Chapter 20

5K 166 7
                                    


—————————————————————————-

"Apa yang dia rasakan, Sakit dan Luka itu kini aku yang merasakan."

Amanda Tasya

—————————————————————————-

Author's POV
Di taman, Amel terlihat mencoba berdiri dan berjalan dengan seorang laki-laki. Dan dapat ditebak, laki-laki itu bukan Daffa, mantan pacar Amel, melainkan Vergi, laki-laki yang sangat dia kagumi. Wajah Amel memancarkan kebahagiaan yang sangat jelas. Perjuangannya selama ini tidak sia-sia. Walaupun dulu ia mengira cintanya akan bertepuk sebelah tangan dan tanpa balasan, ternyata dugaannya salah. Kini, ia bisa bahagia bersama Vergi.

"Hai, Mel, sekarang semua perjuanganmu tidak sia-sia lagi," kata Tasya, tersenyum pada sahabatnya itu.

"Iya, Tas. Karena perjuangan itu nggak mungkin sia-sia kalau kita benar-benar berusaha," jawab Amel dengan wajah yang ceria.

Daffa merasa bahagia melihat Amel sangat ceria, begitu juga Tasya. Baginya, kebahagiaan Amel adalah kebahagiaannya juga.

Tasya's POV
Aku memperhatikan Daffa yang tampak bahagia melihat Amel senang, begitu juga aku. Bagi ku, kebahagiaan sahabatku adalah kebahagiaanku juga. Jujur, dulu aku pernah tidak sengaja melihat Daffa menolong Amel ketika dia terjatuh. Daffa sangat perhatian dengan Amel, padahal mereka baru saling mengenal, namun dia sangat baik. Aku dari awal sudah tahu bahwa Daffa adalah kaka laki-laki Vergi yang berpura-pura menjadi pacar Amel agar aku percaya. Tiba-tiba, Vergi memanggilku, dan aku terkejut.

"Tasya?" panggilnya.

"Hah? Iya, apa?" sahutku kaget.

"Apa kamu baik-baik saja? Aku perhatikan dari tadi kamu melamun," kata Vergi.

"Ah, tidak. Aku baik-baik saja," jawabku sambil tersenyum.

Author's POV
Terpampang jelas bahwa Tasya sedang memikirkan sesuatu, namun dia berusaha menutupi apa yang ada dalam pikirannya dari orang lain.

"Aku bisa berdiri!" teriak Amel dengan senyum lebar.

"Bagus, kalau begitu Mel. Lebih baik kamu sekarang istirahat saja," saran Tasya.

"Iya, Mel, benar apa kata Tasya. Kamu lebih baik beristirahat dulu. Aku dan Daffa akan membelikan kalian berdua minuman," kata Vergi sambil berlalu meninggalkan Amel dan Tasya yang duduk di taman.

Amel melihat ke arah Tasya. Ia merasa bahwa Tasya sedang memikirkan sesuatu.
"Tasya, apa yang kamu pikirkan? Jujurlah padaku," kata Amel.

"Ah, tidak, aku hanya saja..." kata Tasya, namun kalimatnya terputus.

"Hanya saja kamu memikirkan Daffa, kan?" kata Amel memotong jawaban Tasya.

"Jujurlah padaku. Aku sangat mengerti kalau kamu menyukai Daffa, karena tatapan matamu terhadapnya begitu berbeda."

Tasya's POV
"Jujurlah padaku. Aku sangat mengerti kalau kamu menyukai Daffa, karena tatapan matamu terhadapnya begitu berbeda," kata Amel yang sangat membekas di benakku.
Aku terdiam, tidak tahu harus menjawab apa, karena apa yang dikatakan Amel memang benar. Aku menyukai Daffa. Entah kenapa, aku bisa menyukai Daffa secepat ini. Mungkin karena Daffa begitu perhatian dan peduli terhadap Amel.

"Hey, kok kamu malah melamun?" tanya Amel.
Aku tidak menghiraukan Amel. Yang ada di benakku hanyalah perasaanku terhadap Daffa. Apa yang dulu dirasakan Amel, sekarang aku rasakan. Mencintai seseorang yang jelas hatinya bukan untukku. Memang, rasanya menyakitkan.

Daffa's POV
Aku melihat Amel dan Tasya dari warung. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu. Apakah itu tentang perasaan Amel terhadap Vergi?
Aku ingin sekali berjuang untuk mendapatkannya, tapi jika dia bahagia bersama pilihannya, lebih baik aku merelakan dia saja, daripada usaha dan perjuanganku hanya sia-sia. Ya, aku ingin sekali memiliki gadis seperti Amel, tapi apa boleh buat, dia sekarang sudah bahagia bersama Vergi.

"Gi, minumannya sudah dibayar?" tanyaku pada Vergi.

"Udah kok, Daff," sahut Vergi.

Kami berdua pun kembali ke taman. Begitu sampai, Amel dan Tasya langsung diam seketika. Apa yang sebenarnya mereka bicarakan? Apakah ada hubungannya dengan Vergi?

Author's POV
"Apa yang kalian bicarakan? Aku lihat dari seberang jalan, sepertinya kalian membicarakan sesuatu yang serius," tanya Daffa pada Amel dan Tasya.

Tasya bingung ingin menjawab apa karena yang ada di pikirannya hanyalah perasaannya terhadap Daffa.
"Ehm, apa perlu aku memberitahu kamu apa yang kami bicarakan? Kami membicarakan..." Perkataan Amel dipotong oleh Tasya.

"Kami membicarakan masalah anak perempuan, jadi kami terlihat begitu serius," jawab Tasya singkat.

"Oh, maaf jika tadi aku lancang bertanya. Aku kira kalian membahas sesuatu yang berhubungan dengan aku dan Vergi," kata Daffa.

"Ini minumannya," kata Vergi. Vergi tidak terlalu mempersalahkan apa yang sedang dibicarakan oleh Amel dan Tasya.

Amel's POV
Perkataanku dipotong oleh Tasya. dan Vergi tidak terlalu mempersalahkan apa yang sedang dibicarakan oleh aku dan Tasya.
Kenapa Tasya berbohong? Bukankah lebih baik jika aku menjawab bahwa yang sedang kami bicarakan adalah perasaan Tasya terhadap Daffa yang sebenarnya? Aku mulai berpikir, apa yang dirasakan Tasya sekarang sama seperti apa yang aku rasakan dulu.
Mencintai seseorang yang entah hatinya untuk siapa, tapi tetap saja ingin mencintai.

To be continued...
.
.
.
.
Maaf ya Gaes spam bgt tpi aku lagi berusaha selesain revisinya hari ini juga, udah mangkrak lama betul ni revisian 🙂🙏
Terimakasii gaess

Revisi on 03 February 2025
Banjarmasin 19.26 WITA

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan (COMPLETED {MASA REVISI})Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang