25. Coincidence.

38.6K 3.4K 74
                                    

Alleira's POV

Aku merasa seperti sedang bermimpi.

Setelah kemarin Kenneth datang dan menciumku disaat aku mengira dia akan marah dan kembali bersikap dingin. Dan kata-katanya yang lugas dan tegas mengatakan kalau dia mencintaiku dan aku adalah miliknya.

Sempat aku mengira kalau ingatan laki-laki ini telah kembali, tapi saat kutanya, ia hanya menggeleng dan kembali menciumku hingga bibirku bengkak.

Aku terpaksa menghentikannya karena tangannya sudah tidak diam di pinggangku lagi, melainkan merambat naik dengan perlahan.

Aku dan Kenneth belum pernah melewasi batasan itu sebelumnya karena Kenneth selalu bisa menahan diri dan hal ini cukup membuatku terkejut.

Maka bisa kupastikan kalau ingatan Kenneth belum kembali, karena kalau sudah, Kenneth pasti ingat prinsipnya yang tidak akan membuat Daddy kecewa.

Bekas gigitannya kemarin benar-benar meninggalkan jejak merah yang ketara hingga sekarang. Aku bahkan terpaksa memakai kemeja berwarna gelap agar bekas kemerahan itu tidak menerawang kalau aku memakai kemeja putih.

Kalau beberapa hari ini aku berangkat kerja sendiri memakai mobil Alexis, lalu menyiapkan sarapan dan memasukkannya ke kotak makan untuk Kenneth, tapi pagi-pagi tadi, dengan tidak biasa, Kenneth sudah menungguku dimeja makan dengan koran paginya bersama Daddy, dan Alexis.

Ia tersenyum menyapaku begitu menyadari kehadiranku.

Hal yang membuat hatiku menghangat, jantungku berdebar dengan sangat cepat. Seperti kembali jatuh cinta pada orang yang sama, namun dengan kondisi yang berbeda.

Kecuali kadar kecemburuan dan keposesifannya yang masih tinggi.

Mobil Alexis yang kugunakan, secara resmi kembali pindah kepemilikan karena tujuan Kenneth ke Apartemenku bukan untuk sarapan saja, melainkan menjemputku.

Tangannya terus menggenggam tanganku dari lantai teratas hingga ke lobby Apartemen dan sampai kedalam mobil sekalipun. Tangannya tidak ia lepas sama sekali.

Bahkan ketika ia sibuk dengan berkas di tangannya, tangannya masih setia menggenggam tanganku.

Senang sih, tapi apa tidak berlebihan?

Aku bahkan sempat melirik kearah Dave yang tersenyum saat melihat kaca tengah yang bisa melihat ke belakang.

Mata kami sempat bertemu dan aku sempat melempar senyum kearahnya, lalu aku merasakan genggaman di tanganku menguat.

Aku melirik kearah Kenneth, pria itu tidak lagi fokus membaca berkas ditangannya, melainkan mendelik menatapku.

"Apa?" Tanyaku bingung.

Ia tidak menjawab, tapi ia memasukkan berkasnya ke dalam tas kerja, lalu memutar kepalanya kearahku lagi sambil menopang wajahnya dengan tangannya yang bebas.

"Aku sudah tidak sibuk. Kamu bisa senyum-senyum sama aku sekarang." Ujarnya membuatku membelalakan mata.

Bagaimana aku bisa tersenyum kalau wajah Kenneth sedatar ini? Bahkan wajahnya terkesan seperti ingin membunuh seseorang.

Laki-lakiku cemburu pada Dave? Astaga.

Aku berdeham dan menunduk. Sebaiknya aku berpikir bagaimana cara meminta ijin pada Kenneth mengenai acara sore nanti dengan Mr.Shelton.

"Kamu lagi mikirin sesuatu?" Tanyanya.

Aku mendongak dan melihat mata teduh itu.

Aku mengangguk pelan dan menggigit bibir bawahku. Bagaimana aku ijinnya? Batinku.

My Lady [#DMS 3.2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang