20. Weak

414 31 8
                                    

Min Ji's POV

Aku melangkahkan kaki ku cepat ke loker. Tidak perduli dengan tatapan orang-orang yang memandangku aneh. Gadis itu benar-benar keterlaluan. Dasar gadis gila. Karenanya aku harus mempertontonkan kemampuanku. Kemampuan yang selalu coba kutahan. Aku tidak pernah menunjukkan kemampuanku di muka umum, kenapa? entahlah aku hanya tidak mau melakukannya. Satu-satunya orang oke mungkin bukan satu yang pernah melihat kemampuan beladiriku adalah Tae oppa, Appa, Eomma, dan guru bela diriku oh aku melupakan seseorang, dia yang pernah tanpa sengaja kubanting ke tanah Jungkook. Hanya itu. Lagipula untuk apa dia menyewa para murid pria itu. Dibayar berapa mereka. Apapun yang bakal dia lakukan kedepannya aku yakin bakal lebih dari sekarang ini. Tidak ada habis-habisnya menggangguku. Apa aku harus menuruti keinginannya? Tidak tidak tidak aku tidak akan menurutinya. Siapa dia memerintahku.

Krekk

Aku mengambil seragam olahraga yang ada di dalam lokerku. Lalu menutupnya dengan kencang. Aku benar-benar sudah tidak bisa menahan emosiku. Dengan segera aku melanjutkan jalan ku ke toilet.

Brakk

Sama seperti tadi pintu toilet yang tidak bersalah pun ku banting dengan keras. Aku bersyukur karena tidak ada siapapun di dalam toilet. Aku lalu memasuki salah satu toilet disana dan menguncinya. Dengan segera aku mengganti pakaian ku sekarang yang sudah kotor dengan seragam olahraga.

Tok tok tok

"Minji-ya kau di dalam?"ucap seseorang yang ku kenal diluar. Hanna. Rupanya dia mengikutiku.

"Eoh, tunggu sebentar"ucapku dari dalam toilet.

Tak butuh waktu lama aku mengganti bajuku. Mungkin karena aku terbawa emosi jadi aku mengerjakan semuanya dengan cepat. Aku memasukkan baju seragamku yang kotor kedalam tas karton yang kubawa. Sebelum membuka pintu toilet aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya mencoba menenangkan diriku sendiri. Lalu aku membuka pintu toilet dan sudah ada seorang gadis yang jadi sahabatku yang terengah-engah menatapku khawatir di depan.

Aku tersenyum lalu berjalan ke wastafel dan menundukkan kepalaku sehingga jadi dibawah keran airnya lalu menyalakannya dan mulai membersihkan kepalaku dari sisa orange juice tadi. Oh astaga aku akan keramas lagi nanti dirumah.

"Ya! Kenapa kau berjalan cepat sekali tadi eoh?"ucapnya menepuk punggungku pelan.

"Maaf aku terbawa emosi tadi"ucapku masih berusaha membersihkan kepalaku. Lalu tangannya terulur membantuku membasahi kepalaku.

"Kau benar-benar tidak apa-apa kan?"ucapnya lagi.

"Astaga hentikan pertanyaan itu aku baik-baik saja Park Ha Na-ssi kau tidak lihat bagaimana aku menghajar mereka, mengesankan bukan?"ucapku mencoba mencairkan suasana.

"Aish apanya yang mengesankan kau membuatku jantungan tau"ucapnya lagi-lagi memukul punggungku pelan.

"Tenang saja mereka bukan apa-apa"ucapku santai yang lagi-lagi dihadiahi pukulan di punggungku kali ini sedikit lebih keras dari sebelumnya.

"Astaga anak ini kau justru membuatku semakin khawatir, Hayoung and the gengs tidak akan berhenti mengganggumu sampai keinginannya terpenuhi. Ia bisa saja melakukan yang lebih dari ini"ucapnya sedang memarahiku.

"Ya ya ya baiklah aku mengerti bu hanna"ucapku lalu membungkuk.

"Kau mengejekku?"ucapnya memberikan tatapan menyeramkan yang justru menurutku lucu.

"Tidak"ucapku mengalihkan pandanganku darinya aku takut jika memandangnya justru akan membuat tawaku meledak.

"Yasudahlah, ini. Astaga bagaimana bisa kau meninggalkannya beruntunglah aku mengingatnya"ucap Hanna lalu memberikan ponselku.

WHY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang