Amel's POV
Pagi ini aku sangat malas melakukan aktifitas apapun itu karena kejadian kemaren. Tiba-tiba saat aku ingin tidur lagi ada seseorang yang datang kerumah ku. Awalnya aku pikir itu Tasya yang ingin membahas kejadian kemaren ternyata itu Vergi. Aku sekarang masih marah dengannya tapi dia malah menemuiku dan aku yakin bahwa dia hanya ingin minta bantuan ku. Tanpa aku sadari aku baru pertama kalinya tidak menyukai Vergi dan marah, aku berfikir apakah aku sudah bisa melupakannya tapi apa mungkin aku melupakannya hanya karena kejadian kemaren. Atau aku sekarang membencinya.
"Mel ini aku Vergi" serunya dari luar.
Aku pun membuka pintu dan Vergi tanpa aku persilahkan dia masuk kerumah ku.
"Ada apa pagi-pagi gini udah kesini aja, dapat ku tebak kamu pasti ingin minta bantuan ku lagi." Sahut ku dengan raut wajah sedikit memperlihatkan kemalasan ku.
"Lah kamu tau itu, gini loh Mel si Tasya dia katanya pengen pindah." Kata Vergi dengan nada yang sangat rendah.
"Apa? Pindah, mau pindah kemana dia?" Tanyaku lagi.
"Aku kurang tau tapi aku tau alasan dia ingin pindah apa." Jelas Vergi.
"Argh sudah kutebak alasannya agar kita berdua bersatu" sahutku.
"Iya emang itu Mel, kamu bisa ga si yakinin Tasya kamu udah move on gitu dari aku" lagi-lagi Vergi berkata seperti itu.
"Kamu liat kan reaksinya Tasya gimana kemaren? Tatapan dia keDaffa gimana kemaren kemungkinan besar dia menyukain Daffa." Kata ku lagi dan selintas teringat tatapan mata Tasya kepada Daffa waktu itu. Karena aku tidak sengaja melihat kearah tatapan Tasya terhadap Daffa. Sangat berbeda dengan tatapannya kepada Vergi. Apa dia menyukai Daffa?
"Maksud kamu? Tasya suka sama Daffa" kata Vergi kaget.
"Ya begitulah," jawab ku lagi.
"Ayolah Mel bantu aku dapetin Tasya lagi" Vergi memohon padaku.
"Dan ga mungkin juga Tasya suka sama ka Daffa. Kalo pun suka seharusnya aku tau itu dari awal" Timpalnya lagi
"Aku jujur aja ya sama kamu seharusnya itu kamu mikir perasaan aku kayak gimana aku udah mati-mati bantuin kamu. Dan kamu juga dari dulu ga pernah peka sama aku tapi bodohnya aku tetap saja mempertahankan rasa cinta ini. Aku sayang banget sama kamu tapi apa kamu lebih memilih dia yang tidak menyukain mu." Lagi-lagi tanpa berfikir panjang aku melontar kan kata-kata yang sebenarnya ada di hatiku.
Vergi hanya terdiam mendengar kata-kata ku tadi. Entah apa yang dia pikirkan aku tidak tau sama sekali. Aku tidak bermaksud berkata kasar padanya. Tapi pada kenyataannya aku hanya ingin mengikuti apakata hatiku. Aku akui aku dulu sangat ingin memiliki dia. Tapi pada kenyataannya dia lebih memilih yang lain. Ternyata hanya sahabatku lah yang ada dihatinya. Mungkin ini saatnya aku benar-benar melupakan kegilaan ku terhadap first love yang gila ini. Boom, sepertinya aku sudah menyerah sekarang.
Tasya's POV
Andai saja waktu bisa diputar rasanya aku ingin tidak mengenal Vergi. Lebih baik aku menggenal Daffa seorang laki-laki yang sangat tulus. Aku teringat ketika dia mengatakan bahwa dia tau Amel menyukai Vergi dan dia ingin membantu Amel melupakan Vergi. Seandainya Vergi seperti itu, menghargai perasaan Amel pasti aku akan sangat senang tapi faktanya sangatlah berbeda. Vergi sama sekali tidak menoleh kearah Amel dan dia hanya mengikuti egonya. Dapatku tebak sekarang pasti Vergi berada di rumah Amel dan dia meminta agar Amel menghalangiku dan membuat aku tidak jadi pindah. Aku bukan perempuan yang bodoh. Aku akan sesegera mungkin pergi agar tidak bertemu dengan Amel. Karena aku tidak ingin tetap disini. Keberadaanku hanyalah menjadi tembok besar diantara Amel dan Vergi.
Vergi's POV
"Apa yang dikatakan Amel memang benar. Aku tidak pernah menghargai persaannya tapi kenapa aku baru menyadari semua itu. Kenapa baru sekarang. Kenapa saat Amel sangat membenciku" Batinku.
aku langsung masuk kedalam rumah lalu mencari Ka Daffa.
"Ka apa kamu suka sama Amel? Jujur aja sama aku." Tanyaku
Ka Daffa pun langsung menjawab
"kalo iya memang kenapa bukan kah itu keinginan mu?" aku sangat kaget dengan jawaban kakaku. Semudah itu dia menyukai perempuan yang baru saja dia kenal bahkan dia pun belum tau seluk beluknya."Apa alasan kamu menyukainya?" Tanyaku lagi.
"Dia gadis yang kuat bahkan dapat dikatakan gadis yang sangat setia, betapa bodohnya kamu yang selalu mengejar-ngejar perempuan yang jelas tidak menyukaimu." Kata Ka Daffa lagi.
Aku terdiam kaku. Aku sangat merasa bersalah selama ini karena tidak pernah mau peduli dengan Amel, begitu tulusnya cinta Amel terhadapku tapi aku tidak sedikitpun peduli. Apa penyesalan ku sudah terlambat? Apa Amel sekarang sudah mulai menyukai Kakaku?. Ah, aku baru menyadari kaki Amel juga terluka. Apakah itu salahku juga. Entah karena apa aku jadi berpikir tentang Amel. Kemungkinan aku mulai menyukai Amel dan dapat menerimanya. tapi apa ini sudah terlambat? Amel terlihat begitu membenciku. Jadi, selama ini yang bodoh bukan lah Amel tapi aku. Aku yang terlalu memaksakan kehendakku tanpa peduli terhadap perasaan orang lain.
Author's POV
Amel langsung membuang segala sesuatu miliknya yang berhubungan denga Vergi. Mulai membakar satu persatu foto Vergi. Dan Amel baru menyadari bahwa dia harus segera kerumah Tasya karena dia tidak ingin kehilangan sosok seorang sahabat karena masalah cinta. Amel langsung berlari menuju rumah Tasya. Tapi saat dijalan ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
"BRUKKK!"
Sedikit kilas balik terlihat"Ayah? Bangunn jangan tinggalin Amel" Seru gadis kecil sambil memeluk ayahnya yang baru saja ditabrak oleh mobil.
"Angkat anak itu cepat!" Suara seseorang yang keluar dari mobil.
"Pah apa yang terjadi, kenapa dia menangis?" sahut anak laki-laki yang turun dari mobil yang sama.
"Satria bisa kamu temenin dulu gadis ini." Ucap Seorang Laki-laki tersebut.
Amel kecil terus menangisi sang ayah yang sudah tidak terselamatkan karena ditabrak mobil rem blong waktu itu. Dan sang penabrak bertanggung jawab terhadap Amel hingga besar nanti.
"Maafin papah ya, papah ga sengaja nabrak kamu dan ayah kamu. Aku janji jagain kamu terus." Ucap Satria kecil.
Kilas balik kejadian saat Ayah Amel meninggal ditabrak mobil membuat dia merasa sangat sakit dan semuanya seketika gelap.
Semua orang mendekati perempuan yang sudah tidak sadarkan diri di dekat lampu yang tadinya hijau sekarang sudah berubah menjadi merah lagi. Dikepala perempuan itu mengeluarkan banyak darah. Dia pun langsung dilarikan kerumah sakit terdekat.
"KRINGGG!!!!!"
Suara Telfon rumah Tasya Berbunyi. Tapi dia hanya mengabaikan karena menurutnya itu hanyalah Vergi yang ingin menghalanginya pergi.-------------------------------------------------------------
Kadang ketika kita melepaskan seseorang itu bukan berarti menyerah atau lelah tapi itu merupakan pilihan ketika memang sudah tidak ada pilihan lagi..
.
.
.
.
.Jangan lupa vote dan komen ya
Karena dengan cara kalian vote atau bahkan komen itu sangat membantu author^-^revisi on 01 January 2025
Banjarmasin 15.48 WITA
![](https://img.wattpad.com/cover/76846875-288-k828806.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan (COMPLETED {MASA REVISI})
RomanceCinta itu hadir untuk dirasakan. Cinta tidak mengenal batas. Bisa datang kapanpun dan pada siapa pun. Cinta hadir memenuhi setiap kesepian jiwa. Dirasakan dalam hati. Dengan cinta akan tercipta kedamaian dalam sebuah harmoni cinta. Namun cinta bukan...