7

2K 413 101
                                    


Sepi, ia menyukai perasaan itu.

- - - - - - - - - -

24.00

Kringg... kringg..

"Iya, iya! tunggus sebentar!" teriak Claire saat mendengar telepon berdering.

"Hm, ada apa?" tanya Claire langsung to the point.

"Tidak ada apa-apa." jawabnya.

Claire mendengus. "Lantas, buat apa kau menelponku?"

"Tentu saja untuk memberimu satu kalimat aneh."

"Sebenarnya apa tujuan mu untuk melakukan ini setiap hari?

menelponku di tengah malam, membututiku, mengintaiku, memperingatiku. Apa tujuan dari semua itu?"

"Aku tidak bisa menjelaskannya. Dan untuk pertanyaanmu yang kemarin, aku manusia bukan hantu."

Claire menghela nafas lega saat tau penelpon ini 'manusia'.

"Aku tidak bisa berlama-lama, jadi dengarkan ini."

Claire menajamkan indra pendengarannya, mencoba menelusuri arti dari satu kalimat yang penelpon gila itu berikan.

"Sepi, ia menyukai perasaan itu, dimana tidak ada siapapun disana dan itu hanya kau. Sendiri."

Claire mengerutkan keningnya, kali ini ia yang memutus sambungan duluan.

"Ha! kali ini aku yang duluan mematikan telpon itu."

"Tunggu, apa katanya tadi?"

"Sepi?"

11.45

Siang sepulang sekolah, Claire dan yang lainnya bercengkrama di koridor kelas.

"Kau tau, pelajaran matematika adalah hal yang paling aku sukai!" tukas Luke yang membuatnya ditonton oleh yang lain.

"Kau gila?" Michael memadang Luke sinis.

"Tidak, tanya saja pada yang lain, pasti mereka setuju denganku." Luke menatap Claire, Judy dan Calum yang menatap Luke dengan menggeleng-gelengkan kepala mereka.

"Pelajaran itu bisa membuatku gila hanya dengan satu buah angka." timpal Calum memegang kepalanya.

"Intinya, Aku tidak suka matematika." ucap Claire.

"Lalu, apa yang kau suka?" tanya Luke memicingkan matanya pada Claire.

"Tidak usah ditanya, jelas dia menyukai Calum." terka Michael.

Calum membulatkan matanya, sedangkan Claire membuang mukanya menahan malu.

"Apa-apaan, Claire itu milik Ashton!" bantah Judy.

"Claire dan Calum, sudah jodoh. Lihat awalan nama mereka saja sudah sama!" teriak Michael.

"Ashton dan Claire lebih cocok!" kali ini Judy yang berteriak.

"Hey, sudahlah. Kita ini sedang membicarakan pelajaran, bodoh." ucap Luke melerai Judy dan Michael.

"Hey, itu ibuku, aku duluan ya!" Luke melambaikan tangannya lalu berlari kearah mobil yang dikendarai ibunya.

"Kalau begitu aku juga." ucap Michael dan Judy bersamaan.

Tersisa, Calum dan Claire yang diselimuti kecanggungan.

"Aku ke jemputan duluan, kalau begitu?" ucap Calum yang dibalas anggukan oleh Claire.

"Aku ke toilet sebentar." Claire pun pergi kearah toiler sekolah.

Setelah selesai, ia melihat seorang murid yang duduk di taman belakang sendirian. Karena penasaran, Claire pun mengarahkan kakinya kearah taman sekolah.

"A-ashton?" panggil Claire yang membuat sang empunya nama menoleh dan tersenyum.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Claire mengernyit, bayangkan saja Ashton sendirian disini.

Claire menempatkan dirinya duduk di kursi taman disamping Ashton.

"Aku butuh waktu sendiri, dari kebisingan kota. Dan disinilah tempatnya." jawab Ashton.

Mengerikan, batin Claire.

Taman ini menyeramkan, pohon-pohon disini sudah banyak yang tumbang dan rerumputannya menguning tanda tak terurus.

"Aku tidak suka suasana ini, rasanya,"

"Sepi." ucap mereka berdua bersamaan, Claire menoleh melihat Ashton yang sedari tadi menatap lurus kedepan.

"Tapi tidak denganku, aku menyukai suasana ini."

"Sepi, layaknya perasaanku."

Claire menelan ludahnya.

Kata-kata Ashton tadi..

Claire menggeleng-gelengkan kepalanya.

Pasti kebetulan saja.

•••
jadi disini gue mau ngejelasin bagi yang belom ngerti, kalian cuma harus nebak siapa penelponnya sama apa yang diomongin sama si penelponnya ini.

^maksudnya,
kan penelponnya ngasih satu kalimat buat claire, dia selalu nyebutin ciri2 orang itu, tebak aja deh syp.

jadi, siapakah 'ia' yang dimaksud oleh sang penelpon?

ngehe, pusink kan dirimu?

Midnight Calls • cth | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang