"Huaaaahhhhhh, akhirnya kita bisa double double date." Rania berjalan sambil berputar-putar.
"Double double date apaan, say?" Tanya Zidan bingung.
"Ih, kamu mah. Kita kan berdelapan, terus ada empat pasangan. Kalau dua kan cuman double, kalau empat ya double double dong berarti, heheh," jawab Rania.
"Bukannya kalau empat itu quadruple?" Celetuk Kinan.
"Dasar bule nggak jadi. Lama di luar tapi masih pinteran cewek gue Inggrisnya." Rania menatap Arland sinis lalu menarik Zidan menjauh.
"Bodo amat, wek," balasnya pada Arland sambil memeletkan lidah. Arya memutar bola matanya bosan melihat kedua saudaranya yang memang suka bertengkar. Ia memilih menatap sekitarmya dan bersyukur semua ini dapat kembali terjadi. Arland kembali dengan Kinan, Rania pulang dan kembali dengan Zidan, Kevan dan Vero, dan tentu saja dirinya dengan Letta.
Semua masalah sudah selesai. Mobil-mobil hasil kenakalan mereka dahulu sudah laku terjual semua. Perusahaan orangtua mereka sudah tertebus dari orangtua Jenny. Rumah mereka selamat dan nasib percintaan mereka pun selamat. Maka dari itu, mereka memutuskan untuk membuat syukuran kecil-kecilan dengan teman-teman mereka, termasuk Vano yang sudah mulai jinak. Bahkan, semalam orangtua mereka mengadakan pengajian di rumah mereka.
"Akhirnya dateng juga yang mau bayarin ini. Nggak tau udah pada laper apa?" Arya tersenyum lalu bersalaman ala pria dengan Vano.
"Kenapa lo pada nggak pesen duluan aja?" Ujar Arland sambil duduk.
"Kalau gue nggak bareng lo juga gue nggak berani pesen dulu. Sapa tau lo boong abis gitu kita suruh bayar sendiri-sendiri, kan anj-"
"Kata-katanya tolong dikondisikan, banyak anak dibawah umur ini. Paham kok masnya yang udah berumur," potong salah satu teman Arland. Semua tertawa tak terkecuali Rania sendiri yang memang masih 16 tahun.
"Sialan lo! Belum pernah dicium ama kakek-kakek, ya?" Balas Zidan membuat Rania bergidik geli.
"Tuh, udah keliatankan aslinya. Mending lo ama gue aja, gimana?" Goda Vano pada Rania dan duduk di sebelahnya.
"Eeeeeh, jauh-jauh! Cewek gue ini!" Protes Zidan yang langsung duduk di antara mereka. Vano tertawa dan Rania tersenyum melting.
BRAK
Pintu cafe terbuka dengan kasar. Jenny dan gengnya datang dengan penampilan nyentrik mereka. Arland dan Arya hendak menghampiri Jenny namun didahului oleh Zidan.
"Heh, Jeje Dunn! Eh, Jenny maksud gue," Ucap Zidan kesal.
"ZIDAN!" Teriak Jenny tidak terima.
"Apaan si lo teriak-teriak bikin telinga gue budeg aja," balas Zidan lagi sambil menggaruk telinganya.
"Kakak yang nyentrik, kalau sehari nggak cari masalah bisa nggak? Atau nggak, kalau mau masuk bisa santai dikit? Itu pintu kalau sampai pecah disuruh ganti emang situ mau?" Cecar Rania yang memang sudah tidak suka pada Jenny sejak dia jadi murid pertukaran di sekolah Arland. Jenny menatap sinis Rania lalu beralih pada pintu.
"Ciuman pintu kayak gini, heh. Gue ganti sepuluh kali lipat lebih bagus juga nggak bakalan habis duit gue," balas Jenny pedas. Arya yang lagi-lagi hendak menghampiri Jenny ditahan oleh Arland, dan memilih dirinya,ah yang menghadapi Jenny.
"Gue minta maaf kalau emang brengsek ke lo. Tapi, bisa nggak lo sehari aja nggak nge-"
"Wait-wait, kalian semua itu bisa nggak sih positive thinking ke gue sekali aja? Arland, lo lupa gue masih temen sekolah lo? Salah kalau gue juga minta ikut ditraktir sekarang?" Ucap Jenny lalu tersenyum tulus.
Arland menghela nafas lega lalu ikut tersenyum. "Pesen aja semua apa yang lo bertiga mau, gue yang bayar," ujar Arland.
"Nah, gitu dong," ujar salah satu geng Jenny. Arland berbalik menghampiri Arya Dan Kinan. Sementara Jenny dan gengnya masuk dan mencari tempat duduk.
"Kalau kalem gitu sebenarnya mereka cantik loh, cuman dandanan mereka aja yang berlebihan," ujar Letta yang dianggurin Arya melihat beberapa teman mereka dari dunia balap mulai mengajak Jenny dan gengnya berbicara.
Arland tidak perduli dengan itu yang ia perhatian saat ini Kinan yang ada di sampingnya. Ia teringat ucapan mamanya. Berawal dari tabrakan, lalu tertarik satu sama lain, hingga akhirnya menjalin hubungan. Ada satu hal yang membuat mereka berpisah, tapi di akhir cerita mereka akan kembali bersama. Chiklit.
Tapi, untuk happily ever after, Arland tidak tahu. Hidupnya tidak berhenti sampai disini, masih ada jenjang-jenjang berikutnya yang harus ia jalani, belum lagi semester dua sudah didepan mata. Try out-try out, ujian sekolah, ujian nasional, belum lagi ujian masuk universitas. Dan Arland tidak mau ambil pusing, yang terpenting ia bahagia saat ini dan akan menjalani hidupnya begitu saja. Waktu belajar ia belajar, waktu bersenang-bersenang tentu saja dengan senang hati ia akan bersenang-senang. Lebih-lebih, Arland bukan tipe orang yang membuat list untuk setiap apa yang hendak ia lakukan.
Jadi sekian untuk cerita Enough, terima kasih kepada para pembaca setia cerita ini daaaaaan jangan lupa untuk membaca cerita-cerita karangan cinvcress lainnya. So, see you to another stories. Good byeeeeeee
^^SELESAI^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Enough [END]
Teen FictionKinan si pemalu, dan Arland si pujaan. Sama-sama tidak pernah mengenal kata cinta. Saat mereka dipertemukan dan baru memperlajari apa itu cinta, halangan datang berusaha memisahkan mereka berdua.