Calum, aku benar-benar akan mati.
•••
Claire tersentak saat ia mendengar pijakan kaki seseorang ditangga.
"S-sial, dia turun tangga." cicit Claire pelan.
Langkah kaki itu terdengar sampai ke lorong kamarnya. Atau, jangan-jangan? ia sedang mengarah ke kamar Claire.
Semakin lama, derap langkah itu semakin mendekat. Dan, benar. Ia mengarah ke kamar Claire.
Langkah itu berhenti di depan pintu kamar Claire. Claire berusaha diam dan sama sekali tak mengeluarkan sekecil suara.
Tok tok tok
"Shit." umpat Claire pelan.
"Claire.. keluarlah." katanya. "aku tau kau ada di dalam, sayang."
Bulu kudik Claire merinding, air mata lagi-lagi meluncur begitu saja ke pipinya. "Keluar atau aku yang akan memaksamu keluar, sayang." suara itu mengerikan.
Claire tak sempat memikirkan suara siapa itu, ia hanya memikirkan laki-laki yang sampai saat ini tak memberikannya kabar.
Ia hanya bisa meringkuk dibawah tempat tidurnya sampai ia dikejutkan oleh suara dobrakan pintu kamarnya.
Duak!
Duak!
Duak!
Jantung Claire lagi-lagi memompa darahnya lebih cepat dari biasanya. Keringat bercucuran dari dahinya. Ia membekap mulutnya saat pintu kamarnya berhasil di dobrak oleh orang asing itu.
"Claire." panggilnya lagi.
Ia medengar pintu lemarinya dibuka, Claire hanya bisa melihat kaki orang itu saja dari bawah kolong tempat tidurnya. Orang asing itu mulai menyibakkan selimut yang ada di atas kasur Claire.
"Baa!" teriaknya. "oh, jadi kau ingin bermain petak umpet denganku?"
"Pilihan yang buruk, Claire. Karena hanya aku seoranglah yang pandai bersembunyi."
Claire merapatkan matanya masih terus membekap mulutnya dengan telapak tangan, ia berusaha sebisa mungkin diam dan tidak panik.
Tapi sepertinya, kata-kata orang itu benar. Claire tak pandai bersembunyi. Claire melihat kaki orang itu tertekuk yang mana ia sedang jongkok dan sekarang lengannya tengah meraba ke kolong tempat tidur.
Claire menyingkirkan kakinya supaya lengan panjang itu tak dapar meraihnya tapi ternyata tak bisa.
Orang itu menarik ujung kaki Claire yang mana membuatnya berteriak.
"AAAAA!"
Posisinya kini sudah berada di lantai dan kedua tangannya digenggam oleh orang itu. Ia mengenakan jaket kukit dan sebuah kupluk hitam di kepalanya. Tapi tunggu, jaket kulit?!
"Ternyata kau disini."
"Lepaskan aku, aku mohon." isak Claire menatap lelaki itu. Ia masih tak dapat melihat wajahnya. "aku- aku akan memberikan semua yang kau mau. Tapi tolong lepaskan aku."
Lelaki itu tertawa ironi. "kau?" katanya. "bahkan memberikan cintamu sedikit saja untukku, kau tidak bisa." ucapnya.
Kening Claire mengerut. "a- ash?" lelaki itu membuka kasar kupluk yang ia pakai lalu terlihatlah wajah Ashton yang tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Calls • cth | ✔
FanfictionSemua terjadi tepat di tengah malam. copyright ©2016 by Farsya