5

2.1K 432 36
                                    


Ia tidak suka melihatmu bersedih.

- - - - - - - - - -

24.00

Kringg... kringg..

Claire membuka matanya, ia mengerjapkan matanya lalu bangkit dari tempat tidur dan meraih gagang telepon.

"Apalagi kalimat yang akan kau katakan, huh?" cegah Claire sebelum penelpon itu berbicara.

"Bolehkah, aku bertanya padamu?" tanya Claire yang tak dijawab oleh penelpon diseberang sana.

"Mengapa kau selalu menelponku di setiap malam? maksudku, kenapa tidak di pagi hari saja?" ucap Claire menyondorkan berbagai pertanyaan.

Penelpon di seberang sana diam-diam terkekeh pelan.

"Ada alasan tertentu untuk pertanyaan itu, dan," ia diam sejenak. "aku tidak bisa memberitahumu."

Claire memutar bola matanya. "Okay, kali ini kalimat apa yang akan kau beri padaku?"

"Ia tidak suka melihatmu bersedih."

"Ap-"

Lagi-lagi penelpon itu memutus sambungan mereka, setelah memberi satu kalimat yang Claire sendiri tidak mengerti.

"Sialan." umpat Claire, ia beranjak menaiki kasurnya dan sesekali menyumpah serapahi penelpon itu.

"Bahkan aku tidak tau 'ia' yang penelpon itu maksud." dengus Claire.

"Dasar bodoh." umpatnya lagi sebelum melanjutkan tidurnya.

10.00

"Claire, apa kau tidak apa-apa?!" tanya Michael panik saat ia tak sengaja mendorong Claire yang sekarang terjatuh.

"Ak-aku tidak, ah!" ringis Claire saat mendapati lututnya terluka.

"Astaga, maafkan aku, maafkan aku." ucap Michael tak henti-henti.

Setelahnya, Michael membawa Claire ke unit kesehatan sekolah dan menyuruh seorang suster menangani luka Claire yang terbilang cukup parah.

Michael dengan wajah khawatirnya sesekali meringis saat mendengar Claire kesakitan saat ditangani suster tadi.

"Baiklah, selesai." ucap suster itu saat selesai membersihkan luka Claire lalu merapihkan alat-alat yang barusan ia  gunakan.

"Lain kali, berhati-hatilah saat bermain. Ingat itu, Michael Clifford. Kau sering sekali membuat teman mu celaka, sepertinya." peringat suster itu pada Michael.

Secara, hampir setiap seorang murid yang terluka, selalu saja Michael yang membawanya ke unit kesehatan ini dan suster itu tentu saja menyalahkan Michael yang sering sekali datang kesini.

Michael melirik suster itu sinis. "Hey, suster sok-tau." panggil Michael.

"Aku jarang sekali mencelakakan orang, itu hanya karena disaat orang itu terjatuh hanya aku seorang yang berada disana." timpal Michael memutar bola matanya.

"Tapi, yang satu ini pasti karena ulah kau, kan?" tanya suster itu seakan memancing amarah Michael.

"Memang." jawab Michael dengan nada sarkatisnya.

Suster itu terkekeh melihat ekspresi Michael. "Apakah kau Claire?" tanya suster itu sebelum keluar.

Claire mengangguk.

"Sepertinya, lelaki di sampingmu ini takut sekali jika terjadi apa-apa padamu." tukas suster itu yang dijawab pelototan Michael yang membuat ia buru-buru keluar dari sana.

Michael mendekat kearah Claire yang posisinya tertidur di ranjang khusus untuk pasien.

Michael memperlihatkan cengiran kudanya. "Maaf ya, suster gila itu memang menyebalkan."

Claire tertawa. "Ia hanya bercanda, Michael. Kau seharusnya tau itu."

"Nah, lihat. Sekarang kau sudah bisa tersenyum ternyata." cetus Michael. "Aku tidak suka melihatmu bersedih seperti tadi."

Claire tertegun, menggeleng-gelengkan kepalanya saat berfikir yang tidak-tidak.

Lagi-lagi, ucapan penelpon itu.

Midnight Calls • cth | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang