"Nama yang cantik. Secantik pemiliknya. Perkenalkan, namaku Sean." Aku nyaris tersedak kentang gorengku begitu mendengar gombalannya.
"Ingat baik-baik namaku, karena nama itu yang kelak akan menjadi suami kamu."
Aku melotot, menatap laki-laki itu ngeri.
Apa dia baru keluar dari rumah sakit jiwa??
***
Alleira's POV
"Anda gila?" Tanyaku spontan. Berani sekali dia mengatakan itu? Apa dia tidak tahu aku sudah memiliki tunangan?
Tunangan? AKU SAJA TIDAK TAHU! tapi kalau kata orang-orang, laki-laki sombong di kamar sebelahku itu adalah tunanganku, kan? Meski aku lupa.
"Aku 100% normal, Alleira." Jawabnya santai, "Aku menyukaimu, oleh karena itu aku mengikutimu kesini. Dan ternyata Tuhan memudahkan jalanku untuk berkenalan denganmu."
"Anda sadar kalau apa yang anda lakukan adalah hal yang menakutkan?" Tanyaku. Jujur saja, aku mulai sedikit ketakutan. Terlebih aku baru mengorek luka lama penculikanku.
"Aku menakutimu? Maaf, aku sama sekali tidak bermaksud apapun selain berkenalan. Maafkan aku." Ia kembali tersenyum. Manis sih menurutku, dan juga karena dia membeliku makanan ini, jadi kumaafkan.
"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanyaku mencoba mencairkan suasana.
Ia menopang dagunya dan kembali menatapku, lagi-lagi aku dibuat risih oleh tatapannya.
"Jadi kamu berniat mengenalku lebih?" Tanyanya setengah menggodaku.
"Lupakan kalau aku bertanya barusan." Jawabku cuek sambil kembali menyantap makananku sebelum dingin.
"Aku menemani ayahku menemui rekan kerjanya. Aku bosan, lalu berjalan-jalan dilorong dan melihat kamu yang sedang berjalan sambil melamun. Melamunkan apa?" Tanyanya. Aku mendongak dan menatapnya lurus. "Oke, lupakan aku bertanya. Apa yang membuatmu berakhir disini?"
"Kecelakaan." Jawabku singkat.
"Apa serius? Apa kamu baik-baik saja?" Ia terlihat terkejut, namun jawabanku membuatnya tidak jadi bereaksi berlebih.
"Sangat baik. Aku tidak apa-apa. Lusa aku sudah bisa keluar rumah sakit." Aku memang merasa baik-baik saja. Terkecuali kenyataan kalau katanya aku hilang ingatan. Bahkan aku tidak bisa ingat apa yang aku lupakan. Ribet? Memang!
"Baguslah. Lusa, hm? Apa aku boleh menjemputmu?" Tanyanya yang menurutku sangat berani.
Jawaban yang mudah menurutku, karena hanya memerluka kata 'ya' dan 'tidak'. Tapi kenapa menjawab 'ya' terasa berat di bibirku?
"Aku tidak memiliki maksud macam-macam. Aku berani sumpah. Aku hanya ingin lebih mengenalmu. Atau... Kamu sudah memiliki seseorang?" Tanyanya.
Dan kali ini menjawab 'tidak' terasa sama sulitnya bagiku. Ada apa denganku sebenarnya?
"Maaf, Sean. Aku rasa orangtuaku yang akan menjemputku. Jadi kamu tidak perlu repot untuk melakukan hal itu. Biar bagaimanapun, aku berterima kasih atas makanan ini." Aku menghabiskan suapan terakhirku pada kentang dan menyerupuy habis colaku hingga kepala dan hidungku terasa nyeri oleh soda yang berkumpul, "Aku harus kembali ke kamar. Aku perlu beristirahat untuk memulihkan staminaku."
"Boleh ku antar?" Tanyanya menawarkan diri. Ia berdiri dari duduknya, mengikutiku yang sudah berdiri.
Karena tidak enak hati terus menghindar, jadi aku hanya mengangguk kecil dan membiarkannya menemaniku kembali ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lady [#DMS 3.2]
Romance"SEQUEL IS IT LOVE? BY ANINDANA" CERITA DI PRIVATE. FOLLOW DULU BARU BISA BACA. "Let me love you, My Lady." Bisiknya ditelingaku. Bulu kudukku meremang dibuatnya, bersamaan dengan sentuhan hangat tangannya di pipiku. "In a Gentleman way..."...