Chapter 18

6.5K 177 9
                                    

🎼🎼🎼

Jangan dekat atau jangan datang kepadaku lagi,
Aku semakin tersiksa karena tak memilikimu,
Kucoba jalani hari dengan pengganti dirimu,
Tapi hatiku selalu berpihak lagi padamu,
Mengapa semua ini terjadi kepadaku,

Tuhan maafkan diri ini,
Yang tak pernah bisa menjauh dari angan tentangnya,
Namun apalah daya ini
Bila ternyata sesungguhnya aku terlalu cinta dia,

🎧 Rossa - Terlalu Cinta

—————————————————————————

Author's POV
"Amel, apa kamu lupa dengan Daffa?" tanya Tasya.

"Entahlah, aku tidak tahu," jawab Amel singkat.

"Amel, aku janji bakal membantu kamu mengembalikan ingatan," jelas Tasya lagi.
Amel hanya tersenyum kepada Tasya, lalu ruangan itu kembali sunyi.

Beberapa menit kemudian...
"Mel, aku mau tanya sesuatu. Tadi kenapa kamu..." Kata-kata Daffa terputus karena Amel langsung mengalihkan pembicaraan.

"Kalian mau nemenin aku jalan-jalan, nggak? Mumpung masih pagi, jadi belum terlalu panas," kata Amel.

"Ayo, sekalian cari udara segar," jawab Tasya.

Daffa's POV
Aku takut kehilangan Amel dan tidak ingin Vergi mendapatkan dia.

"Baiklah, ayo kita pergi jalan-jalan," kata Vergi sambil membantu Amel duduk di kursi rodanya.
Aku menatap Vergi sinis, tapi dia tidak peduli.

"Biar aku saja yang membantu Amel, kamu jangan sok peduli," kataku sambil mendorong kursi roda Amel.

Vergi memang aneh. Setelah kecelakaan itu, dia tiba-tiba menjadi sangat peduli dengan Amel. Padahal, sejak awal dia yang selalu acuh, bahkan hingga Amel terluka. Apa maksud Vergi sebenarnya? Kenapa dia tiba-tiba menyukai orang yang dulu ia suruh menjadi pacar kakaknya? Bagi Vergi, apakah cinta dan perasaan hanya sebuah permainan yang bisa dia atur?

Tasya's POV
Aku bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Amel terlihat sangat senang saat berada di dekat Vergi, tapi saat bersama Daffa, dia tampak biasa saja.

"Hei, kenapa ngelamun? Ayo cepat masuk!" kata Amel sambil tersenyum.

Aku pun tersadar dari lamunanku. Situasi ini begitu rumit, dan aku tidak tahu harus bagaimana. Lebih baik aku fokus membantu Amel pulih dan mendapatkan kembali ingatannya sebelum aku benar-benar pergi.

Author's POV
Mereka semua pergi ke Mall City.
"Akhirnya sampai juga," kata Tasya sambil membantu Amel turun dari mobil dan duduk di kursi rodanya.

"Kita mau ke mana dulu?" tanya Vergi.

"Nonton!" seru Amel dan Tasya bersamaan.

"Baiklah, kita mau nonton apa?" tanya Vergi.

Daffa hanya terdiam. Ada sesuatu yang terasa aneh tentang Amel. Dia merasa Amel sudah mengingat segalanya, tapi masih belum yakin.
Mereka bersenang-senang, tapi hanya Daffa yang terlihat tidak begitu menikmati suasana.

"Hei, kamu kenapa?" tanya Tasya sambil duduk di samping Daffa.

"Aku merasa aneh saja dengan Amel," jawab Daffa singkat.

"Aneh? Bukankah ini bagus untuk kesehatannya? Dia terlihat begitu senang. Oh... atau kamu cemburu melihat Amel dan Vergi?" goda Tasya.
Daffa hanya terdiam kaku.

"Eh, Vergi! Lemparannya kurang keras!" kata Amel sambil tertawa melihat Vergi gagal memasukkan bola basket ke dalam ring.

"Amel, ini tiketnya sudah banyak. Mau kamu tukarkan dengan apa?" tanya Vergi.

"Apa saja, deh. Tapi aku pengen boneka itu," kata Amel sambil menunjuk boneka beruang merah.

"Baiklah, aku akan ambilkan untukmu," kata Vergi.
Beberapa saat kemudian, Vergi memberikan boneka itu kepada Amel.
"Nih, bonekanya," kata Vergi sambil menyerahkannya. Amel tersipu malu. Tasya dan Daffa hanya terdiam.

"Akhirnya, aku merasakan sakit yang dulu Amel rasakan saat menyukai seseorang yang tidak pernah memperdulikannya. Ini sangat menyakitkan," batin Tasya.

Tasya sebenarnya menyukai Daffa. Ia mulai memiliki perasaan saat tidak sengaja melihat Daffa mengobati luka Amel.

"Amel, ayo kita pulang. Ini sudah jam dua siang," kata Daffa.

"Iya," jawab Amel singkat.

"Mel, aku pulang naik taksi saja, ya," kata Tasya.

"Iya, Mel. Aku juga naik taksi sama Tasya. Biar nanti kamu sama Daffa langsung pulang ke rumah," imbuh Vergi.

"Iya, Amel tidak akan keberatan kalau kalian naik taksi," sahut Daffa cepat.

"Benar, kan, Mel?" tanya Daffa pada Amel.

"Iya, aku tidak keberatan kalau kalian mau naik taksi," jawab Amel dengan raut wajah kecewa.

—————————————————————————

"I wish I could be the person you look at the way you look at them." – (Aku berharap bisa menjadi orang yang kau pandang seperti kau memandangnya.)

—————————————————————————


.
.
.
.
.
.
.
.

UDAH CHAPTER 20 NIH GUYS
JANGAN LUPA YA VOTE DAN KOMEN
KARENA ITU SEMUA SANGAT MEMBANTU UNTUK MEMBUAT CERITA INI LEBIH BAIK DAN BAGUS LAGI^-^
TERIMAKASIH UDAH MAU BACA CERITA AKU.

Revisi on 03 February 2025
Banjarmasin 18.37 WITA

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan (COMPLETED {MASA REVISI})Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang