—tapi, dia juga yang menyembuhkannya.
- - - - - - - - - -
"Ini untukmu." ucap Ashton saat menyodorkan secangkir teh hangat pada Claire.
Claire menatap Ashton bingung namun sedetik kemudian ia tersenyum kecil. "terima kasih."
Sebuah lengkungan tercetak dibibir Ashton saat mendengar gadis itu berterima kasih padanya.
Ashton beralih duduk di samping Claire sambil memperhatikannya meminum teh itu secara hati-hati karena panas.
Tak henti-hentinya ia menahan senyum saat melihat Claire berkali-kali menjauhkan cangkir teh itu karena bibirnya kepanasan.
Claire sedari tadi tau jika ia sedang diperhatikan oleh lelaki berambut pirang disampingnya ini, Ashton.
Ia terlalu grogi untuk melakukan sesuatu, bahkan hanya dengan dirinya meminum teh itu, Ashton menatap dirinya disetiap pergerakan.
Sejenak mereka terdiam dengan keheningan canggung ini, namun Claire memberanikan dirinya menoleh kearah Ashton.
"Jangan menatapku seperti itu." ucap Claire memecah keheningan. Yang memperhatikanpun langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Claire tersenyum melihat Ashton seperti itu, ia masih merasa bersalah setelah mengakatan kalimat -yang sepertinya membuatnya patah hati- mungkin.
Claire menatap lantai, hatinya gusar. Apa ia harus minta maaf pada Ashton atas perkataannya waktu itu? tapi, apa Ashton peduli? apa Ashton masih marah padanya?
"Ummh, Ashton." panggil Claire pelan yang ia harap sang empunya nama tak mendengarnya.
"Ya?"
Sial, dia mendengarnya.
"Kau tau, kejadian waktu itu.." Claire menutup matanya meyakinkan dirinya agar ia harus melanjutkan.
"A-aku minta maaf." lanjutnya. "seharusnya aku tidak mengatakan hal itu padamu, aku.. sungguh minta maaf."
Mata Ashton memancarkan perasaan kecewa namun dengan cepat ia menutupinya. "Tidak apa, aku sudah melupakannya."
"Um, ya." jawab Claire gugup.
Hening kembali menyelimuti mereka berdua, atmosfer diantara mereka terlalu dingin.
Claire menggulung lengan bajunya dan tampaklah luka sayatan itu.
Parah, luka itu semakin parah.
"Kau terluka?" tanya Ashton dengan wajah khawatirnya.
Claire tersenyum tipis. "ini hanya luka kecil, tak perlu di obati."
Ashton tak peduli dengan ucapan Claire, ia malah berlari ke dalam rumahnya dan datang dengan first aid kit miliknya.
"Kau gila? luka separah ini dan kau bilang ini luka kecil? bodoh." terang Ashton saat dirinya melihat luka itu.
Claire hanya bisa meringis saat Ashton mulai mengobatinya.
"Maaf Claire." ucap Ashton pelan bahkan seperti berbisik.
Namun Claire dapat mendengarnya. "Untuk apa kau meminta maaf? ini bukan salahmu."
Claire mengangkat sebelah alisnya dan Ashton malah berusaha sibuk dengan luka Claire.
Sungguh aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Calls • cth | ✔
FanfictionSemua terjadi tepat di tengah malam. copyright ©2016 by Farsya