Chapter 22 (Ending?)

3.4K 59 7
                                    

Amel's POV
"semoga berhasil" kataku dalam hati, tersenyum dan tertidur.

-keesokan harinya.

"Langit sangat biru namun sayang banyak awan yang menutupi. Indah namun tak seindah kelihatannya. Apa rencanaku nanti akan berhasil?" kataku berbicara sendiri sambil melihat keluar jendela. Aku sudah menunggu Vergi dan berharap semua rencanaku berjalan dengan lancar. Aku harus yakin, karena dengan keyakinan semua ini pasti berhasil.

"Sepertinya Vergi sudah datang." Aku langsung berlari menuju teras rumah. Ya benar Vergi sudah datang tepat waktu, tidak lebih bahkan tidak kurang.

"Mel, ada apa ya? Ko kamu kemaren kayaknya mau minta bantuan yang cukup serius." Sudahku duga Vergi pasti akan bertanya seperti itu.

"Ayo masuk dulu. Nanti akan aku jelaskan." aku dan Vergipun masuk kedalam rumah.

Setelah aku mengambilkan minum untuk Vergi aku langsung menjelaskan rencanaku. Vergi adalah sosok yang sangat peka dan paham. Tanpa ku ulangi dia langsung mengerti aku ingin minta bantuan apa.

"Aku mengerti. Sebaiknya kita bergegas sekarang sebelum Daffa pergi kembali ke Jakarta." ucap Vergi yang membuat ku terkejut. Aku kira Daffa akan menetap disini ternyata aku salah.

Author's POV
Amel dan Vergi bergegas pergi menuju rumah Daffa dan Tasya. Apa yang sebenarnya mereka rencanakan.

"TETTTT!" terdengar suara bel yang berbunyi.

"Hei Tasya? Kamu mau kemana. Koper? Barang-barang ini?" Amel terlihat bingung.

"Mel, maaf sebelumnya aku ga pernah cerita. Aku sekarang harus segera pergi." Kata Tasya dengan raut wajah yang begitu sedih.

"What?leave?where?why? Pasti kamu akan berkata seperti itu." Kata Tasya sambil melihat kearah Amel.

"Hari ini aku akan pindah ke Jakarta. Tapi aku janji setiap libur aku akan pulang kesini untuk bertemu kamu dan Vergi. Aku Harus ke Jakarta karena masalah keluarga Mel. Kamu ingat waktu aku telat kerumah kamu? Aku bilang tante ku berkunjung? Itu tante Helsa dia dari Jakarta. Dan dia yang memberi tahu aku agar pindah ke Jakarta. Kali ini aku tidak bisa menceritakan masalah keluarga seperti apa. Sampai kan salamku ke Daffa dan Vergi Ya Mel." pernyataan Tasya yang membuat Amel begitu terpukul. Amel merasa dia bukanlah sahabat yang baik karena tidak pernah mengerti dengan masalah yang dirasakan Tasya selama ini, dia hanya mementingkan cinta pertama yang membuatnya buta akan segalanya tuli dengan teriakan sahabatnya.

"Maafin aku Tasya. Aku telah buta karena egoku dan aku menjadi tuli tidak pernah mendengar jeritanmu." Amel mulai menangis. Dan seketika teringat rencananya. Hampir saja rencana itu terlupakan.

"Tasya? Kali ini saja. Ayo kita ketaman sebelum kamu pindah. Aku mohon." bujuk Amel.

Tasya melihat kearah arlojinya. Menujukan pukul 09.00 .
"Masih ada kesempatan" pikir Tasya.
"Baiklah, masih ada sekitar satu jam. Ayo kita ke taman" kata Tasya. Amel dan Tasya pun bergegas ke Taman.

Vergi's POV
"Ka, waitt!!!!!" teriakku menghentikan langkah Daffa.

"Kenapa Ver? Katanya ga bisa nganter ada urusan sama Amel." kata Ka Daffa bingung.

"Aku paham dan mengerti kaka sayang sama Amel kan? Ayo kita ketaman." kataku sambil menarik tangan Ka Daffa. Ka Daffa hanya terlihat bingung dengan apa yang aku lakukan. Aku membawa Ka Daffa pergi ketaman.

"waktunya kurang satu jam. Jadi tolong jangan lama-lama ya Ver." Kata ka Daffa Singkat.

Author's POV
Daffa dan Vergi sudah menunggu di taman. Tidak beberapa lama kemudian Tasya dan Amel datang. Daffa dan Tasya terlihat bingung. Senyap sesaat namun Daffa seketika mulai angkat bicara.

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan (COMPLETED {MASA REVISI})Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang