TKP-22

26 2 0
                                    

"sekarang jelasin ke aku, kenapa tadi kamu sok akrab banget sama Ele dan Mbak Shinta",sentak Zidan membuat Dio yang sedang menikmati kopi hampir menyemburkan kopinya.

Dengan santai Dio meletakkan kembali cangkir kopi itu,lalu sedikit menegakkan duduknya kemudian menatap Zidan yang sedang duduk di jendela.

"Ayolah Zi,kenapa kamu sukanya ngaggetin orang mulu,tadi siang kamu hampir membuat kita mati,sekarang kamu ngaggetin aku,kalau ngomong itu pake permulaan jangan langsung gitu.lagian apa salahnya kalau aku akrab sama teman sepupuku,apa itu salah Zidan Armayin?",jelas Dio dengan nada santai.

Zidan mendekat kearah Dio dan duduk di ranjang dekat Dio duduk.

"Tapi...,ah sudahlah,malas aku jadinya",Zidan tampak frustasi.pikirannya melayang saat siang tadi dirinya bertemu Ele, ia mengingat Ele sama sekali tak menggubris dirinya,malahan Ele lebih memilih berbicara dengan Dio.

Hal yang tidak mungkin bagi Zidan untuk menceritakan siapa sebenarnya Ele kepada Dio.

"Jangan marah Zi,aku minta maaf,lagian kalau kamu marah nanti aku tidur dimana?",bujuk Dio, jika Zidan marah,malang bagi Dio karena bisa saja Zidan tidak memperbolehkan Dio tidur dikamar Zidan.

Tadi Dio sempat meminta Hana,ibu Zidan, untuk tidur dikamar tamu saja daripada menganggu Zidan,namun Hana bilang bahwa kamar tamu sedang direnovasi dan tentunya tidak bisa ditempati,dengan berat hati akhirnya Dio setuju untuk satu kamar dengan Zidan.

"Kalau aku usir kamu,yang ada aku yang nggak jadi tidur disini", Dengan sadar Zidan tahu bahwa ibunya sangat menyayangi keponakan nya itu.

Dio itu anak yatim piatu sejak dirinya berumur 15 tahun,awalnya Hana ingin mengurus Dio karena tidak ada yang mengurus selain Hana. Hana adalah anak kedua dari tiga bersaudara,saat ini saudaranya yang masih hidup hanya adik laki-lakinya,Dimas. Dimas itulah yang akhirnya memutuskan untuk mengurus Dio.

Itulah alasan mengapa Hana begitu menyayangi Dio, karena sejak kecil dia telah kehilangan orang tuanya. Bagi Zidan,dia sendiri tidak masalah dengan sikap ibunya yang terlalu menyayangi Dio melebihi dirinya,karena Zidan sadar hidup sendiri tanpa orang tua adalah mimpi terburuk setiap anak.

Zidan beruntung masih memiliki Hana dan Ilham, ayahnya,yang masih bisa membimbingnya Sampai saat ini,meskipun figur ayahnya jarang menemani dirinya dikarenakan kesibukan bekerja,dirinya masih tetap beruntung.

"Makanya jangan usir aku",

"Siapa juga yang mau ngusir kamu",ucap Zidan sambil membaringkan tubuhnya di ranjang ,Dio pun ikut membaringkan tubuhnya di samping Zidan.

"Gimana keadaan Om Dimas?",tanya Zidan tiba-tiba. Entah mengapa Zidan tiba-tiba memikirkan pamannya itu.

"Dia baik-baik saja, dia bilang kalau dia nunggu kedatangan mu di Bali",jawab Dio.

Zidan terkekeh,21 tahun umurnya,dia baru 2 kali mengunjungi adik dari ibunya itu. Itupun hanya karena ada acara keluarga bukan keinginan Zidan sendiri untuk berlibur ke sana. Sudah berkali-kali juga Paman nya itu menyuruh Zidan untuk berkunjung ke Bali lewat telepon yang biasa Zidan lakukan dengan Dimas.

"Entah kapan pasti aku juga akan kesana",ucap Zidan pasti.

Zidan mulai berpikir lagi,bagaimana jadinya jika ia jadi pergi keBali,bukanlah hal yang mudah untuk dirinya berpisah dari ibunya ditambah Ele. Gadis itu, gimana nantinya jika Zidan di Bali,jarak benar-benar akan memisahkan mereka.

"Ngomong-ngomong soal Ele cantik ya dia",mendengar itu mata elang Zidan langsung menatap tajam manik mata Dio. Ada apa dengan otak Dio,mengapa dia tiba-tiba memikirkan Ele?.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang