Chap 6

888 375 71
                                    

Hari Senin, siapapun tidak akan pernah senang dengan hari senin. Hanya ada satu alasan mengapa kebanyakan orang tidak menyukai hari Senin. Minggu ke Senin sangat cepat, tapi Senin ke Minggu sangat lama.

Tapi, untuk Senin ini adalah Senin yang beda bagi Arland. Lihat saja saat ini, motornya hampir sampai gerbang sekolah dan Arland tidak menaiki motornya sendirian. Kinan duduk di jok belakang motor Arland sambil berpegangan pada ransel Arland.

"Kak, aku turun di gerbang aja, ya?" Arland mengerutkan dahinya bingung. Ia melihat Kinan dari kaca spion, Kinan melihat keadaan sekitar dimana motor Arland sudah memasuki gerbang sekolah dan menuju tempat parkiran.

"Kenapa?" Tanya Arland sedikit kecewa.

"Aku nggak enak, kak," jawab Kinan. Mereka berdua kini sudah sampai di parkiran. Kinan turun dari motor Arland dan memberikan helmnya pada Arland.

"Nggak enak sama siapa?"

"Ya, nggak enak aja." Sebenarnya, Kinan pernah dengar bahwa fans Arland di sekolah lumayan banyak. Ia hanya tidak mau jadi bulan-bulanan fansnya Arland. Tapi, ia juga tidak ingin mengatakan itu pada Arland.

"Emang ada yang ngelarang kita dateng bareng?" Kinan menggelengkan kepalanya. Arland menatap Kinan lagi, satu pertanyaan yang muncul di kepalanya membuatnya jadi was-was. "Atau lo punya cowok dan lo takut dia mergokin kita?" Kinan melihat Arland, matanya melebar, ia menggeleng keras. Dan Arland menghela nafas lega.

"Yaudah, ayo masuk! Nggak usah pakek nggak enak segala." Arland menggandeng tangan Kinan dengan santai lalu mulai berjalan. Sedangkan Kinan semakin gugup sambil melihat ke arah tangannya.

"Kak," Arland menoleh ke arah Kinan. "Tangannya?" Lanjut Kinan sambil menggoyangkan tangannya yang digandeng Arland. Arland hanya tersenyum kecil lalu mempererat gandengannya dan kembali berjalan. Entahlah, ada apa dengan Arland saat ini. Rasa-rasanya ia ingin menunjukkan pada semua orang tentang kedekatannya dengan Kinan. Mungkin benar kata Arya, Arland sudah mulai menyukai Kinan. Atau mungkin lebih.

"Masuk, gih. Gue ke kelas, ya," ujar Arland mengusap kepala Kinan lalu pergi. Kinan mengangguk dan berbalik hendak masuk ke dalam kelasnya.

"Astaga!" Kinan terlonjak ketika mendapati Vero berdiri di ambang pintu kelas sambil menatapnya melongo.

"Lo, tadi, kak Arland?" Kinan tidak menghiraukan Vero dan segera menuju bangkunya. Vero langsung mengikuti Kinan dan duduk di kursi depan Kinan. "Lo ama kak Arland udah jadian?" Tanya Vero lumayan keras sehingga beberapa teman sekelasnya menoleh ke arah Kinan dan Vero. Dan saat itu juga mereka yang gila gosip langsung mengerubungi Kinan dan Vero.

"Lo jadian ama kak Arland, Nan?" Tanya Adisti.

"Apaan, sih? Siapa yang jadian sama kak Arland?" Sangkal Kinan.

"Ih, terus tadi kenapa datengnya berdua? Mana gandengan lagi. Terus kak Kevan juga bilang kemaren kak Arland dateng ke rumah lo," ujar Vero. Tunggu, apa?

"Kak Kevan?" Vero langsung salah tingkah dan berusaha menghindari kontak mata dengan Kinan yang kini menatapnya curiga.

"Ah, eng, itu, gue ke kantin dulu, ya. Bye, semua." Vero langsung pergi dari sana meninggalkan Kinan yang meneriaki namanya dan berusaha mengejarnya namun ditahan teman-teman sekelasnya yang lain.

"Lo nggak boleh kemana-mana. Pokoknya ceritain dulu!" Ujar Friska.

"Ceritain apa, sih?" Tanya balik Kinan.

"Lo sama kak Arland," jawab Friska.

"Aku sama kak Arland nggak ada apa-apa. Serius!" ujar Kinan yang ditimpali keluhan teman-temannya.

"Nggak asik, ah, lo, Nan." Mereka satu persatu meninggalkan Kinan sendirian yang berfikir tentang Vero dan kakaknya Kevan. Pasti ada yang mereka sembunyiin dari aku.

###

"Woy, brotha!" Arya masuk ke kelas dan langsung duduk di hadapan Arland.

"Lo dateng-dateng rusuh banget, sih! Nggak tau ada orang lagi fokus apa?!" Arya meilirik Zidan lalu beralih ke arah buku yang dipegang Zidan.

"Sok-sokan belajar lo. Masuk kagak, puyeng iya," ejek Arya.

"Sialan lo! Kalau gue nggak pinter gue nggak bakal bisa masuk ke ini sekolah. Emang kayak kalian berdua yang hoki-hokian," balas Zidan tidak terima.

"Emang iya!" Celetuk Arland dan Arya bersamaan. Zidan melihat kedua sahabatnya itu pura-pura terluka.

"Bully aja terus hayati, bully. Hayati rela, kok, abang." Secara bersamaan, Arya dan Arland menonyor kepala Zidan.

"Najis!"

"Jijik!"

Zidan menatap kedua sahabatnya kesal. Ia menggerutu lalu kembali fokus pada bukunya tadi. Kini gantuan Arya yang menatap Arland. Arland melirik balik kembarannya cuek. "Apa?"

"Lo udah jadian sama Kinan?" Tanya Arya. Zidan langsung menoleh ke arah Arland.

"Gila! Lo jadian nggak bilang-bilang. Gini lo, ya? Bodo, PJ PJ PJ!" Arland langsung memutar bola matanya bosan. Arya terkekeh.

"Gue nggak jadian sama Kinan. Belum, sih tepatnya. Emang kenapa?" Tanya Arland balik.

"Tadi waktu gue dateng, dari gedung kelas sepuluh sampai gedung kelas dua belas, semuanya ngomongin lo berdua," jawab Arya.

Arland diam. Ia teringat kejadian tadi pagi. Ia terkekeh lalu menggelengkan kepalanya pelan. Pasti karena itu.

"Fix, dia gila."

"Iya, dia gila."

Arland melihat kedua orang itu dengan sinis. "Sialan lo berdua!"

#####

Hae hae

Lama nggak update gue, sekalinya update malah cuman sedikit. Sorry yaaaa

Yaudah deh gitu aja, jangan lupa vomment. Bye

Enough [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang