Kenneth's POV
Tidak ada pemandangan yang indah selain melihat wajah tertidur Alleira di sampingku.
Wajahnya tersenyum seakan sedang bermimpi indah. Masih teringat dikepalaku bagaimana bibir itu mendesah meneriakkan namaku semalaman.
Akhirnya aku melepas keperjakaanku untuk satu-satunya wanita yang kucintai.
Ya, wanita. Alleira sudah menjadi wanitaku sepenuhnya sekarang.
Aku tidak tahu rasanya akan seperti berada di surgawi seperti ini. Pantas saja banyak laki-laki hidung belang diluar sana rela melepas keperjakaan mereka di usia muda dan meniduri banyak wanita jalang. Begitu juga Keira yang pernah berada di dunia gelap itu.
Aku sekarang tidak akan menyalahkannya.
Karena aku menyadari, kalau rasa itu begitu mengadiksi. Buktinya sekarang, aku kembali ingin mengulang rasa itu dengan wanita di sebelahku yang kelelahan setelah semalaman mengimbangiku.
Mataharipun sudah lumayan tinggi ketika ia akhirnya tertidur akibat kelelahan.
Jujur saja, pengalaman pertamaku sungguh unik.
Aku seperti akan memperkosa anak dibawah umur ketika membimbing Alleira kemarin.
Tapi setelahnya, Alleira mampu mengimbangiku, namun kalimat-kalimat polosnya tidak hilang begitu saja.
Seperti,
'Itu-ku geli...'
'Memang itu kamu gak capek?'
'Kalau aku siram air dingin, bisa tidur gak itu-mu?'Aku tertawa dalam hati. Siapa suruh dirinya begitu menggairahkan dan mampu membangkitkan gairahku setiap baru mencapai puncak.
Saat bangun nanti, aku akan memberikan senyum termematikan yang kupunya. Juga akan menyapanya dengan suara seksi sebelum melancarkan aksiku lagi.
Suara ponsel di nakas dekat Alleira yang ku kenal sebagai dering ponsel Alle terdengar.
Wanita disebelahku bergerak gelisah dalam tidurnya, mungkin menyadari panggilan telepon tersebut.
Tangannya meraba ke nakas tanpa membuka kedua matanya.
Menggemaskan sekali.
Terutama ketika suara serak yang mampu memicu gairahku terdengar.
"Halo."
"Hm? Aku?" Ia bergumam, entah siapa lawan bicaranya, dan apa yang ditanyakan. "Aku dirumah, Dad."
Daddy? Daddy Peter atau Daddy Alvero?
"Memang ini sudah jam berapa?" Tanyanya, "Alle gak sakit, Dad. Alle cuman ngantuk."
Entah kenapa jantungku ketar ketir sendiri.
"Beneran sudah jam 1 siang?" Tanya Alle terdengar terkejut. ia membelakangiku jadi aku tidak tahu apa matanya sudah terbuka atau belum. "Sepertinya Alle tidur jam 9 pagi tadi, Dad. Alle tidak lihat jam."
Perasaanku tidak enak.
Oh Alle, dewasalah. Kamu sudah menjadi wanitaku sekarang, bukan gadis polos lagi.
"Soalnya kemarin Alle dan Kenneth-"
Belum selesai Alle berbicara, Aku segera mengambil ponsel itu dan mematikannya.
Alle terkejut, ia berbalik menatapku.
Aku memamerkan cengiranku, bukan cengiran yang ingin kuberikan dengan lembut saat Alle bangun tadi seperti rencanaku, tapi ini sebuah cengiran bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lady [#DMS 3.2]
Romance"SEQUEL IS IT LOVE? BY ANINDANA" CERITA DI PRIVATE. FOLLOW DULU BARU BISA BACA. "Let me love you, My Lady." Bisiknya ditelingaku. Bulu kudukku meremang dibuatnya, bersamaan dengan sentuhan hangat tangannya di pipiku. "In a Gentleman way..."...