Entah sudah berapa lama Arya tidak menjemput Letta pulang. Letta sendiri yang biasanya gengsi mengakui bahwa ia merindukan Arya bahkan pada dirinya sendiripun mulai merasakannya. Ia merasa hari ini sangat berjalan sangat lama, apalagi dengan hal yang ingin ia bicarakan pada Arya. Ia seperti sudah tidak sabar untuk cepat-cepat pulang.
Tepat saat ia baru saja berdiri di depan gerbang, motor Arya berhenti di hadapannya. "Ayo na-"
"Ke rumahku, Ya?" Arya menatap Letta bingung. Tidak biasanya pulang-pulang seperti ini ia mengjak Arya main ke rumah, biasanya Arya dulu yang memohon-mohon baru mau.
"Iya-iya. Yaudah naik, gih!" Letta segera naik dan pergi dari sana.
Letta sudah tidal sabar untuk sampai di rumah, tapi jalanan mulai macet karena sudah mulai masuk jam pulang kantor juga. Ditambah lagi motor Arya yang nyelip kesana-sini membuat Letta yang notabene tidak ahli dalam menghafal jalan pusing sampai ia sadar bahwa Arya tidak berjalan ke arah rumahnya.
"Arya, kita mau kemana?" Tanya Letta sedikit kencang. Arya tidak menjawab, Letta memukul punggung Arya keras sampai si empunya mengeluh kesakitan.
"Sakit, Letta. Lama nggak ketemu kenapa makin sadis sih kamu," keluh Arya.
"Mau kemana?!" Tanya Letta kesal.
"Kita ke tempat makan biasanya dulu. Aku laper," jawab Arya santai. Lagi, Letta memukul Arya keras.
"Let! Kalau gini namanya KDRT," ujar Arya tidak terima.
"Bukannya nabung buat bantu orang tua malah mau makan di luar. Puter balik, makan di rumah aku, aja!" ujar Letta.
"Tapi, aku lagi pingin makan disana. Kangen tahu makan disana bareng kamu," balas Arya santai.
"Arya, orangtua kamu lagi susah juga, kamu malah enak-enak, udah makan dirumah aja, sekalian ngirit, lagipula mama tadi masak ba-"
Ciiiiiitttt
Letta diam, ia terlalu terkejut karena Arya yang tiba-tiba berhenti mendadak. "Iya, aku paham. Orangtuaku udah bangkrut, emang aku harusnya nggak foya-foya. Lagian aku juga lupa bawa dompet at-"
"Arya, bukan gitu maksud aku. Maksud aku-"
"Iya, kita makan di rumah kamu." Letta diam merasa bersalah. Sepertinya ia salah berbicara dan menyinggung perasaan Arya.
Perjalanan selanjutnya menuju rumah Letta semuanya sama-sama diam. Letta takut jika ia membuka suara lagi, ia kembali melukai hati Arya. Sementara ia kini sedang berfikir apa yang sedang Arya pikirkan.
"Mampirkan?" Tanya Letta takut-takut saat sudah sampai di depan rumahnya.
"Iya, tadi akukan udah bilang sama kamu." Letta mengangguk lalu membukakan pagar agar Arya bisa memasukkan motornya ke teras rumahnya.
"Uhm, Ya. Kalau makannya nanti aja gimana? Aku mau ngomong sesuatu dulu, penting," ujar Letta sudah duduk di ruang tamu rumahnya. Arya mengedikkan bahu.
"Terserah kamu. Aku udah nggak laper, kok." Letta menggigit lidahnya pelan, ia semakin merasa tidak enak pada Arya. Arya tidak pernah sesensitif ini.
"Ya? Mobil-mobil hasil balapanmu sama Arland dulu yang kalian simpen di Bogor ada BPKB nya nggak?" Arya yang tadinya menunduk menatap Letta bingung.
"Ada. Kenapa?" Tanya Arya balik.
"Pajak-pajaknya? Masih jalan apa udah mati semua?"Tanya Letta lagi. Ia sudah mulai berani melihat Arya yang sepertinya sudah mulai melupakan kejadian beberapa menit yang lalu.
"Rata-rata masih, deh. Atau kayaknya masih semua. Dua sampai tiga tahunan lagi," jawab Arya.
"Dijual, boleh?"
"Diju-Astaga!" Arya langsung menegakkan tubuhnya sambil menjentikkan jari. "Kenapa nggak kepikiran? Astaga, gue kemana aja, ya? Letta pinter, ya?" Letta menatap sinis Arya.
"Kemana aja situ ya, mas?" Balas Letta kesal.
"Heheh, iya-iya Letta emang pinter. Yaudah, aku balik dulu, mau ngomongin sama Arland." Letta cepat-cepat berdiri melihat Arya yang sudag mulai beres-beres.
"Eh, Ya, tunggu dulu! Aku minta maaf, ya? Buat yang tadi, serius aku bukannya bermaksud buat nyinggung kamu atau apa, aku cuma-"
"Iya, aku paham. Maaf juga, tadi aku nggak tau kenapa kayak lagi sensitif aja gitu," potong Arya sambil tersenyum. Letta ikut tersenyum.
"Mau langsung pulang atau makan dulu?" tawar Letta. Arya nyengir sambil memegangi perutnya.
"Makan dulu, deh." Letta memutar kedua bola matanya dan menarik Arya menuju ruang makan. Semoga satu masalah ini bisa teratasi, hanya tinggal satu yang harus Arya dan Arland pikirkan, yaitu Kinan.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Enough [END]
Teen FictionKinan si pemalu, dan Arland si pujaan. Sama-sama tidak pernah mengenal kata cinta. Saat mereka dipertemukan dan baru memperlajari apa itu cinta, halangan datang berusaha memisahkan mereka berdua.