Cinta itu hadir untuk dirasakan. Cinta tidak mengenal batas. Bisa datang kapanpun dan pada siapa pun. Cinta hadir memenuhi setiap kesepian jiwa. Dirasakan dalam hati.
Dengan cinta akan tercipta kedamaian dalam sebuah harmoni cinta. Namun cinta bukan...
Hey im come back:" Maaf ya sebelumnya lama banget ga post terus seakan-akan ini cerita udh selesai.
. . . .
Tasya's POV Aku berbohong. Aku pikir itu adalah jalan terbaik agar Daffa tidak tahu perasaanku yang sebenarnya. Entah kenapa, aku merasa lebih baik mencintai Daffa dalam diam, tanpa dia ketahui. Amel menatapku dengan tatapan sinis, mungkin dia ingin tahu kenapa aku berbohong tentang perasaanku. Aku hanya terdiam, memasang wajah bersalah, dan berusaha menutupi semuanya. Aku tidak ingin Amel tahu perasaanku terhadap Daffa.
Amel's POV Kenapa Tasya berbohong? Bukankah akan lebih baik jika aku mengungkapkan bahwa yang kami bicarakan adalah perasaan Tasya terhadap Daffa yang sebenarnya? Aku berpikir, perasaan Tasya saat ini sama seperti apa yang aku rasakan dulu.
"Tasya? Kamu...."
Tiba-tiba Vergi datang dan mengajak kami pulang karena hari sudah mulai gelap. Padahal, aku ingin bertanya sesuatu kepada Tasya. Ah, sudahlah, mungkin lain waktu aku bisa menanyakannya. Di perjalanan pulang, Tasya hanya terdiam. Senyum dari wajahnya pun tak terlihat. Ada apa dengan Tasya? Dia terlihat seperti bukan Tasya yang aku kenal. Pertanyaan yang ingin ku ajukan kepada Tasya kembali terlintas.
"Tasya, aku tahu apa yang kamu rasakan sekarang, karena aku pernah mengalaminya juga. Jadi, kamu tidak perlu menutupi ini semua dariku," kataku berbisik pada Tasya.
Tasya terlihat kaget mendengar perkataanku itu. Aku hanya ingin membuatnya merasa nyaman dan tidak canggung menceritakan semuanya padaku.
Daffa's POV Entah kenapa, aku merasa ada yang disembunyikan oleh Tasya dan Amel dari aku dan Vergi. Rasanya aku ingin bertanya, tapi aku sudah tahu jawaban yang akan mereka berikan.
"Tidak ada apa-apa." Mungkin aku harus menyelidikinya lebih dalam.
Saat sampai di rumah, aku bertanya kepada Vergi apakah dia merasa ada yang aneh dengan Amel dan Tasya, tapi Vergi hanya menjawab singkat, "Tidak." Sepertinya aku harus mencari tahu sendiri.
Tasya's POV Aku tidak bisa tidur dengan tenang. Oh Tuhan, kenapa bayangannya selalu ada di benakku? Dan kenapa sesakit ini rasanya? Aku telah salah mencintai seseorang yang tidak akan pernah tahu perasaanku.
Author's POV "Maafkan aku, Amel. Dulu aku sempat membuatmu merasakan sakit seperti ini juga," kata Tasya dalam hati kecilnya.
Dia teringat saat Amel berjuang mendapatkan Vergi, tapi Vergi malah menyukai orang lain. Betapa bersalahnya dia. Tasya merasa apa yang dia alami sekarang adalah karma atas rasa sakit yang dulu dirasakan Amel. Berbeda dengan Daffa. Daffa masih terus memikirkan keanehan yang terjadi antara Amel dan Tasya di taman tadi. Dia ingin pergi ke rumah Amel atau Tasya untuk mencari tahu apa yang disembunyikan kedua perempuan itu.
"Okelah, aku akan ke rumah Amel dulu. Mungkin ada petunjuk yang bisa jadi clue untuk rahasia mereka berdua," kata Daffa, berbicara pada dirinya sendiri.
Daffa pun langsung pergi ke rumah Amel tanpa berpikir panjang, meskipun sudah larut malam. Sesampainya di rumah Amel, dia tidak menemukan gerak-gerik mencurigakan. Daffa menyadari, dia telah salah. Seharusnya dia pergi ke rumah Tasya, karena dialah yang menyimpan rahasia—rahasia mencintai Daffa.
Amel tampak sibuk dengan keyboard ponselnya. Dia sedang sibuk mengirimkan pertanyaan-pertanyaan beruntun kepada sahabatnya itu.
Amel: "Gimana sih, kamu kok bohong? Ga jujur aja? Aku yakin Daffa pasti bales perasaan kamu. Aku tahu kamu suka dia. Aku paham, Tas."
Tasya: "Aku nggak bohong. Kamu nggak usah ngambil keputusan gitu dong, Mel."
Amel: "Aku tahu kok, Tas. Jangan tutupin ini dari aku. Bukan kah kamu sahabatku? Apa kamu nggak percaya sama aku?"
Tasya tidak membalas pesan singkat dari Amel. Amel sangat paham perasaan Tasya. Dia akhirnya tidak memaksakan Tasya untuk mengungkapkan semuanya, karena dia sendiri pun pernah menutupi perasaannya terhadap Vergi.
"Bukannya aku nggak percaya. Tapi aku tahu pasti, kalau aku mengakui itu, semuanya akan jadi lebih rumit,"kata Tasya dalam hati, sambil memegang ponselnya dengan raut wajah yang begitu sedih.
"Aku sekarang bisa bahagia seperti ini karena Tasya. Maka, aku harus membantumu juga," pikir Amel, berbicara pada dirinya sendiri.
"Tek, tek, tek..." suara keyboard ponsel Amel terdengar lagi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pesan singkat dari Vergi tidak dibalas oleh Amel, karena dia ingin segera tidur agar rencananya besok tidak terhalang oleh rasa kantuk. "Semoga berhasil," kata Amel dalam hati, sambil tersenyum dan akhirnya tertidur.
---------------------------------------------------------- Bukan karena seseorang takut jujur kepada perasaannya namun karena ia takut pada kenyataannya. ----------------------------------------------------------
Revisi on 03 February 2025 Banjarmasin 20.05 WITA terimakasii guys ✨