4

2.2K 449 106
                                    


Jangan turuti permintaannya.

- - - - - - - - - -

24.00

Kringg... kringg..

Kali ini Claire bangkit dengan langkah gontai, ia berjalan mendekat telpon rumahnya.

"Halo?" ucap Claire memastikan sang penelpon adalah orang yang beberapa hari ini menelponnya.

Claire lagi-lagi mendengar deruan nafas orang tersebut.

Gotcha, batin Claire.

"Hey! apa kau yang menyembunyikan tugas sekolah ku kemarin?!" cerocos Claire disaat penelpong asing itu baru saja ingin mengucapkan sebuah kalimat.

"Jawab aku! dan.. oh tidak!" raut wajah Claire berubah menjadi takut.

Ia memandangi penjuru rumahnya teliti walaupun lengan yang ia gunakan untuk memegang gagang telpon itu bergetar.

"Bagaimana bisa kau tau rumahku?" ucap Claire pelan yang nyaris seperti bisikan.

"Aku tau semua. Semua tentangmu, Claire." balas penelpon itu tiba-tiba. Claire menggigit bibirnya, takut.

"Dan, hey. Kau tidak perlu takut akan itu. Berhenti menyakiti dirimu, berhenti menggigit bibirmu hingga berdarah, Claire." lanjutnya.

Claire dibuat panik olehnya. Itu berarti, ia ada disekitar sini bukan? dia menguntitku?

"Siapa kau?!" teriak Claire. "Mau apa kau dengan ku?!"

"Aku hanya berusaha melindungi mu dengan memberikan satu buah kalimat untukmu disetiap harinya."

Claire mengernyitkan dahinya.

"Kau hanya butuh mendengar setiap kalimat yang aku berikan dan lakukanlah apa yang aku katakan."  jelasnya.

"Kau, orang asing. Dan, ibuku bilang, aku dilarang percaya pada orang semacam kau." bantah Claire, ia mulai 'sedikit' berani dengan penelpon ini.

"Aku bukan orang asing, bahkan aku selalu berada dimanapun kau berada. Aku melindungimu, bukan menguntitmu."

"Aku terlalu banyak bicara disini, jadi ingatlah ini Claire. Jangan turuti permintaannya."

Dan lagi-lagi, sambungan terputus meninggalkan Claire yang termenung dengan perkataan penelpon asing tadi.

7.30

"Hey, Claire!" sapa Ashton, menepuk pundak Claire.

"Hey, Ashton. Dimana Calum?" Ashton yang mendengar itu merasa sedikit kesal.

Maksudnya, untuk apa Claire bertanya tentang Calum sedangkan sekarang, ia yang sedang bersamanya.

"Tidak tau." Ashton mengangkat bahu.

"Calum!" teriak Claire memanggil Calum yang sekarang berjalan kearah mereka.

"Kemana saja kau?" tanya Claire. "Aku sakit, Claire." jawabnya.

"Sekarang kau sudah sembuh?" tanya Claire lagi yang Calum jawab dengan anggukkan.

"Claire, ayo kita ke kelas." ajak Ashton tiba-tiba.

"Um, aku sepertinya akan ke kelas bersama Calum saja, Ashton." tolak Claire secara halus.

Ashton mengepalkan tangannya lalu menatap Calum dengan raut wajah berartikan Claire-milikku.

Jika kalian menganggap Ashton cemburu. Ya. Benar.

Calum yang tidak ingin membuat Ashton marah pun, mengalah.

"Sepertinya, aku harus ke ruang guru dulu. Kau bisa ke kelas bersama Ashton, Claire." ujar Calum mengacak rambut Claire.

Claire menghela nafasnya. "Ya. Hati-hati, Calum."

Dengan itu, Claire dan Ashton berjalan menuju kelas mereka yang terbilang dekat itu.

"C-claire." panggil Ashton, gugup mungkin?

"Bagamaina jika, sepulang sekolah nanti.... kau kerumahku? ya, sekedar bermain saja." ucap Ashton.

Baru saja Claire akan menganggukkan kepalanya, tiba-tiba kalimat itu melintas di benaknya.

Jangan turuti permintaanya.

Claire tidak tau, maksud kalimat itu apa dan untuk siapa ia tidak boleh menuruti permintaannya.

Tapi sekali ini, Claire mencoba menghindar.

"Aku tidak bisa, mungkin lain kali." tolak Claire lagi, secara halus.

•••
disini bisa nebak ga, penelpon misterius itu siapa?

Midnight Calls • cth | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang