Ia akan menghancurkan kebahagiaanmu demi kebahagiannya.
- - - - - - - - - -
Malam minggu.
Di malam yang legendaris itu, Calum mengajak Claire pergi ke taman di komplek mereka.
Tapi menurut Claire, mereka berkencan.
Ya! berkencan.
Sebut Claire gila, tapi memang itu yang ia asumsikan. Pokoknya, ia dan Calum itu berkencan. Walaupun itu hanya sekedar duduk manis dan berpegangan tangan di kursi taman.
Masa bodoh.
Yang terpenting adalah Calum yang berada disisinya maka ia tidak peduli apa kata orang.
Claire menyemprot parfum disekitar tubuhnya, sedikit saja. Mungkin saja Calum menyukai aroma parfumnya, pikir Claire, ia terkikik geli.
Kemudian ia memakai hoodie abu-abu favoritnya dan dikakinya telah terpasang sendal tidur kelinci.
Sebenarnya ia tidak yakin dengan pakaian yang ia kenakan saat ini, hoodie buluk, celana tidur dan jangan lupa sendal tidurnya. Tapi ini outfit yang Calum suruh ia pakai.
Tapi menurut Claire, ini adalah outfit terjelek yang pernah ia kenakan. Calum pasti akan memandangnya aneh. Balik lagi dengan pernyataan Calum yang menyuruhnya mengenakan pakaian tidur macam ini.
Sial.
Claire akhirnya (berusaha) tak peduli dengan pakaiannya dan lekas keluar dari rumahnya menuju taman komplek.
•
"Ehm- kau... sudah menunggu lama?" tanya Claire menepuk pundak Calum yang membuatnya menoleh dan menatap penampilan Claire tanpa berkedip.
Ku ulangi. TANPA BERKEDIP!
"Ke-kenapa kau menatapku seperti itu?" pipinya sudah memerah sekarang.
Claire berkali-kali mengumpat pelan sambil berharap jika Calum tidak melihat pipinya yang sudah pasti berubah warna.
Calum salah tingkah saat ia tertangkap basah tengah menatap Claire. "uhm, ya?" ucapnya gugup.
Ini memang pertama kalinya Calum melihat Claire dibalut dengan pakaian tidurnya. Tapi Calum bersumpah, ia terlihat sangat manis ditambah dengan sendal tidurnya itu.
Claire akhirnya duduk disamping Calum. Sejenak, keheningan malamlah yang mereka dengarkan.
Suara jangkrik dan hembusan angin malam bersama-sama mendukung suasana canggung diantara mereka.
"Aku suka parfum mu." ucap Calum memecah keheningan diantara mereka, ia sama sekali tak menatap Claire.
Claire dibuat tercengan dengan kalimat Calum barusan, jantungnya mulai berdebar cepat melebihi apapun. Seketika oksigen menghilang begitu saja dan dirinya tak bisa menahan senyum.
"Entah kenapa, membuatku merasa nyaman jika berada disekitarmu." lanjutnya.
Cukup. Kali ini Claire tak dapat memebendung kegembiraan yang datang kepadanya secada tiba-tiba. Ia ingin berteriak sekarang.
Calum menoleh kearahnya dan tersenyum kecil, sesungguhnya meskipun ini sudah malam dan cahaya lampu disekitar taman sedikit redup, ia tetap bisa melihat semburat merah di pipi Claire.
Calum menaruh kedua tangannya diatas tangan kana Claire. "astaga, tanganmu dingin sekali." panik Calum, ia langsung menggosok-gosokkan tangan Claire di tangannya.
"Apa sudah hangat?" tanya Calum yang dijawab anggukan oleh Claire.
Claire mendongak keatas, menatap langit malam yang bertabur bintang kala itu. Namun tidak dengan Calum, ia menatap kearah Claire. Meneliti setiap inchi wajahnya.
"Bintangnya itu diatas Calum, bukan diwajahku." ucap Claire membuyarkan lamunan Calum.
"Kau harus tau jika ada bintang di depanku sekarang." jawab Calum.
Claire mendengus. "cepatlah lihat keatas, langitnya begitu terang malam ini."
"Tidak perlu." geleng Calum. "kau nikmati saja pemandanganmu disana, dan aku menikmatinha dibawah sini."
"Kau dan bintang, memiliki begitu banyak persamaan." ucap Calum yang membuat Claire menatapnya bingung.
"Indah, kau indah bagai bintang diatas sana. Tak pernah membuat siapapun bosan saat menatapmu." jelas Calum.
Claire menatal Calum tak percaya dengan ucapannya. "mengada-ngada!"
"Dan, ia selalu datang disaat malam gelap untuk menyinari dunia. Begitu juga dengan kau." tunjuk Calum pada Claire.
"A-aku?"
"Kau datang menerangi hatiku yang gelap gulita dan meneranginya sampai sekarang."
Claire menyenggol lengan Calum. "sialan kau, Calum, laki-laki sialan!"
"Tapi," potong Calum dengan nada sedih yang membuat Claire mengangkat satu alisnya.
"Kau juga begitu jauh. Sangat sulit untuk kugapai."
Hati Claire bergejolak saat mendengar kalimat terakhir Calum. Jadi selama ini Calum juga menyukainya? atau ini hanya candaan?
Calum tersenyum kecil lalu mendekatkan wajahnya kearah Claire. Dan seketika ia mencium pipi Claire sekilas yang membuat pipi itu lagi-lagi berubah warna.
Calum tertawa saat melihat kejadian itu yang mana membuat Claire menyembunyikan wajahnya.
"Calum?" panggil seseorang dari arah belakang mereka yang membuat keduanya menoleh.
"Claire.."
•••
JEDUAR! JLEGER!
mampus malam minggunya diganggu HAHAHA.heYYY everyOOne im baCCK!1
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Calls • cth | ✔
FanfictionSemua terjadi tepat di tengah malam. copyright ©2016 by Farsya