa lain. "Sekarang mainnya rahasia-rahasiaan! Gitu katanya sahabat, saudara!" Lanjut Kinan. Lagi, mereka berdua saling tatap. Tapi selanjutnya, mereka langsung duduk di samping kanan dan kiri Kinan berusaha membujuknya.
"Jangan marah, dong. Tadi abang cuma bercanda. Abang nggak maksud rahasia-rahasiaan sama kamu kok," bujuk Kevan.
"Iya, Nan. Gue cuman bercanda. Jadi sebenernya itu--" Kevan dan Vero kembali saling tatap.
"Tuh kan, gitu lagi! Bilang aja nggak mau kasih tau Ki-"
"Iya-iya. Jadisebenernyakitapacaran." Mata dan mulut Kinan melebar, sementara kedua orang di depannya menatapnya takut-takut.
"Kalian berdua?" Gumam Kinan pelan. Kinan berdiri langsung berlari ke kamarnya. Kevan dan Vero melihat Kinan bingung.
"Jangan-jangan dia marah lagi, bang?" Tanya Vero takut.
"Ngaco lo! Ngapain dia musti marah?" Tanya balik Kevan.
"Ya, siapa tahu dia--"
"Kinan Anggraini sudah siap! Ayo kita pergi ke warung sate Mang Toto!" Mata melebar, mulut terbuka. Persis ikan koi. Itu ekspresi Kevan dan Vero saat ini. Mereka benar-benar speechless melihat Kinan tiba-tiba muncul sudah berganti baju lalu berjoget-joget di depan mereka.
"Ayo-ayoooo! Ayo-ayoooo!" Ajak Kinan sambil joget-joget.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," Kinan menatap horor orang yang mengucapkan salam tadi.
"Kak Arland?!"
###
"Assalamu'alaikum. Halo mam, Tumben nggak masak?" Seorang wanita paruh baya yang tengah bersantai di ruang keluarga rumahnya sambil menonton televisi. Ia mengalihkan perhatiannya ke arah ruang tamu ketika mendengar sapaan dari sana dan mendapati salah satu anak lelakinya telah datang. Wanita itu melirik jam dinding dan mengangkat kedua alisnya heran.
"Tumben banget kamu udah pulang, Land?" Arland mencium tangan mamanya lalu duduk di sebelah sang mama.
"Mama kira kamu pulangnya jam empat makanya sampe rumah setengah lima," balas mama Arland merebut remot tv darinya dan mengganti ke channel semula.
"Biasanya duduk-duduk di kelas dulu bareng Arya sama Zidan. Tapi, hari ini Arland mau pergi jadi Arland pulangnya cepet," jawab Arland lalu beranjak menuju kamarnya.
"Emang mau pergi kemana?" Tanya mama Arland masih fokus pada televisi.
"Mau ngajak jalan calon menantu mama," jawab Arland sambil terkikik lalu masuk ke kamarnya. Sementara sang mama melihat ke arah tangga terkejut.
Mama Arland langsung berlari gesit menyusul Arland yang berjalan ke kamarnya sambil bersenandung. Untuk urusan percintaan anak-anaknya, di usianya yang sudah hampir mencapai kepala lima, ia bisa berubah menjadi dua puluh tahun lebih muda. Ia terus membuntuti Arland yang sedang menyiapkan baju dan sepatu yang akan ia kenakan. Bahkan, mama Arland juga mau ikut masuk ke kamar mandi ketika Arland sudah hendak mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enough [END]
Teen FictionKinan si pemalu, dan Arland si pujaan. Sama-sama tidak pernah mengenal kata cinta. Saat mereka dipertemukan dan baru memperlajari apa itu cinta, halangan datang berusaha memisahkan mereka berdua.